This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Monday, 7 March 2016

Kutiduri Bu Limah, Janda Tua Penuh Nafsu



Kutiduri Bu Limah, Janda Tua Penuh Nafsu
Ceritanya terjadi saat aku masih kuliah di sebuah universitas di dekat kalimalang-Jakarta Timur. Aku menyewa kamar semi permanen yang setengahnya tembok dan setengahnya lagi kayu milik seorang Ibu bernama Halimah yang biasa di panggil Bu Limah. Kamarku terletak agak di belakang rumah bersebelahan dengan kamar mandi. Bagian Belakang rumah Bu Limah di batasi tembok tinggi yang di biarkan tanpa atap, di dalamnya di pergunakan Bu Limah untuk memelihara tanaman dan bunga-bungaan, disana juga tumbuh pohon belimbing yang rindang tempat ngadem dengan menggelar tikar. Kamarku berada persis di depannya. Di rumah itu hanya ada 2 kamar kost yang kusewa bersama seorang cowok mahasiswa juga tapi sudah skripsi jadi jarang dirumah. Bu Limah, Ibu kostku ini adalah seorang janda beranak tiga, semua anaknya sudah kawin dan tidak tinggal serumah lagi dengan Bu Limah. Ibu kost ku ini sebenarnya udah cukup tua umurnya kira-kira 50 tahunan, namun menurutku, untuk wanita seusianya tubuh Bu Limah masih terhitung bagus, meski agak gemuk namun masih terlihat montok dengan bongkahan pantatnya yang bahenol dan buah dadanya yang besar. Rambutnya yang hitam panjang selalu di jepitnya di belakang kepalanya dengan pembawaan yang tenang dan ramah. Kalau sedang dirumah Bu Limah paling sering memakai daster tipis yang menerawangkan bentuk tubuhnya membuatku selalu mencuri-curi pandang kepadanya. Buah dadanya yang besar itu juga sering ku lihat terkadang tanpa di dibungkus BH sehingga tampak menggantung bergoyang-goyang saat badannya menunduk. Suatu hari ketika itu aku masuk siang, jadi agak santai. Setelah membeli koran aku kembali ke kamar untuk membacanya, pintu kamar kubiarkan saja terbuka agar udara segar dapat masuk. Dari dalam kamar lewat pintu yang terbuka kulihat ibu kost berjalan sambil membawa handuk, rupanya mau mandi. Dia berhenti sejenak di depan kamarku dan menyapaku. ”Kok belum berangkat? ” Sapanya . ”Iya Bu, hari ini masuk siang”. Jawabku. ”Wah enak dong bisa santai..,” Kata Bu Limah lagi sambil tersenyum dan meneruskan langkahnya menuju kamar mandi. Dari kamar mandi ku dengar Bu Limah bersenandung kecil di timpali bunyi air. Saat itu pikiranku jadi ngeres dengan membayangkan Bu Limah telanjang membuat kemaluanku mengeras dan timbul keinginanku untuk mengintipnya. Segera kututup pintu kamarku dan dengan berhati-hati ku cari celah sambungan papan antara kamarku dengan kamar mandi. dan ternyata ada sedikit lubang tipis dari cat yang sudah terkelupas, tempatnya tepat agak dibawah dekat bak mandi. Dengan hati berdegub keras, ku tempelkan sebelah kelopak mataku pada lubang tipis itu, tampak Bu Limah yang sudah telanjang bulat, badannya yang montok dihiasi dengan kedua payudara besar yang biarpun sudah agak turun tapi tetap menantang, sedangkan pada selangkangannya, kemaluannya yang membukit ditutupi bulu cukup lebat. Bu Limah menyabuni teteknya agak lama, dia permainkan putingnya dengan memilin-milinnya, sedang tangan yang satu lagi menyabuni memeknya, jari telunjuknya dimasukan berulang-ulang sedangkan matanya tampak terpejam-pejam mungkin sedang menikmati, gerakannya itu kulihat seperti layaknya orang bersenggama. Bu Limah lalu menghentikan kegiatannya lalu berjongkok persis menghadapku untuk mencuci BH dan celana dalamnya sehingga memeknya dengan jelas ku lihat membuat gairahku menyala-nyala. Ku keluarkan penisku yang sudah tegang berdiri, kumainkan dengan tanganku tak kuperdulikan lagi kemungkinan seandainya Bu Limah mengetahui apa yang aku lakukan. Semakin lama nafsu seks ku semakin tak terkendali kepalaku sudah tidak bisa berfikir jernih lagi, yang ada di kepalaku bagaimana caranya bisa menikmati tubuh Bu Limah. Bu Limah pun akhirnya selesai mandi, setelah mengelap tubuhnya dengan handuk, dililitkannya handuk itu menutupi tubuhnya, sedangkan pakaiannya di masukannya ke dalam ember yang ada di dalam kamar mandi. Aku pun segera bersiap-siap dengan rencanaku. pun keluar dari kamar mandi. Ketika Bu Limah melewati kamarku cepat ku buka pintu kamarku dan tanpa berkata-kata lagi kupeluk tubuh Bu Limah dari belakang sambil menarik handuk yang di pakai Bu Limah hingga ahirnya Bu Limah telanjang, tanganku ku remaskan ke buah dadanya. ”Aw, aduh.., apa-apaan nih..,” Pekik Bu Limah terkejut. ”Aduh Dal, jangan Dal ah…,” Bu Limah mencoba menghindar. Aku tetap tak perduli, tangan kanan ku malah ku arahkan ke memeknya, ku kobel-kobel dan kucolokan jariku masuk ke dalamnya sambil ku ciumi tengkuk dan leher belakang Bu Limah. Tubuh Bu Limah mencoba berontak agar lepas tapi aku tak memberikan kesempatan dengan semakin mempereret pelukanku. ”Aduh.., dal ingat dal, ah.., Ibu sudah tua Dal. Lepasin Ibu Dal.” Kata Bu Limah memohon. ”Hhh.., Ibu masih seksi koq, buktinya saya nafsu sama Ibu. Udah deh mendingan ibu nikmatin aja lagian kan ibu sudah lama nggak beginian.” Kataku memaksa. ”Tapi Ibu malu Dal, nanti kalau ada orang yang tahu gimana…?” Hiba Bu Limah. ”Ya makanya, mending ibu nikmatin saja, kalau begitu kan orang nggak bakalan ada yang tahu.” Tangkisku. Akhirnya Bu Limah pun terdiam, tubuhnya tidak berusaha memberontak lagi aku semakin leluasa menjelajahi semua bagian tubuh Bu Limah, kadang kuelus-elus terkadang kuremas-remas seperti pada pantatnya yang besar dan montok itu. Menyadari sudah tidak ada penolakan dari Bu Limah, aku semakin mengintensifkan gerakanku ke bagian-bagian tubuh Bu Limah yang dapat membuat gairah Bu Limah semakin tinggi agar tidak kehilangan momen. ”Ahh.., ssshh…, aahh…, geli Dal, ahh..,” Bu Limah mendesah-desah pelan pertanda nafsu seksnya sudah bangkit. Ku putar tubuhku menghadap Bu Limah, sambil tetap ku peluk, ku ciumi bibirnya, dan lidahku kumasukan ke dalam mulutnya. Bu Limah ternyata mulai mengimbangiku, di balasnya ciuman ku dengan ketat aku dan Bu Limah bergantian saling menghisap bibir dan lidah. Sambil begitu ku tuntun tangan Bu Limah ke kemaluanku dan ku selipkan tangannya ke dalam celana pendek training yang ku pakai. Tanpa ku minta Bu Limah menarik ke bawah celanaku hingga kontolku bebas mengacung. Digenggamnya kontoku, dengan jempolnya kepala penisku dielus-elusnya kemudian dikocoknya. Pelerku pun tak luput di jamahnya dengan meremasnya pelan, sesekali jarinya terasa menelusuri belahan pantatku melewati anus, sensasi seks yang ku rasakan benar-benar lain. Leher Bu Limah ganti ku ciumi lalu turun ke bagian dadanya. Buah dada Bu Limah yang besar itu kuciumi, kuremas-remas, kusedot-sedot dan ku jilati sepuasnya sedangkan pada putingnya selain ku pelintir-pelintir aku hisapi seperti bayi yang sedang menetek pada ibunya, yang ternyata membuat Bu Limah kian hot. Tangannya mengerumasi rambutku dan terkadang menekan kepalaku ke payudaranya. Desahanannya semakin sering terdengar. ”Aduh.., ahh.., sshh.., terus dal, aahh..,” Dengan posisi tubuh Bu Limah yang tetap berdiri, aku merendahkan badanku, kuarahkan mulutku ke selangkangannya, Bu Limah ternyata tau apa yang akan kulakukan, di renggangkannya kedua kakinya hingga sedikit mengangkang yang membuat ku lebih leluasa menciumi memeknya. Ku sibak bulu jembut di permukaan memeknya lalu ku dekatkan bibirku ke permukaan memeknya. Lidahku ku julurkan mengulas-ulas bibir memek Bu Limah, itilnya ku terkadang kujepit dengan bibirku sebelum kuhisap-hisap. Tak ketinggalan jariku ku colokan masuk ke dalam memek Bu Limah sambil ku pitar-putar. Apa yang ku lakukan itu membuat Bu Limah menggelinjang-gelinjang dengan mulut tak berhenti berdesah-desah kenikmatan. ”Ahh.., aww.., yahhh.., sshh.., terus Dal, iyaahh..” Begitu bernafsunya aku dan Bu Limah bercinta, hingga aku dan Bu Limah sudah tidak perduli lagi kalau waktu itu kami bergelut di udara terbuka di belakang rumah Bu Limah. Tapi akhirnya kekhawatiranku muncul juga. Ku hentikan sejenak aktifitasku. ”Bu, sebentar yah, saya mau ngunci pintu dulu, takut ada yang datang.” Kataku sambil berdiri. ”Oh iya, untung kamu ingat, tapi cepet yah Dal, Ibu sudah nggak tahan nih,” Jawab Bu Limah nakal. Aku hanya tersenyum, sambil berlalu kuremas dulu tetek Bu Limah. Sebenarnya jarak ke pintu hanya beberapa meter saja, berhubung aku dan Bu Limah sedang diliputi kenikmatan seks hingga tak mau kehilangan waktu meski sekejap. Setelah mengunci pintu aku kembali, kontolku terayun-ayun waktu berjalan karena celanaku sudah terlepas meskipun aku masih memakai kaos. ”Kalau pintu depan dikunci nggak Bu?” Tanyaku ketika sudah dekat Bu Limah. ”Dikunci, dari pagi Ibu belum membukanya.” Jawab Bu Limah sambil merengkuh tubuhku ke pelukannya. ”Dal kita pindah ke kamar yuk!” Pinta Bu Limah. ”Disini aja deh bu, cari suasana lain, pasti Ibu belum pernah kan ngewe di sama bapak dulu di tempat terbuka seperti ini.” ”Ah, kamu ini ada-ada saja.” Elak Bu Limah sambil membuka kaosku. Aku dan Bu Limah kembali berpagutan di atas kursi yang ku tari dari depan kamarku, tubuh Bu Limah ku pangku di atas pahaku, Bu Limah semakin aktif menciumi ku, pentilku pun di hisap dan di jilatinya sedangkan tanganku menggerayangi memeknya yang semakin basah. Bu Limah kemudian berdiri lalu berjongkok di hadapanku, di hadapkannya mukanya ke arah kontolku lalu lindahnya menjulur mengulas-ulas kepala kontolku beberapa saat kemudian di masukannya kontolku ke dalam mulutnya, di hisap-hisapnya dengan menggerakan kepalanya maju mundur, kemudian pelirku di hisapnya juga. Gerakan lidah Bu Limah benar-benar membuatku di penuhi kenikmatan. ”Ahh, enak Bu..,” Erangku penuh nafsu. Tanganku mempermainkan buah dadanya yang menggantung bergoyang-goyang, sesekali ku remas rambutnya dan ku tekan kepalanya agar semakin dalam mulutnya melahap kontolku. Bu Limah lalu menghentikan hisapannya pada kontolku. ”Dal, ayo kontolmu masukin, memek Ibu sudah kepengen banget di ewe.” Pintanya sambil membaringkan tubuhnya di atas tikar dengan kedua kakinya dilebarkan memperlihatkan memeknya yang mumplu. Tanpa berkata lagi aku menyusul Bu Limah dan ku kangkangi tubuhnya dari atas. Bu Limah meraih kontolku lalu di arahkannya ke lubang memeknya. Setelah pas lalu ku tekan perlahan-lahan hingga kontolku masuk seluruhnya ke dalam memek Bu Limah lalu ku tarik dan ku masukan lagi dengan gerakan semakin cepat. Mulut Bu Limah terus berdesis-desis menahan nikmat. Tubuh Bu Limah terhentak-hentak karena dorongan tubuhku, buah dadanya yang bergerak-gerak indah kuremas-remas penuh nafsu, sambil terus bergerak aku dan Bu Limah berpelukan erat, mulutku dan mulutnya saling hisap. Bu Limah lalu memintaku berganti posisi di atas, aku berbaring dan Bu Limah duduk di atas selangkanganku setelah kontolku di masukannya ke dalam memeknya. Bu Limah menggoyang-goyangkan pantatnya, terasa seperti memeknya memilin-milin kontolku. Dari bawah tetek Bu Limah ternyata tampak lebih indah menggantung bergoyang-goyang. Aku dan Bu Limah kembali ke posisi semula. Gerakan aku dan Bu Limah semakin liar. Tusukan kontolku semakin cepat yang diimbangi dengan gerakan pantat Bu Limah yang kadang bergoyang ke kiri dan ke kanan kadang ke atas dan ke bawah menambah semakin panasnya permainan seks yang aku dan Bu Limah lakukan. Hingga akhirnya ku rasakan cairan spermaku segera keluar. ”Bu saya mau ke luar..,” Erangku. ”Ibu juga mau keluar, Dal..,” Desah Bu Limah. Aku dan Bu Limah saling berpelukan dengan ketatnya, bibirku dan bibir Bu Limah saling hisap dengan erat dan spermaku pun menyemprot di dalam memek Bu Limah. Beberapa saat aku dan Bu Limah saling diam menikmati sisa-saisa kenikmatan. Sambil berbaring di atas tikar di bawah pohon rambutan yang rindang dengan tubuh sama-sama telanjang aku dan Bu Limah melepas lelah sambil ngobrol dan bercanda. Tanganku mempermainkan tetek Bu Limah entah mengapa aku suka sekali dengan tetek Bu Limah itu. Aku dan Bu Limah lalu membersihkan badan di kamar mandi, saling gosok dan sambil remas hingga gairah ku dan gairah Bu Limah kembali bangkit, aku dan Bu limah kembali bersetubuh di kamar mandi sampai puas. Wanita seusia Bu Limah memang sangat berpengalaman dalam memuaskan pasangannya, mereka tidak egois dalam menyalurkan gairah seksnya, bahkan yang kurasakan Bu Milah cenderung memanjakanku agar mendapatkan kenikmatan yang setinggi-tingginya. Maka karena itulah akupun merasa di tuntut untuk bisa mengimbanginya. Gairahku terhadap Bu Milah entah kenapa selalu menyala., maunya setiap hari aku bisa menggaulinya, dan ternyata Bu Milah pun demikian. Hal ini kudengar sendiri ketika aku mengajaknya untuk bersetubuh padahal ketika itu teman kostu sedang ada di kamarnya. Saat Bu Milah sedang mencuci piring ku dekap dia dari belakang, tapi dengan halus Bu Limah menolaknya. ”Jangan sekarang Dal, nanti temanmu tahu.” Kata Bu Limah. ”Tapi Bu, saya sudah nggak tahan..,” Sanggahku. ”Ibu juga sama, malahan ibu pengennya tiap hari begituan sama kamu.” Akhirnya aku mengalah dan kembali ke kamarku dengan kepala penuh hasrat yang tak terlampiaskan. Sudah 4 hari ini gairahku tak tersalurkan, aku dan Bu Milah hanya bisa saling bertukar kode tanpa bisa berbuat lebih, hingga ketika itu sore, mendadak temanku pulang ke kampungnya setelah dapat telepon bapaknya sakit. Setelah temanku pergi ku kunci pintu lalu segera aku mencari Bu Limah. Di dalam rumah tampak Bu Limah baru keluar dari kamarnya. Bu Limah ketika itu memakai baju kurung berkerudung sepertinya Bu Limah mau pergi. ”Mau ke mana Bu?” Tanyaku mendekatinya. ”Ibu mau ngaji dulu Dal..,” Jawab Bu Limah. ”..Bu, ayo dong, sudah lama nih..,” Rujukku. ”Nanti aja yah Dal, Ibu cuma sebentar koq ngajinya.” ”Ayo lah Bu sebentar aja..,” Paksaku sambil ku peluk Bu Limah. Tanganku segera saja menjalar ke balik baju Bu limah yang gombrong. Buah dada Bu Limah yang besar yang selama beberapa hari ini ku rindukan, jadi mainanku. ”..Dasar kamu, nggak sabaran banget.., tapi sebentar aja yah!” Rengek Bu Limah akhirnya pasrah. Ternyata Bu Limah juga sudah panas, ciuman bibirku segera di balasnya dengan bergelora. Meskipun waktu itu Bu Limah memakai kerudung tak menghalangi aku dan Bu Limah untuk saling berbagi kenikmatan malahan aku merasa ada nuansa yang lain yang kian membuat gairah bercintaku menjadi-jadi dan permintaan Bu Limah melepas kerudungnyapun kularang. ”Dal, kerudungnya Ibu lepas dulu yah!” Pinta Bu limah. ”Jangan Bu, biarin saja, saya semakin bernafsu melihat pakai kerudung..”. Larangku. ”Ah kamu ini ada-ada saja.” Sambil terus berciuman Bu Limah melepas Bhnya, lalu bajunya ku angkat ke atas dan ku sorongkan wajahku menjamah buah dadanya. Ku ciumi dan ku jilati sepuas-puasnya. Bu Limah merengek-rengek kecil sambil tangannya mengerumasi rambutku. ”..Ah.., ngghh.., yah.., sshh.., ahh..,” Suara Bu Limah pelan. Tangan Bu Limah menarik celanaku hingga kontolku yang sudah keras itu mengacung bebas, lalu di permainkannya kontolku dengan meremas-remasnya. Kain bawahan yang di pakai Bu Limah ku angkat dan ku gelungkan di pinggangnya, lalu pantatnya ku remas-remas setelah kutarik celana dalamnya. ”Dal.., ayo Dal cepet masukin..,” Pinta Bu Limah. ”Iya Bu, disini aja ya Bu! Jawabku sambil membimbing tubuh Bu Limah ke kursi panjang yang ada di ruang tamu. ”Tapi nanti kalau ada orang gimana Dal?” Tanya Bu Limah khawatir. ”Tenang aja Bu, kan kita nggak telanjang” Aku meyakinkan Bu Limah. ”Dal, Ibu di atas yah..!” Bu limah meminta posisi di atas. Aku mengiyakan kemauan Bu Limah, ku dudukan tubuhku di atas kursi panjang dengan posisi agak berbaring, selanjutnya Bu limah menempatkan tubuhnya di atasku, dengan kedua kaki melipat sejajar pahaku, lalu Bu limah menurunkan tubuhnya dan mengarahkan memeknya ke kontolku. Kontolku di pegangnya agar pas dengan lubang memeknya. Setelah itu Bu Limah menekan tubuhnya hingga kontolku masuk ke dalam memeknya sampai dasar lalu diputar-putarnya pantatnya, lalu diangkatnya memeknya dan di tekan lagi sambil di putar-putar dengan gerakan semakin cepat . Buah dada Bu Limah yang besar bergoyang keras mengikuti gerakan tubuh Bu Limah yang semakin liar itu segera ku sosor dengan mulutku, ku ciumi dan ku hisapi hingga meninggalkan tanda merah, sementara tanganku meremas-remas bongkahan pantatnya. Biarpun Bu Limah tidak melepas pakaian dan kerudungnya persetubuhan aku dan Bu Limah tetap dahsyat malah semakin membuatku bernafsu. Ku imbangi gerakan Bu Limah dengan menghentakan pantatku ke atas apabila Bu Limah Menekan ke bawah sehingga aku merasakan kontolku seperti menghujam ke dalam memek Bu Limah, membuatnya semakin terhempas-hempas kenikmatan. ”Ahhh.., ssshh.., mmhh.., Yaahh..,” Mulut Bu Limah tak berhenti merintih. ”Ayo Dal, terus tusuk yang dalam memek Ibu.., iyyahh..,” Katanya di sela-sela rintihannya. Setelah beberapa saat aku dan Bu Milah saling menggenjot dengan posisi Bu Milah tetap di atas, kurasakan spermaku mau keluar. ”Bu saya mau keluar.., Bu..,” Erangku. ”Ibu juga dal, mau kaluar.., aahh..,” Balas Bu Limah. Gerakan tubuh ku dan tubuh Bu Limah sudah tidak beraturan lagi, aku dan Bu Limah semakin liar menjelang klimaks. Tubuhku dan tubuh Bu Limah saling peluk erat, bibir ku dan bibir Bu Limah bertautan erat saling hisap, hingga akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Limah sama-sama mengejang, spermaku pun tumpah di dalam memek Bu Limah. Aku dan Bu limah bersama-sama menikmati puncak permainan seks yang bergelora walaupun tidak begitu lama. Aku dan Bu Limah sama-sama terdiam dengan masih berpelukan menikmati sisa-sisa gairah. Setelah keadaan dirasa normal Bu Limah mengangkat tubuhnya lalu berdiri, baru tampak olehku kalau pakaian dan kerudung yang dipakai Bu Limah begitu acak-acakan akibat pergumalan tadi. ”Udah ya Dal, Ibu mau berangkat.” Kata Bu Limah sambil beranjak menuju kamar mandi. Aku lalu mengikutinya. Aku dan Bu Limah sama-sama masuk kamar mandi untuk membersihkan cairan sisa pergumulan. Sambil saling bercanda aku dan Bu Limah saling Basuh. ”Gara-gara ini nih Ibu jadi terlambat..,” Kata Bu Limah sambil meremas pelan kontolku yang mulai layu. Aku hanya nyengir mendengar gurauan Bu Limah. Setelah dirasa bersih aku dan Bu Limah keluar dari kamar mandi, aku masuk ke dalam kamarku sedang Bu Limah berjalan ke dalam rumah. Ku ganti kaos dan celanaku lalu aku duduk di depan kamarku, ngeroko sambil baca koran. Dari dalam terlihat Bu Limah berjalan ke arahku dia sekarang sudah rapi kembali. ”Dal, Ibu berangkat ngaji dulu yah.., kalau mau istirahat jangan lupa pintu depan kunci dulu.” Kata Bu Limah. ”Iya Bu”. Jawabku sambil berdiri dan berjalan mengikuti Bu Limah, iseng ku remas pantat Bu Milah yang bergoyang-goyang dari belakang, Bu Limah hanya mendelik manja. ”..ah nakal kamu Dal, belum puas yah..?” ”Nggak tahu nih Bu, kalau ngelihat Ibu bawaannya jadi nafsu.” Setelah menutup pintu aku kembali ke kamar untuk tidur siang. Malamnya aku dan Bu Limah nonton TV berdua di rumahnya, kami hanya mengobrol dan bercanda saja, tak enak juga untuk mengajak Bu Limah bersetubuh lagi kasihan sepertinya dia cape. Ketika aku mau kembali ke kamar kudengar telepon Bu Limah berdering yang ternyata dari cucunya Bu Limah yang mengatakan bahwa besok siang mau berkunjung. Wah alamat gairahku bisa tak tersalurkan lagi nih, kataku dalam hati. Esoknya, kira-kira jam setengah tujuh pagi, aku bangun dan langsung mandi. Saat berjalan ke kamar mandi kulihat Bu Milah sedang berada di dapur dengan hanya memakai daster tipis membuat gairahku naik. Ketika mandi pikiranku terus tertuju ke Bu milah, pikirku, kalau nggak sekarang menikmati tubuh Bu Limah bisa gigit jari deh, soalnya cucu Bu Limah kalau datang bisa berhari-hari, dan acara mandi pagi pun ku percepat. Setelah selesai mandi, aku segera masuk kembali ke dalam kamarku lalu memakai kaos dan celana pendek biar praktis. Aku lalu ke luar dari kamarku sambil mengendap-ngendap mendekati Bu Limah yang sedang berdiri di depan meja dapur membelakangiku. Setelah dekat dengan Bu Milah langsung ku susupkan kepalaku ke bawah pantat Bu Milah setelah terlebih dahulu bagian bawah dasternya aku angkat , ternyata Bu Milah tidak memakai celana dalam, dan belahan pantat Bu Milah pun ku ciumi penuh nafsu. ”Aw!.., apaan nih..!” Teriak Bu Limah terkaget-kaget merasakan sesuatu pada pantatnya, tapi setelah tahu aku yang melakukannya Bu Limah pun tenang kembali. ”Iiih, kamu ini ngapain sih, ngagetin Ibu aja, untung Ibu nggak Jantungan”. Rutuknya, sambil membiarkan saja apa yang aku lakukan terhadapnya. Ku ciumi sekeliling pantat Bu Milah yang masih berwangi sabun, rupanya Bu milah juga baru habis mandi. Dari balik dasternya, tanganku ku julurkan ke ke atas untuk meraih teteknya yang menggantung yang juga tidak tertutup BH, setelah terpegang lalu ku remas-remas, sedangkan Bu Milah sejauh ini masih cuek saja dengan terus memilih-milih sayuran. ”Dal, Ibu sih sudah menebak kalau pagi ini kamu pasti minta jatah sama Ibu.” Kata Bu Milah. ”Koq Ibu tahu..?.” Tanyaku dari balik dasternya. ”Kamu semalam denger kan kalau cucu Ibu mau datang. Kasihan deh kamu Dal, bakal nganggur beberapa hari, hi.., hi.., hi..,” Jawab Bu Milah sambil tertawa mengikik membayangkan penderitaanku nanti. ”Iya Bu, nasib-nasib.., ” Sesalku. Bu Limah kembali tertawa mendengar ratapanku itu. Sambil terus menciumi pantat Bu Limah, kuminta dia melebarkan kedua kakinya agar mengangkang, lalu ku geser tubuhku semakin kedalam dan ku balikan badanku dengan wajah menghadap keatas persis di bawah memek Bu Limah. Memek Bu Limah yang berbulu tebal itu lalu ku ciumi dan ku jilati, lubang memeknya ku masuki dengan jari tanganku sambil ku putar-putar di dalamnya. Bu Milah pun mengimbangi dengan menggoyang-goyangkan dan menekan-nekankan pantatnya, sepertinya gairah Bu Milah pun mulai naik. ”Dal berhenti sebentar, Dal” Pintanya. Dan setelah aku menghentikan kegiatanku, dengan masih tetap berdiri di tariknya kursi makan di sebelahku lalu diangkatnya satu kakinya dan di letakan di atas kursi, dengan posisi seperti itu memungkinkan aku semakin bebas menjelajahi memeknya. Memek Bu Limah pun kembali ku jelajahi dengan rakus. Tak lama berselang, kurasakan tubuh Bu Limah yang kini setengah berbaring dengan kepala menggeletak di atas meja, mengejang, satu tangannya menekan kepalaku membuatnya tersuruk kian dalam ke memeknya disertai dengan lenguhan panjang. Setelah itu perlahan-lahan gerakan tubuh Bi Limah pun melemah, kemudian terhenti, hanya dengus nafasnya saja terdengar masih cepat. Seiring dengan melemahnya gerakan Bu Limah, aku pun menghentikan permainan ku pada memek Bu Limah. Tanganku kini berpindah meremasi buah dada Bu Limah yang menggantung bergoyang-goyang karena kepala Bu Milah masih tergeletak di atas meja dan tubuhnya menjadi doyong ke depan. Mulutku ikut menyerbu, buah dada Bu Milah dengan rakus ku ciumi, ku hisapi dan kuremas-remas. Setelah merasa pulih, Bu Milah lalu bangkit, dan akupun kemudian duduk di atas kursi. Bu Milah lalu memelukku dari arah depan hingga kedua teteknya yang empuk menghimpitku karena saat itu aku masih duduk di kursi. Bu Limah menciumi kepalaku lalu ciumannya turun ke wajah. Aku dan Limah saling berpagutan dan bertukar lidah. Bu Limah Lalu jongkok, di tariknya celana pendekku hingga kontolko yang sudah keras itu mengacung. Dipermainkannya kontolku dengan mengocoknya lalu dimasukannya ke dalam mulutnya sambil di hisap-hisapnya. Aku dan Bu Limah menuju ke menu utama permainan, dengan menyingsingkan dasternya, Bu Milah lalu membaringkan tubuhnya diatas meja dengan satu kaki tetap menginjak lantai sedang yang satunya di angkat melintang sejajar tepian meja, menampilkan pemandangan erotis pada memeknya. Terlihat memeknya sedikit mendongak. Segera kuarahkan kontolku ke belahan memek Bu Limah, kemudian ku dorong hingga amblas dan ku tarik lagi dengan lebih cepat. Tubuh Bu Milah terhempas-hempas terdorong oleh hentakanku, untung saja meja makan yang di jadikan tumpuan tubuh Bu Limah kuat, itupun sesekali beradu juga dengan dinding hingga menimbulkan suara berdegup. Aku dan Bu Limah lalu berganti posisi dengan berbaring di lantai dapur. Bu Limah memiringkan tubuhnya, aku yang sudah berjongkok di depannya segera mengangkat dan menahannya dengan pandak satu kaki Bu Limah hingga terpentang, lalu kuarahkan kontolku ke memek Bu Limah yang tampak merekah itu dan ku tusukan hingga dasar memek Bu Limah. Ketika kurasakan saat-saat puncak sudah dekat, ku setubuhi Bu Limah dengan meniindihnya dari atas, mulutku menciumi buah dada Bu Limah dan kedua kaki Bu Limah melingkar di pinggangku. Setelah beberapa kali hentakan keras, a khirnya aku klimaks, spermaku tumpah di dalam memek Bu Limah. Aku dan Bu Limah berpelukan erat dengan bibir saling berpagutan, aku dan Bu Limah mengahiri pergulatan dengan puas. Setelah itu aku dan Bu Limah segera bangkit karena khawatir kalau-kalau cucu Bu Limah datang, dan benar saja tak lama setelah aku tidur-tiduran di kamarku terdengar cucu-cucu Bu Limah datang. Ternyata cucu Bu Limah tinggal lama karena sekolahnya sedang libur panjang, tinggal aku yang sengsara menahan gairah sama Bu Limah yang tidak dapat tersalurkan. Akhirnya aku tak tahan lagi, suatu sore, ketika Bu Limah hendak mandi dan cucunya sedang main di depan, ku hentikan langkah Bu Limah di depan kamarku dengan berpura-pura ngobrol aku utarakan hasratku pada Bu Milah. ”Bu, saya sudah nggak tahan lagi nih..,” Rengekku pelan pada Bu Limah. ”Sabar dong Dal, kamu kan tahu sendiri ada cucuku, Ibu juga sama, sudah kepengen, tapi ya gimana.” Jawab Bu Limah. ”Tuh Ibu juga sudah kepengen kan, ayolah Bu, sebentar saja.” Desakku. ”Iya sih, tapi nggak ada kesempatannya, cucu Ibu itu lho, maunya sama Ibu terus..” ”Bu, gimana kalau nanti malam, setelah cucu Ibu tidur Ibu pura-pura saja sakit perut, atau setelah semua tidur Ibu nanti ke sini.” ”Terus kalau pas kita lagi begitu ada yang ke kamar mandi gimana?” Kata Bu Limah Khawatir. ”Kitakan begituannya tidak di kamar mandi.” ”Habis dimana?, di kamarmu?” Tanya Bu Limah lagi. ”Ya nggak lah itu sih resikonya sama, disitu aja tuh, tempatnya kan gelap, orang nggak akan melihat kita, lagian kalau ada orang rumah yang keluar kita bisa segera tahu.” Kataku sambil menunjuk tempat dekat pohon belimbing di depan gudang yang kalau malam gelap gulita. ”Ya udah deh kalau gitu, nanti malam ibu coba kesini, sudah ya nanti ada melihat.” Jawab Bu Milah setuju. Saat Bu Limah berlalu, setelah melihat keadaan di dalam rumah Bu Limah sepi, aku sempatkan meremas bongkahan pantatnya. Bu Limah hanya merintih pelan sambil terus berjalan ke kamar mandi. Untuk semakin mematangkan rencana, dari sehabis isya aku berpura-pura tidur dan lampu kamarku pun ku matikan. Menjelang tengah malam sekitar jam sebelas ku dengar pintu belakang rumah Bu Limah di buka, segera kuintip dari celah jendela, seperti yang ku harapkan, terlihat memang Bu Milah yang keluar. Segera aku bangun dan keluar. Tanpa mengeluarkan kata, setelah menutup kembali pintu rumahnya dan melihatku keluar dari kamar, Bu Milah langsung menuju tempat yang telah di rencanakan, aku menyusulnya delangkah hati-hati. Setelah berdekatan, aku dan Bu Limah langsung saling berpelukan sambil berciuman dengan panas. Bibirku dan bibir Bu Limah saling pagut dengan liar dan penuh nafsu untuk melepaskannya yang selama ini sama-sama di tahan. Tanganku dan tangan Bu Limah sama sama sibuk saling menggerayangi. Ku selusupkan tanganku ke balik daster Bu Limah hingga bagian bawah daster Bu Milah ikut terangkat ketika tanganku mulai ku remaskan ke belahan pantatnya lalu berpindah ke depan mengobel memeknya yang ternyata tidak bercelana dalam. Bulu jembutnya yang lebat ku permainkan dulu dengan menarik-nariknya dengan pelan sebelum menjamah memeknya. Memek Bu Limah yang tembam itu lalu kepermainkan, itilnya kucubit-cubit halus, jariku lalu ku masukan ke belahan memek Bu limah dan kuputar- putar di dalamnya. Sedangkan tangan Bu limah segera menyongsong kontolku yang sudah tegang di kocok-kocoknya perlahan batang kontolku seperti sedang mengurut, kemudian berpindah meremas buah zakarku. Karena situasinya tidak begitu begitu kondusif aku dan Bu Limah tidak berlama-lama melakukan cumbuan, segera saja aku dan Bu limah bersetubuh. Dengan mencoba tetap waspada kalau-kalau ada orang rumah yang keluar. Tubuh Bu Limah berdiri menyender di dinding dengan ujung daster bagian bawah di tariknya ke atas, satu kakinya naikan ke atas dan ku tahan dengan tanganku, tubuhku menghimpit tubuh Bu Limah ke dinding dan setelah dirasa posisinya pas mulai ku hujamkan kontolku ke memek Bu Milah. Biarpun dalam keadaan yang tidak begitu leluasa, aku dan Bu Limah saling bergelut dengan liar. Aku dan Bu Limah sama-sama penuh gairah dalam persetubuhan yang kami lakukan. Nafasku dan nafas Bu Limah saling memburu. Dengan tetap menusuk-nusukan kontolku tubuh Bu Limah sedikit ku angkat dengan tangan ku yang sebelumnya meremasa-remas bongkahan pantat Bu Limah. Aku dan Bu Limah terus bergerak untuk saling berbagi kenikmatan dengan mulut yang tanpa mengeluarkan suara angkat dan kutahan. Dengan cara seperti itu ternyata aku merasakan sensasi bersetubuh yang lain, yang tak kalah nikmat nya dengan persetubuhan biasa. Aku dan Bu Milah menjadi lebih panas dan penuh gairah untuk segera menuntaskan permainan penuh nafsu ini. Mukaku ku labuhkan di tengah-tengah payudara Bu Limah setelah Bu Limah membuka kancing daster nya, lalu ku permainkan buah dada Bu Limah dengan mulutku dengan menciumi dan menghisapinya dan pada putingnya mulut ku menyosot seperti sedang menyusu membuat Bu Limah meliuk-liuk penuk nikmat. Dan Akhinya dengan tanpa merubah posisi kami yang tetap berdiri aku dan Bu Limah sampai ke ujung klimaks, tubuhku dan tubuh Bu Limah bergelut kian rapat, pantat Bu Limah menggeol-geol tak beraturan dengan semakin liar dan ku hujamankan kontolku semakin kencang sedangkan bibirku dan bibir Bu Limah terus berpagutan dengan ganasnya saling melumat dan bertukar lidah, hingga pada akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Limah sama-sama mengejang menahan kenikmatan yang tiada tara itu, spermaku pun tumpah memenuhi rongga-rongga memek Bu Limah. Tubuh Bu Limah setengah ku gendong saat itu dengan kedua tanganku mencengkram pantat Bu Limah sekaligus menahan tubuh Bu Milah. Aku dan Bu Limah sama-sama terdiam dengan tubuh tetap berpelukan menikmati sisa-sisa gairah dan nafas yang saling menderu. ”Ternyata enak juga ya Dal bersetubuh begini.” Bu Limah berbisik pelan di telingaku. ”Iya Bu.” Jawabku singkat. Kontolku yang mulai menciut pun terlepas dengan sendirinya ketika ku renggangkan tubuhku untuk memberi ruang kepada Bu Limah. ”Besok malam gimana Bu?” Tanyaku. ”Gimanan besok aja deh Dal, kita cari cara yang lain, udah yah Ibu mau masuk” Jawab Bu Limah. ”Sebentar Bu..,” Cegahku sambil membuka lagi belahan daster bagian dada Bu Limah yang belum sempat di kancingkan lalu ku ciumi lagi buah dada Bu Limah yang besar itu seperti tak ada bosannya. ”Iihh.., kamu ini nggak ada puasnya ya..,”. Sahut Bu Limah manja. Tak berapa lama sosoran ku kusudahi, dan Bu Limah lalu berjalan menuju pintu aku mengikutinya dengan memeluknya dari belakang, sambil berjalan ku ciumi tengkuk Bu Limah dan tanganku ku meremas-remas payudaranya. Setelah meremas kontolku Bu Limah pun masuk ke dalam rumah. Hubungan persetubuhanku dengan Bu Limah terus terjadi dan kian lama ku rasakan kian hot saja hingga kalau tidak halangan bisa tiap hari aku dan Bu Limah bersetubuh dengan gaya yang liar. Pergumulan penuh nafsuku dengan Bu Limah itu terus berlangsung dengan aman sampai aku lulus dan diwisuda dan berlanjut saat aku mulai kerja karena aku tetap kost/tinggal di rumah Bu Limah. Bahkan hingga akhirnya aku menikah dan pindah rumah pun sesekali aku tetap menyambangi Bu Limah untuk bercinta dengan Bu Limah, entah kenapa aku tak pernah bosan untuk menyetubuhi Bu Limah, dan sebaliknya Bu Limah pun dengan menggebu-gebu tetap melayaniku bersenggama.

Tanda-tanda Cewek Pengen ML

da puluhan cara bagi perempuan untuk mengatakan mereka tertarik dengan lelaki dan berharap untuk dapat bercinta. Tapi tahukah kamu (lelaki-red) apa saja sinyal itu? Kadang lelaki suka memaksakan kehendak untuk mengajak perempuan tidur, tapi mereka tidak efektif sama sekali karena tidak membaca sinyal yang diberikan. Padahal, itu amatlah mudah untuk dibaca tetapi bisa juga menjadi amat rumit. Nah sekarang kamu harus belajar untuk lebih mengenal dia (perempuan-red).
Sinyal seks ini harus dapat dibedakan tergantung pada situasi dan kondisi yang berlangsung, sebagai individual, dia dapat saja memberikan sebuah sinyal, tapi mungkin itu hanya karena dia tertarik dan belum mengindikasikan dia mau kamu ajak tidur. Misalnya yang umum terjadi pada dia di sebuah club malam, cafe atau diskotik terlihat bahwa mereka memberikan sinyal lebih awal, tapi ternyata semakin malam dengan atmosfer suasana yang semakin berbeda sinyal mereka menjadi tidak jelas.
Hal ini amat berbeda dengan membaca bahasa tubuh kaum perempuan, dan aku tidak pernah percaya dengan tulisan orang lain mengenai “Bahasa Tubuh Wanita”, karena tidak ada cara yang pasti benar. Perempuan kadang melakukan proyeksi tubuh secara sadar, atau bahkan mereka tidak sadar dengan apa yang tubuh mereka “katakan”.
Perempuan kadang memberikan tanda ketertarikannya dan sebenarnya memang ia amat tertarik, tubuhnya kemudian memproyeksikan hal itu secara tidak sadar, tapi sebenarnya itu hanya keinginan saja sementara secara sadar ia menolaknya karena ia sudah menikah. Jadi sulit kan membacanya??
Ini sebenarnya rahasia besar, jarang sekali perempuan yang mau terbuka untuk hal ini. Untuk membaca sinyal seks dengan benar diperlukan kesabaran dan kejujuran. Banyak lelaki yang terlalu “overreact” pada sinyal kecil, yang sebenarnya itu karena keinginan/nafsu lelaki saja padahal sinyalnya tidak ada disitu. Saranku, baca itu dengan santai dan lembut. Jika sinyal mereka lemah kamu harus menyeimbangkannya sampai sinyal itu menguat.
Sebelum kamu lebih jauh meng-eksplorasi progress dari sinyal-sinyal itu, kamu harus tahu dasarnya. Untuk lelaki kadang sinyal dari dia (perempuan) yang paling sederhana sudah amat menantang (dasar lelaki…). Tapi mereka takut ditolak (dasar lelaki lagi… ). Nah sekarang berterimakasihlah sama aku. Ini dasar-dasarnya yang harus kamu hafalkan dan pelajari.
Memainkan benda-benda di sekitarnya atau mengelus-elusnya
Perhatikan kecepatannya, kalau dia memainkan itu dengan lembut berarti dia ingin berkata “usap aku..” Sebaliknya kalau cepat dan tergesa-gesa tandanya dia bosan dan ingin kamu segera menjauh.. (nanti dilempar lho… )
Mengusap dan Mengelus Tubuh Sendiri
Sinyal ini bisa menipu tapi bisa juga amat pasti, kadang ini berarti “Aku ingin kamu usap… ” Bisa juga dengan mengusap beberapa bagian tubuhnya dia ingin mengajak kamu melihat bagian tubuhnya yang amat dia banggakan dan menjadi aset berharga bagi sex appeal-nya
Memainkan Rambutnya
Indikasi bahwa dia memiliki rambut yang sehat dan secara esensial dia ingin berkata “lihat aku. Aku sehat dan percaya diri..” jadi pujilah, kemudian kalau dia menyibak rambutnya ke samping atau mengangkat kedua tangannya untuk merapikan rambutnya ke belakang bisa jadi dia mau bilang “usap dan ciumlah leherku.. ” Perhatikan baik-baik.
Mengelus dan Mengusap Lehernya
Salah satu bagian tubuh paling sensitif bagi perempuan adalah leher. Dan semua lelaki (yang normal..) biasanya amat suka mengusap leher perempuan dengan hidungnya sambil mengendus aromanya. Jadi ini artinya “rasakan kehalusan leherku… “
Menunjuk Dengan Dengkul
Ini adalah sinyal tentang ketertarikan dan fokus. Dengan menyilangkan kaki dan menunjuk ujung dengkul ke hadapan seorang lelaki, berarti dia tertarik dengannya dan seakan dia ingin membuat ruang sendiri dengan lelaki tersebut. Yang ingin dikatakannya “Kamu adalah orang yang menarik.. dan aku fokus dengan kamu.. “, Tapi kalau dengkul dan ujung kaki menunjuk ke kamu berarti dia melindungi dirinya dan tidak ingin kamu ganggu.
Vagina Gesture
Jika kamu melihat perempuan yang meyilangkan tangannya di sekitar vagina pada saat dia memakai celana jeans atau kostum lain, ini adalah secara sadar dia membuat bingkai diantara vaginanya dan berarti dia ingin membuat kamu “terangsang”. Yang juga berarti dia ingin berkata, “Ini adalah bagian tubuhku yang aku ingin kamu perhatikan dan terbuka untuk orang yang tepat!” Jadi ini adalah sinyal percaya diri yang kuat dan ingin menguasai serta amat agresif di ranjang. Buktikan!
Dasar-dasar di atas menunjukan ketertarikan dan masih ingin saling mengenal lebih dekat. Untuk yang sudah berumah tangga atau berpasangan mungkin dasar-dasar tersebut tidak terlihat jelas, tetapi kadang kala diperlihatkan oleh perempuan secara tidak sadar. Jadi bagi kamu yang ingin berkencan dasar-dasar di atas perlu kamu pelajari.
Menggigit gigit bibir bawah
Isyarat ini biasanya ditujukan pada lawan jenisnya sebagai ungkapan isyarat minat untuk bercinta dan ketertarikan hasrat bercinta dengan pria dihadapannya yang diminati.

Kisah Nyata Seorang Dokter bersama Tiga Pasien Perempuan (Ada Apa Gerangan?)

Kehidupan kita semasa kecil dulu amat sangat berbeda dengan saat ini. Pergaulan, sumber hiburan, dan pelajaran sekolah zaman kita dulu mungkin dikatakan “sangat tertinggal” dibandingkan anak-anak zaman sekarang.
Dulu, saat kita belum pulang ke rumah sampai sore hari, orang tua kita mesti sudah mencari anaknya dengan cemas ke mana-mana. Bahkan sampai ada yang membawa sapu kecil untuk menghukum anaknya yang terlambat pulang tanpa izin. Tapi saat ini, pemandangan tersebut seakan jarang kita temui. Banyak orang tua membiarkan anak-anaknya bebas bermain di mana pun dan kapan pun tanpa aturan, dengan alasan untuk kebebasan si anak dan memperluas pergaulan anak. Pada usia dini pun, anak-anak bebas bergaul dan meraup informasi dari teman-temannya tanpa bisa memilah-milih, karena pergaulan mereka memang dengan komunitas yang sedang sama-sama — diistilahkan — “mencari jati diri”.
Bagaimana hasilnya? Informasi dari internet, gadget, dan yang lainnya ditelan mentah-mentah oleh si anak, tanpa bisa membagi “ini buruk” dan “ini baik”.
Memang sunnatullah bahwa zaman ke zaman semakin rusak, seperti yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
مَا مِنْ عَامٍ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ
“Tidak ada satu masa (yang datang), kecuali masa setelahnya itu lebih buruk darinya, sampai kalian menjumpai Rabb kalian.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2132)
Pada kesempatan ini, saya ingin menceritakan beberapa kisah nyata yang saya temui. Semoga dapat diambil faedahnya dan menjadi penyemangat kita untuk mendidik anak-anak kita dengan dipandu Al-Quran dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang tak lekang dirongrong zaman.

# Perempuan ke-1
(P: pasien, D: dokter)
Seorang pemudi usia 15 tahun datang ke klinik dengan diantar oleh seorang pemuda seusianya.
P: (dengan muka ragu-ragu) “Dok, saya terlambat datang bulan.”
D: (melihat data pasien di kertas rekam medis: usia 15 tahun) “Oh, berapa hari?”
P: “Hmm … sekitar 2 mingguan, Dok. Enggak apa-apa itu, Dok?”
D: “Coba saya periksa dulu ya.” (dokter memeriksa pasien)
Beberapa menit kemudian.
D: “Silakan duduk, Dik. Biasa itu, Dik. Masih ABG soalnya, jadi hormon menstruasi belum stabil.”
P: “Hmm … kalo tes urin bisa enggak, Dok?”
D: “Loh, kenapa tes urin? Sudah menikah, belum?”
P: “Belum sih, Dok.”
D: “Ya sudah, ndak perlu. Tes urin ‘kan buat mengetahui hamil atau tidak, kecuali kamu berbuat ‘yang enggak-enggak’. Nih resepnya, minta di depan ya!”
Pasien keluar, berbincang dengan si pemuda. Kemudian masuk lagi ke ruang praktik.
P: “Dok, saya ingin tes urin.”
D: (menghela nafas) “Ya, boleh. Silakan minta sama karyawan saya tesnya.”
Beberapa menit kemudian.
P: “Ini, Dok. Hasilnya.”
D: “Garis 1, negatif.”
P: (tersenyum) “Terima kasih, Dok.”
Si pemudi keluar, berbincang, dan tertawa bersama si pemuda yang mengantarnya. Puaskah mereka dengan hasil urin tadi? Allahu a’lam.

# Perempuan ke-2
ABG (wanita) usia 18 tahun datang berobat sendirian.
D: “Silakan duduk, Dik. Ada keluhan apa?”
P: “Hmm … saya kalau kencing kok sakit, Dok? Terus, kok kayak ada cairannya? Kayak nanah gitu.”
D: (mengernyitkan dahi) “Ada nanahnya? Keputihan juga kayak gitu?” (mencoba meyakinkan pasien)
P: “Iya, Dok. Ada nanahnya.”
D: “Yuk, saya periksa.”
Dokter memeriksa pasien dengan teliti, khususnya pada keluhan utamanya.
D: “Sudah selesai. Duduk dulu, Dik. Hmm … maaf, Dik. Apa kamu pernah berhubungan sama laki-laki sebelumnya?”
P: (dengan wajah polos) “Iya, Dok.”
D: “Kapan?”
P: “Kira-kira sepuluh hari yang lalu.”
D: “Ya Allah … kok kamu mau sih, Dik?” (geleng-geleng kepala)
P: “Terus, kata pacar saya, ‘Kamu kena sipilis itu. Cepat berobat! Saya juga kena itu kata dokter di sini.'”
D: “Loh, pacarnya di mana sih?”
P: “Di Kalimantan, diusir orang tuanya karena enggak mau kuliah.”
D: “Aduh, Dik … Dik …. Kalau pacarmu terkena penyakit itu, berarti pacarmu itu pernah berhubungan sama wanita yang lain juga. Biasanya yang kena begituan PSK loh. Terus, apa enggak takut, Dik? Itu dosa besar loh, zina! Ini saya kasih obat, nanti kontrol lagi ya. Dan ingat, jangan melakukan hal itu lagi ya.”
P: (mengangguk-angguk)
Dua bulan kemudian si ABG datang lagi dengan seragam SMU-nya.
P: “Dok, hmm … kencing saya sakit lagi.”
D: “Loh, kok bisa? Kamu melakukan ‘itu’ lagi?”
P: (mengangguk-angguk) “Dan sekarang sakit sekali, Dok.”
D: “Ya Allah … kenapa sih, Dik? ‘Kan kemarin saya sudah memperingatkan, itu penyakit berbahaya loh, nanti bisa mengakibatkan kemandulan. Mau tanggung jawab enggak tuh nanti pacarmu? Kalau memang cinta sekali, nikah aja sekarang!”
P: “Pacar saya sudah janji, nanti kalau saya sudah lulus. Orang tua saya juga sudah mengizinkan.”
D: (geleng-geleng kepala) “Lah, walaupun sudah direstui, tetap enggak boleh ‘begitu’ loh, Dik. Ini parah sekali loh infeksinya. Ya udah, ini saya obati. Tapi kalau tetap enggak ada perubahan, saya sarankan ke dokter kulit dan kelamin langsung. Ingat-ingat loh, Dik, jangan terbujuk rayuan si pacar, tapi ingat-ingat itu dosa dan bisa berdampak buruk sama kesuburan. Sama masa depan kalian berdua juga insya Allah.”
Si ABG terdiam dengan raut wajah biasa, sepertinya cintanya sama si pacar memang mengalahkan argumen bu dokter.

# Perempuan ke-3
ABG usia 18 tahun datang didampingi ibunya.
Ibu: “Dok, ini anak saya lagi kerja di Jakarta, terus pulang karena sakit. Begini, Dok. Perutnya kok kelihatan besar, ya? Terus katanya kok ada yang gerak-gerak gitu. Anaknya jadi lemas, badannya enggak enak.”
D: “Hmm … haid terakhir kapan sih, Dik?”
P: “Hmm … kapan, ya? Lupa.”
D: “Silakan naik ke tempat periksa.”
Beberapa menit kemudian setelah selesai pemeriksaan
D: “Punya pacar enggak sih, Dik?”
P: “Punya.”
Ibu: “Pacarnya juga kerja di Jakarta, Dok.”
D: “Oh … ini bayi, Bu. Yang gerak-gerak itu bayi.”
Ibu: “Ya Allah …. Bayi?”
Ibu: “Kamu hamil?” (sambil mencolek anak perempuannya. Si ibu masih kelihatan tidak percaya)
P: (diam, kelihatan bingung)
D: “Sama siapa sih, Dik? Sama pacarnya itu?”
P: (mengangguk-angguk)
P: “Ya udah, ini saya kasih vitamin aja ya. Silakan tebus di depan.”
Sambil keluar dari kamar periksa, si ibu masih terus mencolek anaknya, “Kamu hamil? Kamu hamil?”

Subhanallah … miris sekali, bukan?
Remaja tidak kenal konsep pembuahan, apalagi mengenali bahwa mereka saat itu dalam keadaan hamil. Apakah mereka juga tidak paham bahwa perbuatan yang mereka lakukan adalah dosa besar? Dosa besar! Allahul musta’an.
Ini adalah PR besar kita sebagai orang tua, sebagaimana yang diperintahkan Allah,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
Kemudian sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanyai tentang kepemimpinannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim; hadits riwayat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu)
Semoga Allah melindungi anak-anak kita dari propaganda “kebebasan” yang kebablasan. Sedari dini kita tanamkan ilmu agama yang benar sesuai petunjuk Al-Quran dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Saring dan bimbing mereka dalam menerima informasi dari berbagai media. Awasi selalu dengan siapa mereka bergaul, terutama anak-anak kita yang mulai menginjak usia remaja.
Kelak, kita akan berdiri di hadapan Allah untuk mempertanggungjawabkan didikan kita terhadap mereka.
Ya Allah, mudahkan kami pada hari hisab nanti. Bimbinglah kami dalam mendidik putra-putri kami dan mohon ampuni kami jika kami salah dalam mendidik mereka.
Semoga kelak kita dikumpulkan di surga bersama keluarga yang kita sayangi. Amin ….
**

Monday, 29 February 2016

Cerita Sex Dewasa 18+

Saat itu, Umurku baru 19 tahun. Umur yang tak sebanding dengan pengalaman hidup yang kualami. Bayangkan, di umur sedini ini, aku sudah pernah bersetubuh dengan 3 wanita cantik. Satu orang kuanggap ..istriku.., satunya lagi bahkan ibu angkatku, dan yang terakhir dan paling seru adalah dosenku yang sekaligus sahabat terdekat Bu Siska, ibu angkatku.
Kukatakan paling seru hot karena Bu Hesti (atau Tante Hesti), dosenku itu ternyata punya libido yang lebih tinggih lagi dibanding ibu angkatku. Sejak pertama kali berhubungan badan denganku ia sudah tak malu-malu memintaku untuk melayaninya hampir tiga kali sehari. Tak mengenal tempat, Bu Hesti malah pernah dua kali memintaku menyetubuhinya di ruang dosen yang saat itu kebetulan sedang sepi. Lalu di toilet kampus ketika aku baru saja hendak menuju tempat parkir. Dan yang seingatku paling seru adalah sehari sebelum kami melakukan ..pesta bertiga…
Sesuai kesepakatan kami (lebih tepat ultimatumku pada Bu Hesti), dia hari ini akan mengatakan ide gilanya (main bertiga) pada ibu angkatku itu. Aku dimintanya menunggu di suatu tempat (hotel) di kawasan menteng dekat rumah untuk bertemu dan melihat bagaimana hasil ..loby.. Bu Hesti terhadap Bu Siska. Dengan bersemangat, aku yang sedari pagi memang terus memikirkan hal itu jadi tegang seharian.
Tak sabar rasanya ingin segera mengetahui apakah ibu angkatku itu akan setuju atau tidak dengan ide Bu Hesti. Meski tak seratus persen yakin, aku sangat berharap ibu menyetujuinya. Bayangan-bayangan vulgar dua tubuh perempuan paruhbaya yang keduanya montok dan bahenol itu tergambar jelas di benakku, bagaimana jika dua tubuh bugil itu ..tersaji.. dan menggoda gelora api birahiku.
Ah! Aku benar-benar menginginkannya segera! Ya, segera! Aku ingin memakan keduanya mentah mentah! Memasukkan kontolku di kedua memek yang sama-sama nikmat itu bergiliran, memompa keras kelaminku pada kewanitaaan mereka, mengantarkan gelora api seksual mereka ke puncak dengan teriakan sejadi-jadinya, hempasan sekeras-kerasnya, genjotan secepat-cepatnya dan hujaman sedalam-dalamnya, aaah!!!
Aku memasuki kamar hotel yang telah di booking sebelumnya oleh Bu Hesti, siang jam 12.30pm. Badanku menghempas dan telentang di kasur empuk itu. Telanjang sudah, tanpa CD dan tanpa selimut. Kubiarkan dinginnya aircon menerpa seluruh pori-pori kulitku, karena sebentar lagi, seorang perempuan -yang kurang dari empat hari ini mulai mengisi ..jadwal ngentotku.. di sela-sela aktivitas seksual keseharian dengan Bu Siska- akan datang dan kuyakin membawa berita baik tentang rencana ..2v1 Fuck.. yang kuimpikan sejak Bu Hesti mengatakannya.
….ting tong..,.. bel pintu berbunyi, aku melompat ke arah pintu dan langsung mengintip melalui lubang kecil disana. Oy oy! Perempuan paruhbaya bertubuh sintal dan bersusu montok ini datang juga rupanya. Berpakaian terusan biru motif bunga tanpa lengan, mempertontonkan ..sisa.. putihnya kulit dan kemontokan buah dada nya tak mampu sembunyi dibalik baju feminim itu.
Uuuhhhh, ia sangat tahu seleraku rupanya, terusan berkancing depan dengan dada rendah dan pinggiran berenda itu seperti memacu adrenalin kelelakianku untuk tak sabar menunggu tanganku yang membuka pintu. Dan begitu ia masuk, aku cepat menutup pintu dan dengan gerakan yang ia tak sangka-sangka, kudekap dari belakang. Langsung menyingkap gaunnya yang begitu menggoda.
Tangan kananku mendekap erat pinggangnya dari belakang, yang kiri menyingkap bawahan gaun itu dan langsung menyambar tepian celana dalamnya, kucopot dengan paksa hingga pemiliknya gelagapan seperti tak siap. Tapi begitu wajah manis mirip artis Camelia Malik itu sedikit menoleh kebelakang, aku langsung menerkam bibir sensualnya. Keciplak-nya pun jadi memicu birahi untuk segera ..memperkosa.. ibu dosen binal nan nikmat pepeknya ini!
Bu Hesti memang tak lagi sempat berkata-kata, ini kali pertama sejak affair kami, aku ..memperkosanya… Dan akhirnya, meski kelihatan sedikit meronta-ronta seakan menolak, ia pasrah juga saat kubaringkan tellentang dengan pakaian yang masih melekat tapi awut-awutan itu. Kakinya mengangkang dan menjuntai di pinggiran tempat tidur, setengah dari kancing depan dada gaun terusan itu terlepas dengan cup BH yang kutarik kebawah, menunjukkan eksistensi kemolekan buah dadanya, di pinggiran puting kiri susu itu bahkan masih tampak sisa kenyotan mulutku saat pertama ngentotin ibu dosen ini.
Kunjungi Juga CeritaSexDewasa.Org
Kuangkat keatas kakinya tinggi-tinggi, kukangkangi kiri kanan lebar, menunjukkan jelas rekahan vagina yang lebih senang aku sebut PEPEK merah itu, menggoda sekali. Dan buah zakar, pelir atau kontolku mengacung keras dan bersiap masuk menerobos pintu lunak yang rupanya telah basah itu.
….sudah basah ya, tante.. Cepat banget basahnya…. itu kata-kataku yang baru pertama keluar sejak ia memasuki pintu kamar, aku memang memanggilnya TANTE, in stead of Bu Hesti. Ia yang minta begitu utk membedakan panggilannya dengan ibu angkatku. Aku juga senang, karena menurutku, kata TANTE mengandung konotasi BINAL yang tak kalah heboh dengan NGENTOTIN IBU ! dan bukannya mengeluh atas perlakuanku, ia malah semakin gila menggesek-gesekkan kepala penisku di pintu vaginanya yang sudah ..siap coblos.. itu.
….hhhhhhhh..saaay..dari tadi juga tante basaaaaah mikirin kamu, ayyooohh aahhh, vaginaku minta dimasukin segeraa aaahh..!!!!.. jeritnya sambil mendesah-desah mengiringi tarian kepala penisku yang masih saja hanya sekedar menggelitik clitoris diatas bibir memeknya.
….kontol! Setan! Monyet! Cepat setubuhi aku! Kalau tidak, awas ya. Akan kudekap pinggangmu dengan kedua kakiku yang melingkar ini. Setan! Anak kurang ajar, kalau kau terus mengucel itilku begini, aku bisa keluar duluan…
Lengkap sudah pemandangan penuh sensasi ini, Bu Hesti -dosen akuntansi paruhbaya itu- kini seperti gadis perawan yang binal, mengemis untuk segera kusetubuhi, tak peduli terusan biru berbunga, panjang dan berenda itu masih melekat di badannya, bahkan sepatu putih berhak tinggi itu belum terlepas dari kedua kakinya. Kedua betisnya terpegang tanganku kiri kanan, pahanya otomatis membuka lebar celah pangkal dimana barang nikmat berbulu lebat itu merekah dan betul-betul siap menerima sang tamu besar nan panjang yang hampir setiap hari selama minggu ini mengunjunginya dengan teratur.
Segera saja aku menyudahi permainan kepala penisku yang menggesek dan menggelitik bibir memeknya, kupasang tepat menempel di mulut liangnya dan dengan penuh tenaga, sekali dorong kuhabiskan membenamkannya amblas hingga tak tersisa.
….Oooooouuuuuhhhhhhh!!!! Yessssss!!!! Aaaaahhhh!!!!.. jerit perempuan seusia ibuku itu dengan keras pula, seolah melepas ketidaksabarannya menanti. Penisku mentok membentur dasar liang vagina yang telah pernah empat kali dilalui jabang bayi itu. Tetap nikmat dan menjepit, senut-senut di dalam sana, aku menarik hingga kira-kira setengah…
….Uuuffff….nnggg..,.. bibir sensual Bu Hesti mengepit keras, seiring denyut vaginanya yang seakan menyedot kembali batang penisku yang hendak lanjut keluar.
….masukkan lagi saaaayyyaaangg..aaaahhhhh,.. desahnya saat aku menunggu sejenak sambil memandangi tubuh bongsor dosen akuntansi ini. Tanganku meraih buah dada yang sedari tadi ..menganggur.. di sela belahan depan gaunnya yang terkoyak.
….remeeesss..susu tanteeee…Buuudddiiihhh ooohhhh,..
….tante belum cerita bagaimana hasil ngomong dengan ibu..,.. aku berkata sambil menghentikan gerakan turun naik di atas pangkal pahanya, membuat Bu Hesti cukup senewen.Cerita Sex Terbaru
….ayo goy ang dulu saay..nanti tante ceritaiiinn..uuufff tanggungg niiiihh,.. ia mencoba menggoyang pinggulnya kesamping. Mungkin berharap aku akan terpengaruh dan lanjut menggenjot atas bawah. Tapi kudiamkan saja, sengaja kupermainkan kenikmatan yang dialaminya.
….ooouuhhh, jahaaatt kamuuuhhh,.. ia menampar dadaku pelan, menunjukkan kekesalannya karena tak mampu menaikkan pinggulnya untuk memasukkan penisku yang hanya menancap sampai kepala. Tentu Bu Hesti tak mampu, tubuhnya terlalu berat untuk mengangkat dengan posisi begitu.
….OK, sayang! Huuuh..Tante mau cerita, tapi please, goyang dooong, Tante ngga tahan kalau kamu diam begitu,..
….deal! Akan saya goyang perlahan dan tante cerita…, hmmmm..sssshh,..
….ibumu mauuu saaayyy….hhhhhh yesss..ooouuuhhhhh,..
….ooohh yaaahhh.. Apaaah katanyaaah….
….diaa bilaaangg kamuuuhh pastiiihh sangguuupp…,..
….ngga risiih…. aku bertanya
….ooouuhhh..ssshhh risiiih jugaaahhh..,..
….nah trus…. aku berhenti sejenak sampai ia merengek minta diteruskan.
….hhhhh…makanyaaahhh bertahaaapp..ooouuhh goyang saaayyy ooouuff,..
….bertahap gimana…. aku diam lagi
….hhhh..jangan berhenti ddoooong, ssshhh maksuudnyaahh kalian main duluan, nantiih tante bergabung setelah kalian main setengah ronde, biar ngga cangguuungg…hhhhh yaaah ooh yaaahhh ooohhh yaaahhh,..
….maksudnya hhhh tante gabung belakangan gituuuhhh …. aaahhh……
….iyaaahh saayyy..tunggu kalian setengah ronde permainan dan tante datang langsung gabuuungg…sssshhhh,..
….kenaaapaaah..nggaa seekaaaliiiaan ajaahh langsuuung gituuhh….
kupercepat genjotan akibat membayangkan bagaimana nanti aku bermain dengan dua wanita paruhbaya yang jelita ini.
….tantee siiih mauuhh ajaaahh..taaapiii kaan iiibumuu yang mintaa, oouuhhh genjoot lebih keras lagiiihhh buuudd…ooohhh..yesss..tante ntarrr lagiiihh niihhh,.. ujar Bu Hesti terengah-engah mencoba mengimbangi hempasan di pangkal pahanya.
Sebentar lagi ia rupanya akan orgasme. Aku sudah hapal benar ..tingkah.. dan ..kebiasaan.. perempuan paruhbaya dan kelaminnya saat mereka menjelang orgasme. Kucoba mengatur permainanku agar ia lebih lama lagi. Aku memperlambat gerakan dan menjulurkan lenganku kebalik punggungnya, langsung memeluk dan mencium, dengan mesra.
….jangan keluar dulu tante, Budi mau tante lebih lama karena hari ini tante kelihatan cantik sekali,.. aku mencoba merayu untuk mengalihkan perhatiannya.
….ouuuufff….ooohhh..kamuuhh bilang..tantee cantiiikk.. Hhhh…aaaauuuhhh..cantik mana sama oouuhhh ibuu kamuuu uuuuhhhh.. Hooohhhh..ssshhhhh,..
….sama-sama cantik, tante sayang…., saya suka sekali penampilan dan tingkah genit tante seperti ini,..
….bisaa ajaaah kamuuuhh saaayy..oouuhhh nikmatnyaah goyangan kamuuuuhhh..tante bisa gilaa kalau nggak main sehari aja sama kamu..oooouuhhh..yesss..yesss..yesss,..
Cerita Sex Gairah Ibu Siska Ibu Angkatku Aku berhasil juga membuatnya bertahan lebih lama, dengan gaya yang romantis itu tadi, yang tentu saja mengalihkan perhatian dan membuat ia GR dengan pujian-pujianku. Saat ini aku memang ingin kami mencapai klimaks bersama-sama, oleh sebab itulah saat penisku merasakan gejala klimaks di dinding vagina Bu Hesti, aku langsung berhenti bergoyang. Hasilnya, sudah 30 menit permainan, ia belum keluar juga, aku pun berusaha untuk mencapai klimaks yang segera. Setiap gesekan dinding penisku dan vaginanya, sangat kuresapi sehingga beberapa saat setelah kira-kira 45 menit persetubuhan itu berjalan aku mulai merasakannya.
….oooouuuhhh..tanteeeeehhh…keluar sama-sama yuuukk say…,..
….uuuuhhh..yesss..ayo sayaaaangg..tanteeeh juga sudaaah nggaaaa sangguuup lagiiiiihh oouuuhhhh…ooohhh..yessss..yesss..yesss..yesss…aaaa u uuhhh….nikmaaatnyaaaahhh oou uuhhhh….hhhhh….budiiiihhhh..buuuuudiii..budiiii..b udiii..yesss!!! yes!!! Tekan sayang, tekan sayaaaang..,.. desahannya berubah jeritan, aku juga semakin mempercepat naik turun, kini menghempas keras pinggang kami.
….Yes tante! Tante! Tante! Tante! Ooouuuhhhh…..goyang sayang oouuhh!!!..
….Peeeluukkk tanteeehhh aaaoouuuhhh..sayaaang peluk tante, peluk tante oouuhhhh!!..
Akhirnya ia melepas juga, menyembur didalam sana, dari lubuk rahimnya keluar cairan hangat menerpa kepala penisku.
….oooouuuhhh..yeeess..tante, tanteeeeeee oooooohhhhhhh!!!!.. aku melepas juga beberapa detik setelah Bu Hesti orgasme. 1,2,3,4,6,7,9,12,,15kali semburan spermaku di dalam liang vaginanya. Penuh! Sampai menyembur beberapa tetes keluar dari kemaluan Bu Hesti.
Lama kami saling mendekap erat sekali, aku menindih sambil memeluk kuat tubuh bagian atasnya, benar-benar lezat tubuh dosenku ini, kedua payudaranya tergencet dadaku. Bibirnya kubekap dengan bibirku, kusedot lidah Bu Hesti, kutelan liurnya hampir tak bersisa. Bu Hesti juga dengan antusias menyedot lidahku. Luar biasa permainan ini!Cerita Sex Terbaru
….mmmmhhhh….nikmatnya saaay….tante puas sekali..,..
….saya juga tante, tante tadi hebat!.. pujiku
….hebat gimana say….
….bisa lama begitu, saya puas sekali,..
….Ah, itu karena kamu yang ngajari tante. Mulanya sejak tadi tante sudah hampir sampai tapi karena kamu ajak ngobrol jadi tante bisa bertahan lama,..
….pokoknya tante luar biasa, nanti kalau main bertiga tante juga harus mengatur biar bisa lama seperti tadi,..
….akan tante coba, tapi biasanya tante ngga bisa kontrol, kalau sudah terasa geli sedikit aja, pasti tante langsung genjot trus keluar deh..,.. akunya polos.
Kucium pipinya dengan mesra, tante membalas sampai beberapa menit setelah itu ia minta istirahat dulu karena seharian tadi ia sudah ..kerja keras.. merayu Bu Siska supaya mau main bertiga.
Kubiarkan ia tertidur disamping aku yang melamun membayangkan bagaimana rasanya besok kami (aku, Bu Siska dan Bu Hesti) akan menikmati dua hari di Villa puncak, main bertiga untuk yang pertama kalinya. Kubayangkan bagaimana aku akan melayani dan dilayani dua perempuan cantik paruhbaya bertubuh montok ini. Satu adalah ibu angkatku yang selama ini menjadi partner seks tetap dan satunya lagi adalah dosen akuntansiku di kampus.
Bu Siska punya buah dada besar, bisa untuk menjepit penisku. Memeknya berbulu lebat sekali, aku hobi menjilatnya, mainnya kreatif dan punya banyak ide untuk membuat aku selalu merasa berbeda dari waktu ke waktu. Bu Hesti punya wajah menggairahkan, membuat setiap orang yang memandangnya jadi nafsuan, susunya tak sebesar milik ibu, tapi aku suka bentuknya yang agak panjang seperti pepaya, walaupun sudah sedikit turun karena usia dan empat orang anak yang menetekinya dulu.
Yang paling kusuka dari Bu Hesti adalah memeknya yang masih terasa sempit, walaupun tidak se-..empot-empot.. memek ibu angkatku, memek Bu Hesti terasa lebih mencengkeram. Mungkin karena aku baru memakainya beberapa kali saja dibanding memek Bu Siska yang hampir tiap hari dan tiap jam aku jejali dengan penis perkasa ini.
Gara-gara keasikan melamunkan bayangan vulgar itu, aku jadi tegang lagi. Sejam saja sejak orgasme tadi, aku kembali meminta jatah dari Bu Hesti. Malah kali ini kubiarkan ia terlelap dan dengan hati-hati kumiringkan badannya dan menekuk satu kakinya kedepan. Dengan hati-hati setelah menempatkan diri berjongkok di belakang pantatnya yang semok itu, aku menempelkan kemaluanku tepat dibibir vaginanya yang masih saja basah akibat tumpahan cairan kelamin kami tadi. Blesss!!! Sekali dorong, langsung tertembus. Pemiliknya kaget dan terbangun, menemukan dirinya sedang dientot lagi.
….oooouuhhh….saaayyy…kamu jahaaaaatttt..aaaaaaaaahhhh..,.. meski begitu ia menikmati juga.
Akhirnya permainan itu berlangsung juga, kubawa ia terbang melayang berkali-kali sampai setelah itu aku melepas untuk yang keduakali hari ini dalam vaginanya. Ah..Bu Hesti, Bu Hesti…Nikmatnya memekmu!!!
Sampai di rumah malam itu, aku langsung masuk kamar. Dan betapa aku terkejut melihat pemandangan di dalam sana. Di tempat tidurku sudah berbaring seorang perempuan paruh baya, mengenakan daster tipis, baju tidur transparan dari bahan sutra putih lembut yang cukup memberikan gambaran bentuk tubuh sintal nan aduhai.
Wajahnya menyunggingkan senyum yang lebih berarti ajakan bagiku untuk segera ..menyantap.. hidangan itu mentah-mentah! Huh, ibu rupanya juga menginginkan itu, sehingga tanpa permisi padaku, begitu aku duduk di pinggiran tempat tidur dan akan menciumnya ia menyambut dengan antusias. Tangannya langsung dengan cekatan mencomot satu-persatu pelapis tubuhku.
….kamu jahat membiarkan ibu menunggu dari sore tadi…., besok kita akan ke puncak. Bu Hesti tentu sudah memberitahukan itu,.. lembut dan datar sekali suaranya, menunjukkan betapa ia seorang ibu yang matang fisik dan mental.
….apa itu Bu….
….nakal kamu, pura-pura tidak tahu,.. lanjutnya setelah berhasil melepas semua pakaianku
….Baru saja kamu pasti sudah melayani Bu Hesti, sekarang apa masih ada sisa untuk ibu….
….haaah…. aku terkejut ternyata ibu tahu itu. Tapi belum lagi aku habis berpikir bagaimana ia sampai mengetahuinya, ibu sudah menindih, dengan sedikit mengangkat gaun tipis itu ia langsung menempatkan diri diatas pinggangku yang kini terbaring dengan penis yang secepat itu pula tegang mengeras.
….ayoooh say, ibu sudah basaah dari tadi, ngga tahan mbayangin kamu terus, oouuh,..
….ssshhhh..oouuhh ibuuuuuhhh enaaaakhhhh,.. desahku meluncur begitu ia menurunkan pantatnya dan membalut penis tegangku kedalam celah liang vaginanya. Langsung menggoyang naik turun, pelan, pelan, dipercepat, agak cepat dan semakin cepat sehingga kini keciplaknya mulai terdengar keras.
Plak! Plak! Plak! Bunyi kemaluan kami yang bertaut dan mulai becek disekitarnya akibat cairan ibu yang ternyata memang sudah banyak sekali. Nafsunya sudah sangat tak tertahan rupanya, sehingga sekejap saja ia sudah ..basah.. seperti itu.
….Oooohhhhh!!! Ooohhh..ooooohhhh..ooohhh..aaahhh..oooohhh,.. jeritnya keras sambil menjambak-jambak sendiri rambutnya yang lepas tergerai. Kubelai buah dada besar ibu yang sudah lama menjadi ..hak-ku.. itu.
….oooohhh yyeeeeessshhhh yaaang kerassshhh remeeeeshhh susu ibuuu!!!.. teriaknya lagi.
Tak tahan dengan sensasi nikmat ibu angkatku ini, aku jadi ikut-ikutan bernafsu. Kubanting tubuhnya, giliran aku yang diatas memompa naik turun. Padahal gaun tidur sutra itu masih melekat dan kini melingkari pinggangnya. Bagian dadanya melorot kebawah dan roknya terangkat keatas pinggang. Sebuah pemandangan yang justru membuat nafsu semakin terpanggang birahi. Aku menghempas sejadi-jadinya, menggenjot sekeras-kerasnya dan menusuk sedalam-dalamnya. Mulutku seringkali menunduk dan langsung meraih puting buah dadanya, menyedot menarik-nariknya dengan gemas.
Ibu tak mau pasif saja, sejurus kemudian ia membalikkan posisi. Aku kembali berada dibawah, ia berputar menghadap ke arah kakiku, sambil terus saja mengocok vaginanya dengan penisku turun naik. Bongkahan pantatnya yang semok besar kuremas-remas, ketika terangkat ke atas ia menunjukkan betapa kemaluanku yang tegak dan keras itu menyangga celah bibir vaginanya. Saat turun menghempas keras, ia menimbulkan keciplak seperti suara tepuk tangan. Benar-benar pemandangan yang sensasional dan memabukkan.
….Say, hhhooooohhhhh ibuuuhh nggggaaaa taaaahaaannnn..mooo keeeluar aaauhhh!!!..Cerita Sex Terbaru
….yyaaahhh buuuhhh ayoooohhh keluarin…hhhh, tapiiii hhhheehhh baliikk duluh.. pintaku sambil terengah-engah.
Sejenak kemudian ia melepas pertautan vagina dan penis itu. Lalu berbaring telentang disampingku. Kakinya diangkat tinggi keatas dengan paha yang membuka lebar, menunjukkan belahan bibir vagina yang merah merekah dengan bulu lebat itu. Benar-benar sensasional! Vagina itu kini menganga lebar menunggu penisku untuk ..menuntaskannya.. dengan segera.
….ah..ibu…,.. aku sampai berguman mengagumi pemandangan yang terhidang begitu sempurna dihadapanku sekarang.
….kenapa saaaay…. rajuknya manja.
….vagina ibu bagus sekali…,.. dengan jujur kukatakan.
….ah kamu bisa aja, ayo say..ibu ngga tahan niih..,.. pintanya sekali lagi. Aku yang kemudian tak tahan juga. Secepatnya kutempatkan pinggangku diantara pahanya, menempelkan penisku di bibir merah vaginanya, meraih kedua susu besar ibu dengan kedua tanganku dan langsung menggenjot keras dan cepat sekali.
….Ooooooouuuuuhhhhh…aaaaaahhhh..ahhhh..ahhh..ahhhh ..ah hh..yesss!!!!.. jeritan khas Bu Siska setiap kali ia akan menjelang orgasme.
Aku bergerak tanpa jeda, terus menggenjot naik turun sambil meremas dan berpegang pada buah dada besar itu.
….mmmmmmm……mmmmm..mmmmhhhhhhhh..oooooohhhh..iiibuu uuh h keluaar rrrrrrrrr….ooooooooooooouuuuhhhhhhhhhh yesss yesss yesss…haaaaaaaaahhhhh,.. jerit panjang itu mengantarnya sampai di ujung kenikmatan.
….Yaaahhhh..buuuuhhh ayooohhh keluariiinnn semuaaahhh ooohhh meeemeeek ibuuuuhh enakkkk ooouuhhh..sshhhh…jepiitttt buuuuhhh ooouuhhhhh,.. aku ikut berteriak merasakan jepitan vagina ibu yang semakin keras saat-saaat ia terasa melepas di dalam sana. Duh, nikmatnya memek ibu angkatku ini.
Beberapa saat tubuhnya mengeras, pahanya mengapit tubuhku dengan kuat. Ia melepas dengan begitu nikmat. Aku menunduk memberikan ciuman mesra setelah ia sedikit melemas menuntaskan puncak orgasmenya.
….jangan lupa, bu. Saya belum….,.. bisikku pelan sambil mengecup belakang telinganya, berusaha membuat ibu bangkit lagi.
….yaaa..sayang, goyang aja yang pelan..ibu masih sanggup, tapi yang pelan aja ya….
….baik bu,.. aku mulai menggoyang lagi. Dengan pelan seperti permintaannya. Dengan mesra seperti yang lebih aku suka.
….I love you, Bu..,.. bisikku sambil terus menggoyang naik turun diatas tubuhnya. Matanya yang sedari orgasme tadi terpejam, membuka dan menatapku seperti tak percaya.
….ibu juga sayang kamu….oouuuhhhh…nikmatnyaaahhhh,.. ibu langsung memelukku erat. Membelai lembut punggungku. Aku meneruskan goyangan pinggul naik turun diatas pangkal pahanya dengan pelan dan mesra.
Bibir kami bertaut, saling melumat didalam sana, lidahku dan lidah ibu seperti berebut membelai dinding-dinding dalam rongga mulut kami.
Pahanya mulai menjepit, mengapit pinggangku yang terus bergoyang. Bu Siska rupanya telah bangkit lagi dengan permainan lidahku di permukaan buah dadanya. Bibirnyapun mulai menggumam lagi, nafasnya turun naik.
Kupercepat goyangan dari atas, ..ooooouuhhh…sayaaang..,.. desahnya,
Ibu mulai berusaha mengimbangi goyanganku, pinggulnya dibuat meliuk seperti menuntun alur kemaluanku dalam liang vaginanya.
….ssshhhhh….ibuuuu diatas say..,..
Kami berbalik posisi. Ibu sekarang menindih, berat juga karena ukuran tubuhnya yang montok besar itu. Tapi kenikmatan liang vaginanya yang terus membalut lembut penisku membuat aku tak merasakan beban tubuhnya. Ia kini asik bergoyang, pelan awalnya dan bertahap dipercepat.
Kali ini aku tak mau berlama-lama lagi, bersamaan saat ibu menyodorkan buah dadanya ke mulutku, pahanya seperti mengepit memberikan tanda bahwa ia sudah menjelang orgasme lagi. Memang sudah tigapuluh menit sejak orgasmenya yang pertama tadi.
….ibuuuhhh mau keluar….
….iyaahhh saaayaaangg..hhhh seeebenntaaar lagiiiihhh rasanyaaahhh..,..
….samaaahh—samaaahhh buuuhhhh..saya jugaaah,..
….ayoooohh saaayyy sekaraaanggg..hhh..hhhh..hhhh..ooouuhhhh…,..
ibu mempercepat genjotannya. Aku mempererat pelukanku, kami berciuman mesra, dengan kuat dan sepenuh hati. Sampai kemudian..
….aaaaaaaaaaaaaaaaaauuuuuuuuhhhhhhhh..ssshhhh..ooo ooo hhhhhhhhh..ibuuuu keeelu aaaarrrrrr…buuuuddiiiiihhh…iiiyeeesss…ooouuhhhh h yeeeeessss..ooohhh yeessss,.. jeritnya panjang sembari menjepit keras.
Beberapa detik kemudian aku menyusul..
Baca Juga Cerita Seks Nyokap Sahabatku
….Ooooooooooohhhhhh..buuuuuuuhhhh….aaahhhhhhhh..ye sss yess yesss yesss oouh yess ouh yesss ouhhh yesssss….!!!!.. aku melepas puas.
Untuk kesekian kalinya pada hari ini kutumpahkan spermaku dalam liang vagina perempuan paruh baya ini. Puas sudah rasanya menikmati sari tubuh Bu Siska yang kini terkapar disebelahku.
….Bu…,.. aku memanggilnya setengah berbisik.
….iya sayang.. sahut bu Siska mesra sambil mengecup.
….ibu ingat nggak kalo besok pagi kita ngapain di puncak…,.. aku ragu melanjutkannya.
….ingat dong, say…emang kenapa.. Ada perubahan….
….engga sih, Cuma Budi koq canggung ngomongnya…,..
….malu.. Masa sih kamu malu say….
….ibu sendiri gimana….
….eeemmmm…gimana yaaah..asik juga, malah ibu nggak sabaran rasanya…hehehe jadi malu…,.. ibu menutup wajahnya dengan bantal. Aku geli juga membayangkan kejadian besok. Benar juga kata ibu. Pastilah sangat mengasikkkan. Ah aku tak sabar lagi !!!

Aku dan Dia, Ngentot Dengan Pembantu Seperti Layaknya Pasutri

Aku dan Dia, Ngentot Dengan Pembantu Seperti Layaknya Pasangan Suami Istri
Aku dan Dia, Ngentot Dengan Pembantu Seperti Layaknya Pasangan Suami Istri

Aku dan Dia, Ngentot Dengan Pembantu Seperti Layaknya Pasutri

Hari ini seperti biasa aku perhatikan istriku sedang bersiap untuk berangkat kerja, sementara aku masih berbaring. Istriku memang harus selalu berangkat pagi, tidak seperti pekerjaanku yang tidak mengharuskan berangkat pagi. Tidak lama kemudian aku perhatikan dia berkata sesuatu, pamitan, dan perlahan meninggalkan rumah.
Sementara aku bersiap kembali untuk tidur, kembali kudengar suara orang mendekat ke arah pintu kamar. Tetapi langsung aku teringat pasti pembantu rumah tangga kami, Lia, yang memang mendapat perintah dari istriku untuk bersih-bersih rumah sepagi mungkin, sebelum mengerjakan yang lain.
Lia ini baru berumur 17 tahun, dengan tinggi badan yang termasuk pendek namun bentuk tubuhnya sintal. Aku hanya perhatikan hal tersebut selama ini, dan tidak pernah berfikir macam-macam sebelumnya. Tidak berapa lama dari suara langkah yang kudengar tadi, Lia pun mulai tampak di pintu masuk, setelah mengetuk dan meminta izin sebentar, ia pun masuk sambil membawa sapu tanpa menunggu izin dariku. Baru pagi ini aku perhatikan pembantuku ini, not bad at all.
Karena aku selalu tidur hanya dengan bercelana dalam, maka aku pikir akan ganggu dia. Dengan masih pura-pura tidur, aku menggeliat ke samping hingga selimutku pun tersingkap. Sehingga bagian bawahku sudah tidak tertutup apapun, sementara karena bangun tidur dan belum sempat ke WC, kemaluanku sudah mengeras sejak tadi. Dengan sedikit mengintip, Lia berkali-kali melirik kearah celana dalamku, yang didalamnya terdapat ‘Mr. Penny’ku yang sudah membesar dan mengeras. Namun aku perhatikan dia masih terus mengerjakan pekerjaannya sambil tidak menunjukkan perasaannya.
Setelah itu dia selesai dengan pekerjaannya dan keluar dari kamar tidur. Akupun bangun ke kamar mandi untuk buang air kecil. Seperti biasa aku lepas celana dalamku dan kupakai handuk lalu keluar mencari sesuatu untuk minum. Kulihat Lia masih meneruskan pekerjaannya di ruang lain, aku rebahkan diriku di sofa depan TV ruang keluarga kami. Sejenak terlintas untuk membuat Lia lebih dalam menguasai ‘pelajarannya’. Lalu aku berfikir, kira-kira topik apa yang akan aku pakai, karena selama ini aku jarang sekali bicara dengan dia.
Sambil aku perhatikan Lia yang sedang sibuk, aku mengingat-ingat yang pernah istriku katakan soal dia. Akhirnya aku ingat bahwa dia memiliki masalah bau badan. Dengan tersenyum gembira aku panggil dia dan kuminta untuk berhenti melakukan aktivitasnya sebentar.
Lia pun mendekat dan mengambil posisi duduk di bawah. Duduknya sangat sopan, jadi tidak satupun celah untuk melihat ‘perangkatnya’. Aku mulai saja pembicaraanku dengannya, dengan menanyakan apakah benar dia mempunyai masalah BB. Dengan alasan tamu dan relasiku akan banyak yang datang aku memintannya untuk lebih perhatian dengan masalahnya.
Dia hanya mengiyakan permintaanku, dan mulai berani mengatakan satu dua hal. Semakin baik pikirku. Masih dengan topik yang sama, akupun mengajaknya ngobrol sejenak, dan mendapat respon yang baik. Sementara dudukku dengan sengaja aku buat seolah tanpa sengaja, sehingga ‘Mr. Penny’ku yang hanya tertutup handuk akan terlihat sepenuhnya oleh Lia.
Aku perhatikan matanya berkali-kali melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku, yang secara tidak sengaja mulai bangun. Lalu aku tanyakan apa boleh mencium BB-nya, sebuah pertanyaan yang cukup mengagetkannya, selain karena pertanyaan itu cukup berani, juga karena matanya yang sedang melirik ke ‘anu’ ku. Untuk menutupi rasa malunya, diapun hanya mengangguk membolehkan.
Aku minta dia untuk mendekat, dan dari jarak sekian centimeter, aku mencoba mencium BBnya. Akalku mulai berjalan, aku katakan tidak begitu jelas, maka dengan alasan pasti sumbernya dari ketiaknya, maka aku minta dia untuk menunjukkan ketiaknya. Sejenak dia terdiam, mungkin dipikirnya, apakah ini harus atau tidak. Aku kembali menyadarkannya dengan memintanya kembali memperlihatkan ketiaknya.
Melihat tatapannya aku mengerti bahwa dia tidak tahu apa yang harus dikerjakannya untuk memenuhi permintaanku. Maka aku dengan cepat menuntunnya agar dia tidak bingung akan apa yang harus dilakukan. Dan aku katakan, naikkan saja baju kaosnya sehingga aku dapat memeriksa ketiaknya, dan aku katakan jangan malu, toh tidak ada siapapun di rumah.
Perlahan diangkatnya baju kaosnya dan akupun bersorak gembira. Perlahan kulit putih mulusnya mulai terlihat, dan lalu dadanya yang cukup besar tertutup BH sempit pun mulai terlihat. ‘Mr. Penny’ku langsung membesar dan mengeras penuh.
Setelah ketiaknya terlihat, akupun memberi perhatian, kudekatkan hidungku terlihat bulu ketiaknya cukup lebat. Setelah dekat aku hirup udara sekitar ketiak, baunya sangat merangsang, dan akupun semakin mendekatkan hidungku sehingga menyentuh bulu ketiaknya. Sedikit kaget, dia menjauh dan menurunkan bajunya. Lalu aku katakan bahwa dia harus memotong bulu ketiaknya jika ingin BBnya hilang.
Dia mengangguk dan berjanji akan mencukurnya. Sejenak aku perhatikan wajahnya yang tampak beda, merah padam. Aku heran kenapa, setelah aku perhatikan seksama, matanya sesekali melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku. Ya ampun, handukku tersingkap dan ‘Mr. Penny’ku yang membesar dan memanjang, terpampang jelas di depan matanya. Pasti tersingkap sewaktu dia kaget tadi.
Lalu kuminta Lia kembali mendekat, dan aku katakan bahwa ini wajar terjadi, karena aku sedang berdekatan dengan perempuan, apalagi sedang melihat yang berada di dalam bajunya. Dengan malu dia tertunduk. Lalu aku lanjutkan, entah pikiran dari mana, tiba-tiba aku memuji badannya, aku katakan bahwa badannya bagus dan putih.
Aku juga mengatakan bahwa bibirnya bagus. Entah keberanian dari mana, aku bangun sambil memegang tangannya, dan memintanya berdiri berhadapan. Sejenak kami berpandangan, dan aku mulai mendekatkan bibirku pada bibirnya. Kami berciuman cukup lama dan sangat merangsang. Aku perhatikan dia begitu bernafsu, mungkin sudah sejak tadi pagi dia terangsang.
Tanganku yang sudah sejak tadi berada di dadanya, kuarahkan menuju tangannya, dan menariknya menuju sofa. Kutidurkan Lia dan menindihnya dari pinggul ke bawah, sementara tanganku berusaha membuka bajunya. Beberapa saat nampaknya kesadaran Lia bangkit dan melakukan perlawanan, sehingga kuhentikan sambil membuka bajunya, dan aku kembali mencium bibirnya hingga lama sekali. Begitu Lia sudah kembali mendesah, perlahan tangan yang sejak tadi kugunakan untuk meremas dadanya, kuarahkan ke belakang untuk membuka kaitan BHnya. Hingga terpampanglah buah dadanya yang berukuran cukup besar dengan puting besar coklat muda.
Lumatan mulutku pada buah dadanya membuatnya sudah benar-benar terangsang, sehingga dengan mudah tanganku menuju ke arah ‘Veggy’nya yang masih bercelana dalam, sedang tanganku yang satunya membawa tangannya untuk memegang ‘Mr. Penny’ku. Secara otomatis tangannya meremas dan mulai naik turun pada ‘Mr. Penny’ku.
Sementara aku sibuk menaikkan roknya hingga celana dalamnya terlihat seluruhnya. Dan dengan menyibakkan celana dalamnya, ‘Veggy’nya yang basah dan sempit itupun sudah menjadi mainan bagi jari-jariku. Namun tidak berapa lama, kurasakan pahanya menjepit tanganku, dan tangannya memegang tanganku agar tidak bergerak dan tidak meninggalkan ‘Veggy’nya. Kusadari Lia mengalami orgasme yang pertama
Setelah mereda, kupeluk erat badannya dan berusaha tetap merangsangnya, dan benar saja, bebrapa saat kemudian, nampak dirinya sudah kembali bergairah, hanya saja kali ini lebih berani. Lia membuka celana dalamnya sendiri, lalu berusaha mencari dan memegang ‘Mr. Penny’ku. Sementara secara bergantian bibir dan buah dadanya aku kulum.
Dan dengan tanganku, ‘Veggy’nya kuelus-elus lagi mulai dari bulu-bulu halusnya, bibir ‘Veggy’nya, hingga ke dalam, dan daerah sekitar lubang pantatnya. Sensasinya pasti sungguh besar, sehingga tanpa sadar Lia menggelinjang-gelinjang keras. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, bibirku pindah menuju bibirnya, sementara ‘Mr. Penny’ku ku dekatkan ke bibir ‘Veggy’nya, ku elus-elus sebentar, lalu aku mulai selipkan pada bibir ‘Veggy’ pembantuku ini.
Sudah seperti layaknya suami dan istri, kami seakan lupa dengan segalanya, Lia bahkan mengerang minta ‘Mr. Penny’ku segera masuk. Karena basahnya ‘Veggy’ Lia, dengan mudah ‘Mr. Penny’ku masuk sedikit demi sedikit. Sebagai wanita yang baru pertama kali berhubungan badan, terasa sekali otot ‘Veggy’ Lia menegang dan mempersulit ‘Mr. Penny’ku untuk masuk.
Dengan membuka pahanya lebih lebar dan mendiamkan sejenak ‘Mr. Penny’ku, terasa Lia agak rileks. Ketika itu, aku mulai memaju mundurkan ‘Mr. Penny’ku walau hanya bagian kepalanya saja. Namun sedikit demi sedikit ‘Mr. Penny’ku masuk dan akhirnya seluruh batangku masuk ke dalam ‘Veggy’nya. Setelah aku diamkan sejenak, aku mulai bergerak keluar dan masuk, d`n sempat kulihat cairan berwarna merah muda, tanda keperawanannya telah kudapatkan.
Erangan nikmat kami berdua, terdengar sangat romantis saat itu. Lia belajar sangat cepat, dan ‘Veggy’nya terasa meremas-remas ‘Mr. Penny’ku dengan sangat lembut. Hingga belasan menit kami bersetubuh dengan gaya yang sama, karena ku pikir nanti saja mengajarkannya gaya lain. ‘Mr. Penny’ku sudan berdenyut-denyut tanda tak lama lagi aku akan ejakulasi. Aku tanyakan pada Lia, apakah dia juga sudah hampir orgasme.
Lia mengangguk pelan sambil terrsenyum. Dengan aba-aba dari ku, aku mengajaknya untuk orgasme bersama. Lia semakin keras mengelinjang, hingga akhinya aku katakan kita keluar sama-sama. Beberapa saat kemudian aku rasakan air maniku muncrat dengan derasnya didalam ‘Veggy’nya yang juga menegang karena orgasme. Lia memeluk badanku dengan erat, lupa bahwa aku adalah majikannya, dan akupun melupakan bahwa Lia adalah pembantuku, aku memeluk dan menciumnya dengan erat.
Dengan muka sedikit malu, Lia tetap tertidur disampingku di sofa tersebut. Kuperhatikan dengan lega tidak ada penyesalan di wajahnya, tetapi kulihat kepuasan. Aku katakan padanya bahwa permainannya sungguh hebat, dan mengajaknya untuk mengulang jika dia mau, dan dijawab dengan anggukkan kecil dan senyum. Sejak saat itu, kami sering melakukan jika istriku sedang tidak ada. Di kamar tidurku, kamar tidurnya, kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dapur, garasi, bahkan dalam mobil.
Lia ikut bersama kami hingga tahunan, sampai suatu saat dia dipanggil oleh orang tuanya untuk dikawinkan. Ia dan aku saling melepas dengan berat hati. Namun sekali waktu Lia datang kerumahku untuk khusus bertemu denganku, setelah sebelumnya menelponku untuk janjian.
Anak satu-satunyapun menurutnya adalah anakku, karena suaminya mandul. Tapi tidak ada yang pernah tahu.

Menikmati Kemolekan Tubuh Mbak Eva, Seorang Janda Gersang Seksi


Menikmati Kemolekan Tubuh Mbak Eva, Seorang Janda Gersang Seksi
Menikmati Kemolekan Tubuh Mbak Eva, Seorang Janda Gersang Seksi

Kemolekan Tubuh Mbak Eva, Seorang Janda Gersang Seksi

Sebelumnya saya perkenalkan diri terlebih dahulu, nama saya Panji (samaran), usia saya saat ini adalah 37 tahun. Kejadian ini adalah kisah nyata hidup saya yang terjadi 10 tahun yang lalu, jadi saat itu usia saya baru sekitar 27 tahun.
Sebelum saya ceritakan pengalaman saya dengan Mbak Eva sang janda gersang, perlu saya sampaikan juga bahwa (mungkin) saya mengidap suatu kelainan (meskipun mungkin kadarnya masih sangat ringan), yaitu saya lebih tertarik dengan wanita yang usianya sebaya dengan saya ataupun lebih tua, meskipun saya tidak terlalu menolak dengan wanita yang usianya dibawah saya.
Hampir semua (tapi tidak 100 persen), pacar-pacar saya ataupun teman-teman kencan saya biasanya memiliki usia sebaya ataupun lebih tua. Tetapi istri saya saat ini memang lebih muda dari saya 5 tahun.
Saya menyenangi wanita yang lebih tua, karena saya merasa kalau bermain cinta dengan mereka, saya merasakan ada sensasi tersendiri. Terlebih kalau teman kencan saya seorang janda gersang, saya akan semakin menikmati permainan-permainannya dengan baik. Saya mempunyai seorang tetangga, sekaligus kawan bermain, tetapi usianya 3 tahun dibawah saya, sebut saja namanya Steven (tentunya juga nama samaran).
Saya berkawan dan bersahabat dengan dia sudah sejak kecil. Hubungan saya dengan Steven sudah seperti kakak beradik. Kami saling bermain, saya ke rumahnya ataupun dia yang ke rumahku. Makan dan terkadang tidur pun kami sering bersama. Steven ini anak tertua dari 4 bersaudara. Ayahnya meninggal dunia ketika dia berumur 15 tahun.
Steven ini mempunyai ibu, namanya Eva. Meskipun Mbak Eva ini ibu dari teman dekat saya, tetapi saya memanggilnya tetap dengan panggilan mbak, bukan tante (saya tidak tahu kenapa memanggilnya mbak, mungkin saya ikut-ikutan ibu saya). Karena saya sudah terbiasa bergaul dengan keluarga Mbak Eva, maka Mbak Eva menganggap saya sudah seperti anaknya sendiri. Sehingga Mbak Eva tidak merasa malu untuk bertingkah wajar di hadapanku, terutama sekali dia sudah terbiasa berpakaian minim, meskipun saya ada di depannya.
Apabila selesai mandi, dan keluar dari kamar mandi, Mbak Eva tanpa malu-malu jalan di hadapan saya hanya dengan melilitkan handuk di tubuhnya. Sehingga dengan jelas sekali terlihat kemolekan tubuhnya. Warna kulitnya yang kuning bersih, dengan bentuk pantat yang bulat dan sintal, serta sepasang lengan yang indah dengan bebasnya dapat dipandangi, meskipun saya pada saat itu masih SD ataupun SMP, tetapi secara naluri, saya sudah ingin juga melihat kemolekan tubuh Mbak Eva.
Hubungan dengan Steven tetap baik, meskipun saya sudah pindah rumah (meskipun dalam satu kota) dan meskipun saya sudah kuliah ke lain kota, hubungan saya dengan keluarga Mbak Eva juga tetap tidak berubah. Kalau saya pulang ke rumah sebulan sekali, saya selalu sempatkan main ke rumah Steven.
Setelah kematian suaminya, Mbak Eva selama kurang lebih 8 tahun tetap menjanda, dan akhirnya menjadi janda gersang. Meskipun sebenarnya banyak laki-laki yang tertarik padanya, karena Mbak Eva ini orangnya cantik, seksi, kulitnya kuning, bicaranya ramah dan supel. Penampilannya selalu nampak bersih (selalu bermake-up setiap saat). Tetapi semuanya ditolak, karena alasan Mbak Eva pada saat itu katanya lebih berkonsentrasi untuk dia dalam mengasuh anak-anaknya.
Tetapi setelah 8 tahun janda gersang, akhirnya dia menikah dengan seorang duda tua yang meskipun kaya raya tetapi sakit-sakitan (Mbak Eva mau menikah dengan dia karena alasan ekonomi). Tetapi perkawinan ini hanya bertahan kurang lebih 2 tahun, karena suaminya yang baru ini akhirnya juga meninggal.
Setelah saya Dewasa, rasa tertarik saya dengan Mbak Eva semakin menggebu. Tubuh yang seksi, pantat yang padat, dan betis yang kecil serta indah selalu menjadi sasaran mata saya. Terkadang saya sering mencuri pandang dengan Mbak Eva, pada saat ngobrol dengan Steven dankebetulan Mbak Eva lewat. Apalagi kalau sedang ngobrol dengan Steven dan Mbak Eva ikut, wah rasanya jadi senang sekali. Bahkan sering saya sengaja main ke rumah Steven, dimana pada saat Steven tidak ada di rumah, sehingga saya dengan leluasa dapat ngobrol berdua dengan Mbak Eva.
Meskipun keinginan untuk bercinta dengan Mbak Eva selalu menggebu, tetapi saya masih kesulitan untuk mencari cara memulainya. Terkadang rasa ragu dan malu selalu menghantui, takut kalau nanti Mbak Eva menolak untuk diajak bercinta. Tetapi kalau kemauan sudah kuat, segala cara akan ditempuh demi tercapainya keinginan.
Hal ini terjadi secara kebetulan, ketika suatu sore MBak Eva minta tolong saya untuk mengantarkan melihat komplek perumahan yang baru di pinggiran kota, karena dia bermaksud membeli rumah kecil di komplek perumahan tersebut.
Kami berdua berangkat dengan memakai mobil saya. Karena lokasinya masih baru dan masih dalam tahap pembangunan, sehingga sesampainya di lokasi, suasananya terlihat sepi, tidak ada seorang pun di tempat itu. Kami berdua berkeliling-keliling dengan berjalan kaki melihat-lihat rumah-rumah yang baru dibangun. Saya ajak Mbak Eva masuk ke salah satu rumah yang sedang dibangun, yang tentunya masih kosong, kami melihat-lihat ke dalamnya.
Kami berjalan berdampingan, dan setelah masuk ke salah satu rumah yang sedang dibangun. Dengan tiba-tiba saya dekap pundaknya, saya rekatkan ke dada saya, perasaan saya pada saat itu tidak menentu, antara senang, takut kalau-kalau dia marah dan menampar saya, dan perasaan birahi yang sudah sangat menggebu.
Tetapi syukur, ternyata dia hanya tersenyum memandang saya. Melihat tidak ada penolakan yang berarti, saya mulai berani untuk mencium pipinya, lagi-lagi dia hanya tersenyum malu sambil pura-pura menjauhkan diri dan sambil berkata, “Ach.. Panji ini ada-ada saja..”
Saya berkata, “Mbak Eva marah yaa..?”
Dia hanya menjawab dengan gelengan kepala dan sambil tersenyum terus menundukkan kepala.
Melihat bahasa tubuh yang menunjukkan “lampu Hijau”, serangan saya semakin berani. Saya mengejarnya dan mendekapnya, dan akhirnya saya berhasil mencium bibirnya yang tipis, mungil dan berkilat oleh lipstick yang selalu menghiasi bibirnya. Sambil saya bersandar di dinding, saya dekap dengan erat tubuh Mbak Eva.
Saya cium bibirnya, “Uhhmm..” dia bergumam dan balas memeluk dengan erat.
Ternyata tanpa diduga, Mbak Eva membalas ciuman saya dengan bergairah. Saya kembali balas ciumannya yang sangat bergairah dengan permainan lidah saya. Lidah kami sudah menari-nari. Kedua tangan saya sudah mencari sasaran-sasaran yang sensitif. Bukit kembarnya yang mungil tapi masih padat dan terlihat seksi menjadi sasaran kedua tangan saya.
Kedua bukit kembar ini sudah lama kuidam-idamkan untuk menjamahnya. Kami berciuman agak lama. Nafas Mbak Eva semakin memburu. Ciuman, saya alihkan dari bibirnya yang mungil turun ke lehernya. Dia menengadahkan wajahnya sambil matanya terpejam. Menikmati rangsangan kenikmatan yang sudah lama tidak dia rasakan.
“Uchmm.. mm..” mulutnya selalu bergumam, tandanya dia menikmatinya.
Kedua tanganku saya dekapkan ke pantatnya yang bulat dan seksi. Sehingga tubuhnya semakin marapat ke tubuh saya. Dekapan kedua tangannya ke leher saya semakin diperkuat, seiring dengan lenguhan bibirnya yang semakin panjang, “Uuucchmm.. mm.”
Batang kejantanan yang tegang sejak berangkat dari rumahnya Mbak Eva, kini ditekan dengan kencang oleh tubuh Mbak Eva yang bergoyang-goyang. Rasa nikmat menjalar dari batang kejantananku mengalir naik ke ubun-ubun. Ciumanku terus turun setelah beberapa lama singgah di lehernya, turun menuruni celah bukit kembarnya. Kedua BH-nya yang berwarna merah muda, serasi dengan kulitnya yang langsat, semakin menambah indahnya susu Mbak Eva.
Karena tubuh Mbak Eva agak kecil, saya agak sedikit berjongkok, agar mampu mencium kedua susunya yang sudah mengeras. Kedua tangan saya pergunakan untuk menahan punggungnya yang mulai melengkung atas sensasi ciuman saya ke susunya. Deru nafas Mbak Eva semakin memburu.
Gesekan tubuhnya ke batang keperkasaan saya semakin cepat frekuensinya, dan akhirnya, “Udach acch Panjii.. jangan disini, nggak enak kalau nanti ketahuan..” sambil berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan saya.
“Sebentar Mmmbbak..!” jawab saya dengan mulut tidak bergeser dari susunya.
“Panji, nanti kita lannjuttkan saja di llain ttemmpat..” suranya terputus-putus karena tersengal oleh nafasnya yang memburu.
“Oke dech Mbak Eva, tapi Mbak Eva harus janji dulu, kapan dilanjutkannya dan dimana..?” tanyaku sambil masih mendekap dengan erat tubuh Mbak Eva.
“Besok pagi saja di rumahku jam sepuluh. Karena kalau pagi rumahku sepi.”
“Oke dech, besok pagi jam sepuluh saya datang lagi.”
“Yuk kita pulang, anter aku dulu ke rumah, anak nakaall..!” pinta Mbak Eva manja sambil mencubit hidungku.
“Aku antar ke rumah, tapi kasih dulu uang muka untuk besok pagi.” sambil mengarahkan ciuman saya ke bibirnya sekali lagi sebagai uang muka untuk besok pagi.
Dia belum sempat tersenyum karena bibirnya sudah kukulum dengan mesranya.
Hari mulai gelap dan gerimis mengiringi kepulangan kami. Kami berjalan pulang ke rumah Mbak Eva, tetapi suasana dalam perjalanan pulang sudah jauh berbeda dengan suasana ketika kami berangkat tadi. Karena ketika kami berangkat tadi, perilaku kami sebagai seorang tante dengan “keponakannya”, tapi sekarang sudah berubah menjadi perjalanan seorang tante dengan “keenakannya”.
Selama perjalanan, Mbak Eva menggoda saya, “Waduh.., ternyata selama ini saya salah, saya kirain Panji itu orangnya alim, tapi ternyata..”
“Ternyata enak khan..?” goda saya sambil mencubit dagunya yang menggemaskan. Kami berdua tertawa berderai.
“Kalau tahu gitu, mending dari dulu yaa..?” kata Mbak Eva menggoda.
“Iya kalau dari dulu, memek Mbak Eva mungkin tidak karatan ya..?” balasku menggoda.
“Emangnya besi tua..!” jawab Mbak Eva bersungut.
“Bukan besi tua, tapi besi pusaka.” jawab saya.
Selama perjalanan, tangan Mbak Eva tidak henti-hentinya selalu meremas tangan saya yang sebelah kiri (sebelah kanan untuk pegang setir). Tangan saya baru dilepaskan ketika saya pergunakan untuk pindah gigi saja. Selebihnya selalu dipegang dan diremas-remas oleh Mbak Eva.
“Mbak.., jangan tanganku aja donk yang diremas-remas..!” pinta saya dengan manja.
“Lha yang mana lagi yang minta diremas..?”
“Ya yang nggak ada tulangnya donk yang diremas.”
“Dasar anak nakal.” Mbak Eva tersenyum, tapi tangannya beralih untuk meremas rudal yang masih tegang belum tersalurkan.
Ternyata Mbak Eva tidak hanya meremas rudal saya saja, melainkan juga menciuminya.
“Mbak.., bebas aja lho Mbak, jangan sungkan-sungkan, anggap aja milik sendiri.” goda saya sambil tersenyum.
“Terus minta diapakan lagi..?” pancing Mbak Eva.
“Yaa.., kalau mau dikulum juga boleh.” jawab saya.
“Emangnya nggak kelihatan orang..?” tanyanya ragu.
“Khan udah malem, lagian hujan, pasti nggak kelihatan.”
Tanpa menunggu jawaban, tangan Mbak Eva sudah mulai membuka resluiting celana dan mengeluarkan rudal saya. Saya geser kursi saya agak ke belakang, agar Mbak Eva dapat leluasa mempermainkan rudal indah milik saya. Dirabanya rudal itu dan diciuminya, akhirnya bibirnya yang mungil mengulum dan menjilatinya. Terasa mendapat aliran listrik yang menggetarkan ketika lidah Mbak Eva menjilati kepala rudal saya.
Dan terasa hangat dan basah ketika mulutnya mengulum batang kejantanan saya yang semakin menegang. Dua perasaan yang penuh sensasi berganti-ganti saya rasakan. Antara getaran karena jilatan lidah dan hangatnya kuluman saling berganti. Kedua kaki terasa tegang, dan pantat saya tidak terasa terangkat karena sensasi yang ditimbulkan oleh kuluman bibir Mbak Eva yang ternyata sangat ahli
Untuk menghindari konsentrasi yang terpecah, terpaksa saya meminggirkan mobil ke jalur lambat, dan memberhentikan mobil. Keadaan sangat mendukung, karena pada saat itu tepat dengan turunnya hujan, dan lalu lintas kendaraan agak sepi, sehingga kami berdua tidak merasa terganggu untuk melanjutkan permainan di dalam mobil.
Mbak Eva mengulum kemaluan saya dengan semangat. Kepalanya terlihat turun naik-turun naik yang terkadang cepat, terkadang lambat. Mulutnya terus bergumam, sebagai tanda bahwa dia juga menikmatinya. Kedua tangan saya memegang kepala Mbak Eva naik-turun mengikuti gerakannya. Kaki semakin kejang dengan pantat saya yang naik turun akibat rasa sensasi yang luar biasa. Untuk mengimbangi permainannya, pantat Mbak Eva yang terlihat nungging, saya remas dengan tangan kiri, sementara tangan kanan masih membelai susu Mbak Eva, saya remas dengan pelan kedua susunya bergantian dengan tangan kanan.
Resluiting rok bawahnya yang ada di pantat, mulai saya buka, terlihat CD-nya yang berwarna merah muda. Saya masukkan tangan kiri ke dalam CD-nya dan meremas dengan gemas pantatnya yang padat berisi. Tangan saya bergerak turun menelusuri celah pantatnya, dan sekarang menuju liang kemaluannya. Kemaluannya saya sentuh dari belakang, dan terasa sudah sangat basah dan merekah.
Saya belai-belai bibir luar kewanitaannya dan akhirnya saya belai-belai klitnya. Merasa klitnya tersentuh oleh jari saya, pantat Mbak Eva semakin dinaikkan, dan terasa tegang, kuluman ke batang kejantanan saya semakin kencang. Tangan kanan saya masih meremas-remas susunya yang semakin tegak. Melihat perpaduan antara belaian klitoris, remasan susu dan kuluman rudal, suara kami jadi semakin maracau.
Pantat kami semakin naik turun. Erangan kenikmatan dan sensasi aliran listrik menjalar ke sekujur tubuh kami. Tiba-tiba Mbak Eva melepaskan kulumannya. Dia kembali ke posisi duduk dan telentang sambil matanya tetap terpejam oleh kenikmatan yang sudah bertahun-tahun tidak dirasakan. Saya tahu maksudnya, bahwa dia minta gantian agar kewanitaannya dijilati.
Saya singkapkan roknya, dan Mbak Eva dengan tergesa-gesa melepaskan sendiri CD-nya, seakan tidak sabar dan tidak ingin ada waktu luang yang terputus. Kedua kakinya sudah ditelentangkan, kemaluannya yang mungil dengan bulu-bulu halus dan terawat sudah kelihatan merekah. Saya dekatkan mulut saya ke liang senggamanya, tetapi saya baru akan menjilati kedua selangkangannya terlebih dahulu.
Dia meremas-remas rambut saya. Kedua kakinya mengejang-ngejang dan bergerak-gerak tidak terkontrol. Pantatnya digerak-gerakkan naik turun. Ini artinya Mbak Eva sudah sangat penasaran dan sangat gemas agar kemaluannya ingin dijilati. Dia kelihatan penasaran sekali. Saya jilati bibir kemaluannya.
Harumnya yang khas kemaluan wanita semakin merangsang saya. Remasan-remasan di kepala saya semakin kuat. Akhirnya saya buka bibir kemaluannya, saya jilati klitorisnya. Ketika lidah saya menyentuh klitorisnya, nafas lega dan erangan kenikmatan keluar dari mulutnya.
“Uuuhh.. uhh.. uughh..!” terus menerus keluar dari mulutnya.
Kepalanya selalu bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri. Remasan remasan tangan kirinya sekarang beralih ke punggung saya, sedangkan tangan kanannya berusaha mencari batang keperkasaan saya dan akhirnya meremas-remas dan mengocoknya. Tangan yang lembut dengan kocokan dan remasan yang halus, memijat-mijat batang kejantanan saya, memberikan sensasi tersendiri pada rudal kebanggaan milik saya.
Lidah saya berputar-putar di klitorisnya, usapan-usapan lidah di dinding vagina, terkadang saya selingi dengan isapan dan gigitan halus di klitorisnya, membuat dia semakin marancu, “Uuugghh.. geellii banggeett..! Uuuff.., ggellii bannget..! Uuff ggllii..”
Dan secara tiba-tiba kedua tangannya mencakar punggung saya, kedua kakinya menegang, dadanya membusung naik diikuti dengan getaran tubuh yang hebat sambil mengerang, “Uuugghhff Aaallvii.., uuff aku mmauu kkeelluua.. aarr..”
Nafasnya tersengal dan memburu, tandanya dia sudah sampai di puncak kenikmatan seorang wanita.
“Aaallvii.., kamu belum yaa..? Sini kukulum biar cepet nyampai.” suara Mbak Eva sambil nafasnya masih memburu.
Dia membungkuk di pangkuan saya, saya telentang di jok. Dia kembali mengulum batang kejantanan saya. Bibir yang manis dan mungil kembali mengocok-ngocok rudal saya. Lidahnya dengan lembut menyapu kepala kemaluan saya. Sensasi yang tadi sempat terputus, kembali dapat saya rasakan. Kaki saya menegang, pantatku terangkat, tangan saya meremas-remas kedua pipinya.
Aliran listrik menjalar dari kepala kejantanan saya, naik ke ubun-ubun dan sekujur tubuh. Aliran tersebut kembali lagi bersama-sama mengarah ke ujung rudal saya, ke kepala kemaluan saya, dan akhirnya keluar bersama-sama dengan cairan putih dan kental ke mulut Mbak Eva, ke bibir Mbak Eva, ke hidungnya dan ke pipinya, banyak sekali.
Seakan-akan habis sudah cairan yang ada di tubuh ini, lemas kedua tubuh kami. Untuk sejenak kami berdua berdiam diri, untuk menikmati sensasi kami, untuk mengatur nafas kami dan untuk menenangkan emosi kami.

Memek Bu Haji Keenakan Dimasuki Kontol Bukan Suaminya

Memek Bu Haji Keenakan Dimasuki Kontol Bukan Suaminya Karena Terdorong Nafsu
Memek Bu Haji Keenakan Dimasuki Kontol Bukan Suaminya Karena Terdorong Nafsu

Memek Bu Haji Keenakan Dimasuki Kontol Bukan Suaminya

Kisah ini terjalin antara mahasiswa yang kuliah universitas swasta dengan pemilik kos2an di mana sang mahasiswa tinggal ngekos.Bangunan itu terdiri atas rumah 2 petak sebanyak 5 pintu yang masing2 petak terdiri atas 3 ruangan. Di samping rumah2 petak tersebut menempel rumah utama yang merupakan tempat pemilik kos2an tinggal.
Nama pemilik kos2an adalah Haji Imron. Biasa dipanggil oleh tetangga dan mahasiswa dengan sebutan Pak Haji. Tempat kos2an dan rumah utama ini di kelilingi oleh pagar besi setinggi 1,5 meter di bagian depan yang memiliki dua pintu masuk dan pagar tembok ditiga sisi lainnya setinggi 3 meter.
Halamannnya dihampari oleh konblok dan dihiasi oleh berbagai tanaman, sehingga terlihat sangat rapi, asri, anggun, dan sejuk. Kos2an ini hanya diperuntukkan bagi mahasiswa. Di sinilah Rizal, mahasiswa di universitas swasta itu tinggal. Sudah 3 bulan ia tinggal di sini. Rizal adalah mahasiswa asal Cikampek, tetapi ia bukanlah asli Cikampek.
Haji Imron memiliki 3 orang anak. Satu laki2, dan dua perempuan. Dua anaknya sudah berkeluarga, sedangkan satu lagi yang laki2 masih duduk di kleas 2 SMU. Yang paling menarik hati Rizal adalah Bu Haji. Walau usianya sudah 43 tahun penampilanya masih seperti umur 30-an. Bu Haji selalu ramah pada tetangga maupun mahasiswa2 yang ngekos di rumahnya. Bodynya bongsor, berkulit kuning langsat, dan selalu memakai kerudung.
Bila ia keluar dengan mobil Innova-nya ia akan memakai kaca mata hitam sebagai hiasan. Rizal sering mencuri pandang mengamati Bu Haji. Pernah Rizal menggoda Bu Haji ketika Rizal hendak berangkat ke kampus dengan motor Honda nya sedangkan Bu Haji hendak keluar dengan KijangInnova-nya.“Wah, Bu Haji, gayanya seperti cewek2 di kampusku aja nih..,”goda Rizal“Iya dong, Zal. Biarpun udah tua harus tetap jaga penampilan lho…harus semangat seperti anak2 muda,”balas Bu Haji sambilmelemparkan senyumnya.
“Iya deh, Bu Haji. Saya setuju kok..,”ujar Bu Rizal. “Saya duluan,Bu Haji,”seru Rizal sambil melajukan motornya.Setiap Rizal pulang malam, Rizal sering mengamati Bu Haji nongkrong sendirian di ruang tengah menonton televisi. Bahkan kadang sampai larut malam. Yang paling membuat Rizal kagum sekaligus ngiler adalah ketika suatu sore ia bertamu sekaligus hendak membayar uang kontrakan bulanan.
Rizal diterima oleh Bu Haji di ruang tengah yang sejuk dan asri itu. Bu Haji menemuinya dengan celana pendek yang ketat dan kemeja yang longgar. Bu Haji hanya senyum2 saja melihat Rizal yang kikuk dan mata Rizal yang kadang2 melirik ke pahanya. Di dalam rumahnya Bu Haji memang sering memakai celana pendek dan melepaskan kerudungnya.Setelah keluar dari rumah Bu Haji dan sampai di kamarnya sendiri, Rizal membayangkan semua yang baru saja dilihatnya.
Paha putih yang gempal dan padat. Sangat mulus, pikir Rizal. Dan Rizal yakin di balik kemeja longgar yang dipakai Bu Haji terdapat kulit yang putih-mulus dan buah dada yang besar. Rizal sering membayangkan bisa menggumuli tubuh Bu Haji yang bongsor dan putih mulus itu. Rizaljuga sering membayangkan memek Bu Haji, pasti tebal dan empuk gumamnya dalam hati. Tetapi Rizal lalu tersenyum masem karena tubunya termasuk agak kurus walaupun ia memiliki tinggi 173 cm.
Kalau sudah begitu Rizal akan mengusap-usap kontolnya lalu melepaskan pusingnya di kamar mandi.Pak Haji Imron termasuk tuan tanah. Ia memiliki beberapa kos2an dan sejumlah rumah yang dikontrakkan. Semua tersebar di wilayah Jabodetabek. Ia paling sering ke wilayah Depok. Selain mengunjungi anaknya dan rumah kos2an yang pengelolaannya diserahkan pada anaknya juga karena di sebelah kos2an itu terdapat kolam pancing yang yang cukup ramai dikunjungi.
Kolam pancing itu juga dikelola oleh anaknya dan menantunya di samping beberapa pembantu. Hampir setiap hari Pak Haji Imron pergi ke Depok. Kalau sudah asyik memancing Pak Haji Imron bisa menginap sampai 3-4 hari.Suatu sore Rizal berjalan ke samping rumah utama yang ditanami beberapa batang pohonjambu Taiwan. Ia bermaksud mengambil beberapa buah jambuTaiwan. Pak Haji dan Bu Haji memang tidak melarang anak2 kosnya mengambil hasil tanaman yang ada di sekitar rumah itu.
Karena kadang2 anak2 kos juga ikut membantu mengurusi tanaman2 tersebut. Saat itu beberapa pohon jambu sedang berbuah. Buahnya besar2 dan siap dipanen.Pohon2 itu terletak di antara tembok pagar dan tembok dinding rumah utama. Ketika ia hendak melangkah ke rimbunan pohon jambu, ia melihat daun jendela yang menghadap ke pohon2 jambu itu terbuka. Itu merupakan kamar tidur Pak Haji dan Bu Haji. Ia seketika ragu. Tetapi di benaknya adalah bahwatadi pagi ia melihat Pak Haji dan Bu Haji keluar rumah memakai Suzuki Escudo.
Dan ketika ia terbangun sore ini Suzuki Escudo belum ada di halaman. Ia hendak membatalkan niatnya karena takut jangan2 ketika ia tertidur tadi Pak Haji dan Bu Haji pulang dan Suzuki Escudo mungkin dipinjam seseorang atau salah satu anaknya. Setelah beberapa detik, Rizal memutuskan memeriksa perlahan. Ia berjalan di atas teras keramik samping yang sempit. Dengan ujung matanya ia mencoba meneliti kamar itu. Untunglah…,pikirnya.
Kamar itu kosong.Lalu Rizal pun melanjutkan niatnya. Ia mengambil beberapa buah jambu. Ketika ia hendak berbalik, Rizal sangat kaget dan pucat. Karena pada saat yang sama ia melihat Bu Haji masuk ke dalam kamar. Bu Haji hanya memakai celana pendek yang sangat ketat. Dan di atasnya, seluruh kancing kemeja Bu Haji belum terpasang sehingga memperlihatkan perut dan pusarnya yang mulus dan putih dan juga BH nya yang membungkus dadanya yang besar.
Bu Haji juga kaget dan hampir berteriak. Tetapi ketika menyadari bahwa orang yang ada di samping rumah adalah Rizal ia hanya kaget sebentar saja. Tangannya bergerak mengatupkan kemejanya tanpa memasang kancingnya.“Ah…kirain tadi siapa…Ibu kaget setengah mati,”seru Bu Haji dari dalam kamar.
Ia melipat kedua tangan diperutnya sehingga kemejanya tidak terbuka.“Maaf Bu Haji…maaf…Maaf Bu Haji…tadi saya kira Bu Haji pergi dengan Pak Haji…jadi saya berani ke sini,”Rizal berusaha menjelaskan. Ia terlihat kikuk danagak malu2.“Iya sudah…kirain siapa..,”kata Bu Haji. Ia tersenyum pada Rizal.“Maaf Bu Haji…,”kata Rizal berjalan menunduk. “Permisi Bu Haji…,” kata Rizal permisi dan melihat ke Bu Haji sebentar. Bu Haji mengangguk tersenyum. Ketika Rizal melihat Bu Haji sebentar, ia sempat melirik ke dada Bu Haji yang tidak begitu serius menutupi bagian dadanya.
Sesampai di kamarnya, Rizal malah tidak memperdulikan jambu yang baru saja diambilnya.Yang ada dalam pikirannya adalah pusar, perut, dan BH Bu Haji. Ia terduduk dalam kasurnya. Memandang langit2 kamarnya. Bayangan Bu Haji yang super seksi tadi memenuhi angannya. Ia menggerakkan tangannya mengusap-usap kontolnya yang seketika menegang keras. Rizal menghempaskan punggunya ke kasur. Menarik tangannya dari selangkangannnya.
Ia merenung, jika tadi di belakang Bu Haji muncul Pak Haji, maka ia akan kena tegur.Ketika Rizal masih berusa menenangkan pikirannya tiba2 handphone-nya berbunyi. Rizal mengambil handphone-nya.“Hallo..”jawabnya. Tapi diseberang tidak ada jawaban. Panggilan itu terputus. Rizal mengamati nomor “Received Calls” pada handphonenya. Nomor yang tidak dikenalnya. Ia meletakkan handphone itu. Tetapi ketika teringat dengan seorang cewek yang baru dikenalnya kemarin ia meraih lagi handphone tersebut.
Siapa tahu cewek itu, pikir Rizal. Rizal memanggil nomor itu.“Hallo…,”panggilnya.“Hallo…emang kamu gak kuliah..?”seketika Rizal heran. Ada riak senang dalam hatinya. Suara itu adalah suara Bu Haji.“Eh, Bu Haji…eh..nggak Bu Haji…hari ini saya emang ga ada jadwal kuliah…,”ujar Rizal dengan suara yang dibuatnya sedemikian rupa.“Hhhmm, gimana jambunya? Enak ga?”tanya Bu Haji di seberang.
Suaranya terdengar akrab dan manis di telinga Rizal“Ah, belum sempat Bu Haji…baru juga mau makan…dari bentuk dan warnanya kayaknya enak sih..,”kata Rizal mencoba berakrab-akrab ria.“Ntar kalau udah makan bilang ibu iya. Kalau enak Ibu juga mau ambil,”“Iya Bu Haji…,”jawab Rizal. Ketikaia merasa Bu Haji hendak menutup pembicaraan, Rizal buru-buru bertanya.”Ehh, hhmmm…maaf Bu, Pak Haji kemana? Tadi sepertinya saya lihat bareng Bu Haji keluar,”“Tadi pagi emang keluar bareng Ibu tapi sebentar aja ke salon.
Trus pulang. Sekarang bapak ke Depok….,” kata Bu Haji menjelaskan.“Ohh..iya udah deh bu…maaf tadiya Bu Haji…saya tidak tahu..,”ujar Rizal.“Hmmm-hhmm..,”Bu Haji tertawakecil di seberang.”Nanti kalau udah dimakan jambunya jangan lupa sms bilang ibu ya. SMS aja enak apa nggak..!”“Iya bu..”ujar Rizal. Dan pembicaraan pun selesai.Malamnya jam tujuh setelah makan, Rizal mengambil HP-nya.
Ia belum memakan jambunya, tetapi dalam hatinya ia akan mengatakan saja bahwa jambu itu enak.“Malam Bu Haji…jambunya enak,”begitu is isms Rizal.“Bener enak?”balas sms Bu Haji.“Iya Bu. Bener enak”.“Kamu lagi ngapain?”sms Bu Haji.“Gak lagi ngapain Bu. Tiduran aja,”balas Rizal sambil heran dgn isi sms Bu Haji.“Emang ga keluar? Mahasiswa kan ngapelnya ga cuma malam minggu”balas Bu Haji lagi.“Nggak Bu. Lagi pengen di rumahaja.
Maaf, kalau Bu Haji sedang apa?”sms Rizal.“Lagi sms an ama kamu..hehe..!”jawab sms Bu Haji. Isi sms ini membuat Rizal senang setengah mati. Ia tersenyun-senyum dalam hati. Rizal agak bingung untum membalas. Ia tidak tahu hendak mengetik apa. Tiba2 sms Bu Haji masuk lagi.“Tadi kamu lihat ibu ya..?”Rizal hampir berteriak senang setengah mati membaca sms ini. Ia membaca sms itu berulang-ulang.
Ia berpikir sejenak untuk membalas apa.“Hhmm, iya bu. Maaf…saya tadi tidak sengaja..,”akhirnya hanya itu yang ditulisnya.“Gak sengaja tapi dah lihat ya…?”sms Bu Haji. Rizal jadi makin semangat.“Iya bu. Maaf…saya ga ingat lagi kok Bu…tapi…,”balas Rizal. Ia sengaja menggantung sms nya untuk membuat Bu Haji yang sering diidam-idamkanya jadi penasaran. Tetapi setelah Rizal menunggu 5 menit Bu Haji tidak lagi membalas. Ia pun ragu untuk mengirim sms lagi.Ketika ia hendak meletakkan HPnya, Bu Haji menelepon. Rizal bersorak dalam hati.
“Hallo…,”sahut Rizal dengan suara dibuat merdu.“Tapi apa, Zal?”tanya Bu Haji pelan. Suaranya agak sengau.“Nnnggg…apa ya…? Rizal menyahut dengan canda.“Apa..ayo apa..?”desak Bu Haji dengan nada seperti tertawa.“Hhmm…tapi aku senang aja melihatnya…,”akhirnya Rizal memberanikan diri.“Hhhmmm…kamu ini…kirain apa tadi…emang kamu lihat apa coba..?”tanya Bu Haji.“Lihat sesuatu…nnggg…yang pengennya ga cuma dilihat…,”Rizal makin berani menggoda.“Emang pengennya diapain..?”“Susah dibilangin dengan kata-kata Bu…hehe…,”Rizal tertawa renyah.
”Susah bilanginnya…tapi kalau tiba2 ada di sini…ah..gau taulah…,”Rizal dengan berani menggoda lebih jauh.“Heheh….kamu…,”hanya itu ucapan Bu Haji.“Ibu lagi di mana?” Tanya Rizal.“Lagi di kamar, kenapa?”Tanya Bu Haji.“Ga…nanya aja kok Bu..!”ujar Rizal.“Hhhmm..iya udah iya, Zal,”kata Bu Haji menutup pembicaraan.“Iya Bu. Met malam..,”sahut Rizal“Iya..,”balas Bu Haji sambil menutup pembicaraan.Dalam kamarnya Rizal tersenyum-senyum senang. Entah kenapa nafsu birahinya timbul. Ia tidur2an di kasurnya sambil senyum-senyum mengingat semua pembicaraan dengan Bu Haji. Lalu dua jam kemudian sms Bu Haji masuk lagi.
“Nonton MetroTV deh…acaranya bagus…,”demikian is isms Bu Haji.Rizal yang memang sedang nonton MetroTV di kamarnya lagsung membalas dengan semangat.“Iya. Ini juga lagi nonton MetroTV kok Bu. Bu Haji belum bobo..?”tanya Rizal dalam sms nya. Sengaja ia memilih kata “bobo” untuk membuat suasana jadi nyaman.“Belum..kan masih jam 10…,”balas sms Bu Haji.“Masih di kamar?” Rizal sengaja menanyakan ini.“Iya…,”jawab Bu Haji“Di tempat tidur..?” tanya Rizl“Iya…,”jawab Bu Haji“Hehe..sama dong…,”balas Rizal genit. Tetapi Bu Haji tidak lagi membalas.
Sekitar jam 12 malam ketika Rizal dilanda kantuk. Bunyi sms masuk ke HP nya.“Udah bobo..?” itu isi sms Bu Haji“Belum…Bu Haji belum bobo..?”Rizal membalas“Belum juga…masih nonton..,”“Sama dong…”isi sms Rizal. Kembai lagi Bu Haji tidak membalas. Tetapi entah kenapa Rizal mengurungkan niatnya tidur. Entah kenapa ia yakin Bu Haji akan sms lagi. Tetapi kali ini tidak lagi.Sekitar jam setengah satu malam yang ada adalah “missed call” dari Bu Haji. Rizal menelepon balik. Tapi tidak telepon tidak diangkat.“Belum tidur..?”Rizal coba kirim sms.
Tetapi setelah menunggu sepuluh menit tidak ada jawaban,Rizal akhirnya meletakkan HPnya.Dan menghempaskan badannya ke kasur. Sekitar jam 02.10 HP nya berbunyi. Di seberang terdengar suara Bu Haji yang agak sengau dan manja.“Lagi ngapain, Zal..?”tanya Bu Haji.Rizal menjawab dengan segenap keyakinan dan keberanian.“Belum bisa tidur Bu. Gara-gara pemandangan tadi siang di kamar Bu Haji,”Rizal menahan nafasnya ketika berbicara. Ia pun membuat suaranya agak sengau dan lirih.
“Hhhmm…terus..?”sahut Bu Haji“Iya jadi susah tidurnya nih…,”Rizal merengek. Lalu Rizal menyambung lagi.”Bu…!”“Apa..?jawab Bu Haji“Tapi jangan marah ya Bu…,”ujar Rizal“Gak kok..apa..?”tanya Bu Haji.“Hhhhmm..boleh ga saya kesitu sekarang…?”tanya Rizal dengan suara dibuat merdu. Dadanya berdegup ketika mengucapkan kata-kata itu.“Hhhmm kamu…,”hanya itu ucapan Bu Haji.”Udah ya..,”ucap Bu Haji.
Pembicaraan seketika terputus. Rizal terdiam. Tetapi hanya berselang dua menit bunyi sms masuk ke HPnya.“Pintu samping terbuka…kutunggu..,”demikian isi sms Bu Haji.Rizal langsung gembira. Badannya dipenuhi nafsu sex. Ia merasakan kontolnya semakin menegang saja. Dengan perlahan ia keluar kamar dan melintasi halaman menuju pintu samping.
Ketika sampai di pintu samping dengan yakin ia mendorongnya. Pintu itu terbuka. Di dalam cahaya yang remang ia melihat bayangan Bu Haji dengan celana pendek dan baju tidur yang ketat. Bu Haji menarik tangannya dan menutup pintu.Ketika Bu Haji membelakanginya sambil mengunci pintu, Rizal langsung memeluk Bu Haji dari belakang. Ia menekan pantat Bu Haji dengan bagian kontolnya yang tegang. Kedua tangannya melingkari pinggang Bu Haji.
Rizal dengan liar mendaratkan ciuman2di trengkuk Bu Haji. Bu Haji langsung berbalik. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Rizal dan dengan agresif menarik tubuh Rizal ke tembok. Dalam hitungan detik bibir Rizal sudah dilumat oleh Bu Haji. Rizal membalas dengan memutar dan memilin lidahnya. Rizal menarik lidah Bu Haji dengan lidahnya. Bu Haji membalasnya dengan pagutan dan lumatan yang bergelora. Rizal menarik tubuh Bu Haji sehingga kini Rizal yang bersandar di tembok ruangan belakang itu. Mereka saling menciumi dan menjilati dengan liar.
Mulut Bu Haji tak henti-henti mengeluartkan bunyi kecipak ketika mulut Rizal menyedoti lidah dan bibir Bu Haji. Bu Haji makin dipenuhi nafsu birahi. Ia makin merapatkan tubuh ke dalam pelukan Rizal. Rizal menariknya penuh nafsu dan meremasi pantat dan pinggul Bu Haji. Bu Haji melingkarkan satu tangnnya di leher Rizal dan satunya lagi merababi leher Rizal.Mulutnya tidak berhenti melumatlidah dan mulut Rizal. Bu Haji menggeserkan badannya agak kebawah.
Ketika Bu Haji merasakan****** Rizal yang tegang telah berada di daerah selangkangannya, ia membuka paha sedikit lalu merapatkannya. Rizal membalas dengan menekan kontolnya ke arah Bu Haji. Lalu Bu Haji menggesek-gesek ******Rizal dengan memeknya yang masih tertutup celana pendek. Rizal membalas dengan sodokan ke depan sambil meremasi pantat Bu Haji. Ciuman dan jilatan mereka makin penuh nafsu dan semakin liar. Rizal mengulum bibir Bu Haji. Lalu menarik bibir Bu Hajidengan sedotan mulutnya.
Ketika bibir Bu Haji terlepas, Rizal merangsek ke leher Bu Haji. Bu Haji menengadah sambil bagian selangkangannya tetap digesek-gesekkan ke selangkangan Rizal. Rizal makin nafsu. Ia menciumi bagian atas dada Bu Haji. Bu Hajimakin menengadah…badannya dilengkungkan.“Hhhmmmhhaahh…jangan bikin merah di situ yah..,”desah Bu Haji“Mmmhhaahh…,”Rizal hanya mendesah penuh nafsu. Ia membuka kancing depan baju tidur Bu Haji. Lalu membenamkanwajahnya di dada Bu Haji yang besar.
Rizal menggeser BH Bu Haji ke atas. Lalu tangannya meraih buah dada yang besar itu.Ia lalu menciumi dan menjilatinya.“Mmmhhoohhh…,”desah Bu Haji. Rizal makin bernafsu mendengar desah penuh nafsu Bu Haji. Ia menjilati puting susu Bu Haji lalu menyedotinya.“Mmmhhhoohhh…hhhoohh…ooohhh…hhhooohhhh…,”begitu desahanpenuh nafsu Bu Haji setiap kali Rizal menyedot puting susu Bu Haji dengan keras.
Tubuh Bu Hajimakin melengkung. Ia membusungkan dadanya, menekankan buah dadanya ke mulut Rizal. Bu Haji melihati mulutRizal menjilati,menciumi, dan mengisap-isap buah dadanya. Bu Haji makin keras menggesekkan selangkangannya ke bagian****** Rizal. Tangan kirinya mendekap kepala Rizal untuk terus menciumi buah dadanya sementara tangan kanannya merabai dada Rizal dan memijat-mijat puting susu Rizal yang kecil.Mulut Rizal mengecupi puting susu Bu Haji, menyedotinya, lalu menarik-nariknya dengan mulutnya.
“Hhhmmhhoohh…hhoohhh…hhaaahhh…nngggoohh…,”hanya desah penuh nafsu itu yang keluar dari mulut Bu Haji.“Mmhhhhh…Zal..Zal…,”bisk Bu Haji di telinga Rizal. Rizal terus saja menyedot-nyedot susu Bu Haji. Pikiran Rizal sudah dipenuhi nafsu sex.“Zal…hhhmm…Zal…ke kamar aja…,”bisik Bu Haji.Rizal mengendorkan pelukannya. Bu Haji menarik tubuhnya dari pelukan ketat Rizal. Ia bergerak ke saklar.
Klik!!Lalu seluruh ruangan tengah yang menuju kamar Bu Haji yang terlihat dari luar kalau lampu menyala langsung gelap. Rizal kembali merangkuli tubuh Bu Haji dan menciumi bibirnya. Bu Haji membalas dengan tak kalah agresif. Bu Haji meciumi Rizal, memeluknya, dan menariknya. Rizal mengikuti gerakan Bu Haji. Bu Haji dan Rizal tetap berpelukan dan berciuman ketika meraka melangkah ke kamar. Ketika akhirnya sampai di kamar, Bu Haji menarik tubuh Rizal ke kasur. Rizal tertarik menindih tubuh Bu Haji.
Kaki Bu Haji terbuka menjuntai di lantai sementara tubuhnya rebah di kasur. Rizal menunduk menggumulinya. Ia menempatkanbagian kontolnya di selangkangan Bu Haji yang terbuka. Rizal bisa merasakan empuknya memek Bu Haji yang masih terbungkus celana pendek ketat. Mulutnya menciumi pusar Bu Haji sambil kedua tangannya menelanjangi tubuh bagian atas Bu Haji. Bu Haji tak kalah agresifmembuka baju Rizal. Ciuman Rizalmakin liar. Mulutnya bergerak ke pinggul Bu Haji. Kedua tangannyamembuka celana ketat pendek Bu Haji.
Ia membukanya perlahan-lahan. Bibirnya merangsek menciumi bagian celana dalam Bu Haji yang terlihat. Bu Haji hanya melihati Rizal. Ketika akhirnya celana pendek itu lepas, terlihatlah gundukan memek Bu Haji yang tebal terbungkus celana dalam putih.“Mmhhhoooh..,”desah Rizal sambilmengecup permukaan celana dalam itu pelan. Lalu ia berdiri membuka celananya. Ia berdiri telanjang bulat dengan ****** yang mengacung tegang. Bu Hajimemandangi ****** Rizal.
Rizal berdiri mengocok kontolnya sebentar lalu membungkuk membuka celana dalam Bu Haji. Kini tubuh bugil Bu Haji terpampang di depanya.Rizal mendekatkan mulutnya ke memek Bu Haji yang dipenuhi jembut lebat. “Nnnggghhooohh…,”Rizal mendesah ketika mengecup permukaan memek Bu Haji.Bu Haji mengangkangkan pahanya lebar-lebar dan mengangkat pantatnya ketika mulut Rizal menyentuh permukaan memeknya.
Rizal lalu mendorong tubuh Bu Haji perlahan ke tengah tempat tidur.Di tengah2 tempat tidur itu Bu Haji telentang pasrah dengan paha terbuka. Ia melihat Rizal mendatangi ke tengah tempat tidur dengan ****** yang teracung tegang. Ketika Rizal telah memasuki pahanya yang terbuka lebar,Bu Haji melihat Rizal mengocok-ngocok kontolnya. Lalu ketika Rizal mulai bergerak menindihnya, Bu Haji merasa darahnya mendesir. Ia makin melebarkan pahanya. Ia merangkul leher Rizal.
Rizal menindih tubuh Bu Haji dan mencium mulutnya. Bu Haji membalasnya dengan mengulum bibr Rizal. Rizal mengerakkan pantatnya, dengan kontolnya yang tegang ia mencari memek Bu Haji. Akhirnya ujung ****** Rizal merasakan permukaan memek Bu Haji yang basah. Ia menekan-nekannya perlahan. Bu Haji membantunya dengan menggerakkan pinggulnya. Rizal merasakn ujung kontolnya masuksedikit di celah memek Bu Haji.
Bu Haji merapatkan selangkangannya. Lalu Rizal menusukkan kontolnya.“Hhhooohh Bu Haji..,’desahnya seraya menusukkan kontolnya.“Nnngghhhoohhh sayang…,”desah Bu Haji. Bu Haji merasakan ****** Rizal melesak memasuki memeknya yang basah. Bu Haji menggerakkan pinggulnya menyambut ****** Rizal yang menusuk lobang memeknya. Lalu seketika melingkarkan pahanya di pinggul Rizal.“Hhhooohhh sayang….besar sekalikontolmu…,”desah Bu Haji di telinga Rizal. Desahan ini membuat Rizal berkobar. Ia menarik kontolnya dan menusukkannya dengan cepat kedalam lobang memek Bu Haji.
“Hhhhhooohhh Bu Haji…hhoohhh…”Rizal mengerang penuh nafsu.“Hhhoohh sayang..kocok terus…hhoohh..enak sekali sayang..hhoohh..,”Bu Ijah mendesah lirih sendu di telunga Rizal.“HHoohh…hhoohh….hhoo enak sekali..hhohh..hhoohh…Bu Haji sayang…hhoohhh…hhhoohhh…,”Rizal mengerang penuh nafsu. Rizalmenggerakkan pantatnya naik-turun. Ia menggenjoti tubuhBu Haji dengan cepat.
Kontolnya keluar masuk dengan cepat dan kuat dalam lobang memek Bu Haji. Bu Haji makin mengetatkan selangkangannya di pinggul Rizal.“Oooohhh sayang…genjot sayang…hhhoohh …entoti terus sayang…hhhooohhh…hhhoohhh..enak sekali tusukan kontolmu sayang…hhoohh…entotin yang lama say…ooohhh…sayang…oohhh…,”Bu Haji mendesah penuh nafsu.
Rizal merasakan tubuhnya dan tubuh Bu Haji hangat. Ia melihat wajah Bu Haji yang redup penuh nafsu. Ia melihat wajah Bu Haji bergerak-gerak mengikuti setiaptusukan kontolnya. Ia merasakan nikmat yang luar biasa di ujung kontolnya ketika menusuki bagian dalam lobang memek Bu Haji. Bu Haji merasakan tusukan-tuskan dalam lobang memeknya begitu cepat. Ia melebarkan pahanya dan betisnya merangkul pinggul Rizal.Dengan matanya yang sayu Bu Haji melihat pantat Rizal naik-turun memompa dan menggenjotinya.
Seiring itu lobang memeknya merasakan nikmat yang penuh sensasi ditusuki ****** Rizal. Ia menggerakkan tanggannya merangkul pinggang Rizal. Berusaha menguasai dan memilikitubuh yang sedang menggumuli dan menggagahinya.“Hhhhoohhh sayang… entotin memekku say…ooohhh…terus say..hhhoohh..enak sekali sayang…oooohhh….,”Bu Haji makin gelap mata menahan nikmatnya senggama itu.“Iya say…hhoohh..iya sayang…,”bisik Rizal penuh birahi di telinga Bu Haji. Ia makin merapatkan tubuhnya yang penuh keringat ke tubuh Bu Haji.”Iya say..hhhoohh..iya say…enak sekali mengentotimu say…hhhoohh..,”erang Rizal lirih. Bu Haji makin dipenuhi birahi nafsu.
Dengan kedua tangan mencengkeram erat pinggang Rizal ia menggerakkan pinggulnya makin liar menerima tusukan-tusukan****** Rizal dalam lobang memeknya.“Hhhhggggg….nnggghhooohhh…nnnggghhhhoohhh…,”Bu Haji makin ketat menempelkan memenya ke pangakal ****** Rizal.. Rizal merasakan tubuh Bu Haji makin hangat, dan mulai bergoyang liar tidak teratur. Rizal tahu Bu Haji sesaat lagi akan mengalami orgasme. Rizal memacu tusukan kontolnya makincepat. Ia terus memompa dan menggenjot. Lalu ia merasakan pangkal paha Bu Haji makin melebar dan mendesak ke tubuhnya. Tangan Bu Haji mencengkeram kuat pinngangnya….
“Hhhhggggghhh…nnggghhhhooohh..Zal…nnggghhhoohhh…oo oohhh…hhhggg..,” desahan sengau penuh nafsu Bu Haji tiba2 tertahan dan seketika Rizalmerasakan lobang memek Bu Hajiberdenyut-denyut cepat, dan seiring itu kontolnya merasakan siraman mani yang hangat dalam lobang memek Bu Haji. “Hhhngghhoohhh..hhhoohhh…ooohh..nnggghhhooohhh…,”B u Haji tak henti2 menjerit keenakan merasakn orgasmenya. Rizal memacu makin kuat dan.“Hhhhnggghhhoohhh…hohohh..ohhhh..,” tak lama berselang Rizalpun menghujamkan kotolnya dalam2 dan kuat dalam memek Bu Haji.
“Hhhaahh..hhhaaahhh…,”desah Rizal memuncratkan maninya dalam memek Bu Haji. Kontolnya menyemprotkan mani berkali kali.Kontolnya mengangguk-angguk dalam memek Bu Haji. Bu Haji merasakan lobang memeknya dipenuhi mani yang hangat. Ia merem-melek menikmati ****** Rizal yang berdenyut-denyut dalam lobang memeknya. Bu Haji terus merasakan gerakan pinggulnya yang belum berhenti bergerak otomatis karena orgsmenya. Ia meraih mulut Rizal dan seperti kehausan langsung menciumin dan mengulumnya liar.
Rizal membalas lumatan mulut Bu Haji. Matanya merem-melek menahan nikmatnya orgasmenya sambil tak berhenti mengulumi bibr Bu Haji.Lalu akhirnya ciuman2 mereka mulai longgar seiring makain lemahnya denyutan2 yang mereka rasakan dalam alat senggama mereka berdua. Dan akhirnya gerakan2 itu berhenti.
Bu Haji mendenguskan nafas sambil merentangkan kedua tangannya lebar2 ke kiri-kanan. Ia memalingkan wajah ke samping. Rizal melemaskan tubuhnya di atas tubuh Bu Haji. Wajahnya menelungkup di sisi leher Bu Haji.

Kutiduri Bu Limah, Janda Tua Penuh Nafsu



Kutiduri Bu Limah, Janda Tua Penuh Nafsu
Ceritanya terjadi saat aku masih kuliah di sebuah universitas di dekat kalimalang-Jakarta Timur. Aku menyewa kamar semi permanen yang setengahnya tembok dan setengahnya lagi kayu milik seorang Ibu bernama Halimah yang biasa di panggil Bu Limah. Kamarku terletak agak di belakang rumah bersebelahan dengan kamar mandi. Bagian Belakang rumah Bu Limah di batasi tembok tinggi yang di biarkan tanpa atap, di dalamnya di pergunakan Bu Limah untuk memelihara tanaman dan bunga-bungaan, disana juga tumbuh pohon belimbing yang rindang tempat ngadem dengan menggelar tikar. Kamarku berada persis di depannya. Di rumah itu hanya ada 2 kamar kost yang kusewa bersama seorang cowok mahasiswa juga tapi sudah skripsi jadi jarang dirumah. Bu Limah, Ibu kostku ini adalah seorang janda beranak tiga, semua anaknya sudah kawin dan tidak tinggal serumah lagi dengan Bu Limah. Ibu kost ku ini sebenarnya udah cukup tua umurnya kira-kira 50 tahunan, namun menurutku, untuk wanita seusianya tubuh Bu Limah masih terhitung bagus, meski agak gemuk namun masih terlihat montok dengan bongkahan pantatnya yang bahenol dan buah dadanya yang besar. Rambutnya yang hitam panjang selalu di jepitnya di belakang kepalanya dengan pembawaan yang tenang dan ramah. Kalau sedang dirumah Bu Limah paling sering memakai daster tipis yang menerawangkan bentuk tubuhnya membuatku selalu mencuri-curi pandang kepadanya. Buah dadanya yang besar itu juga sering ku lihat terkadang tanpa di dibungkus BH sehingga tampak menggantung bergoyang-goyang saat badannya menunduk. Suatu hari ketika itu aku masuk siang, jadi agak santai. Setelah membeli koran aku kembali ke kamar untuk membacanya, pintu kamar kubiarkan saja terbuka agar udara segar dapat masuk. Dari dalam kamar lewat pintu yang terbuka kulihat ibu kost berjalan sambil membawa handuk, rupanya mau mandi. Dia berhenti sejenak di depan kamarku dan menyapaku. ”Kok belum berangkat? ” Sapanya . ”Iya Bu, hari ini masuk siang”. Jawabku. ”Wah enak dong bisa santai..,” Kata Bu Limah lagi sambil tersenyum dan meneruskan langkahnya menuju kamar mandi. Dari kamar mandi ku dengar Bu Limah bersenandung kecil di timpali bunyi air. Saat itu pikiranku jadi ngeres dengan membayangkan Bu Limah telanjang membuat kemaluanku mengeras dan timbul keinginanku untuk mengintipnya. Segera kututup pintu kamarku dan dengan berhati-hati ku cari celah sambungan papan antara kamarku dengan kamar mandi. dan ternyata ada sedikit lubang tipis dari cat yang sudah terkelupas, tempatnya tepat agak dibawah dekat bak mandi. Dengan hati berdegub keras, ku tempelkan sebelah kelopak mataku pada lubang tipis itu, tampak Bu Limah yang sudah telanjang bulat, badannya yang montok dihiasi dengan kedua payudara besar yang biarpun sudah agak turun tapi tetap menantang, sedangkan pada selangkangannya, kemaluannya yang membukit ditutupi bulu cukup lebat. Bu Limah menyabuni teteknya agak lama, dia permainkan putingnya dengan memilin-milinnya, sedang tangan yang satu lagi menyabuni memeknya, jari telunjuknya dimasukan berulang-ulang sedangkan matanya tampak terpejam-pejam mungkin sedang menikmati, gerakannya itu kulihat seperti layaknya orang bersenggama. Bu Limah lalu menghentikan kegiatannya lalu berjongkok persis menghadapku untuk mencuci BH dan celana dalamnya sehingga memeknya dengan jelas ku lihat membuat gairahku menyala-nyala. Ku keluarkan penisku yang sudah tegang berdiri, kumainkan dengan tanganku tak kuperdulikan lagi kemungkinan seandainya Bu Limah mengetahui apa yang aku lakukan. Semakin lama nafsu seks ku semakin tak terkendali kepalaku sudah tidak bisa berfikir jernih lagi, yang ada di kepalaku bagaimana caranya bisa menikmati tubuh Bu Limah. Bu Limah pun akhirnya selesai mandi, setelah mengelap tubuhnya dengan handuk, dililitkannya handuk itu menutupi tubuhnya, sedangkan pakaiannya di masukannya ke dalam ember yang ada di dalam kamar mandi. Aku pun segera bersiap-siap dengan rencanaku. pun keluar dari kamar mandi. Ketika Bu Limah melewati kamarku cepat ku buka pintu kamarku dan tanpa berkata-kata lagi kupeluk tubuh Bu Limah dari belakang sambil menarik handuk yang di pakai Bu Limah hingga ahirnya Bu Limah telanjang, tanganku ku remaskan ke buah dadanya. ”Aw, aduh.., apa-apaan nih..,” Pekik Bu Limah terkejut. ”Aduh Dal, jangan Dal ah…,” Bu Limah mencoba menghindar. Aku tetap tak perduli, tangan kanan ku malah ku arahkan ke memeknya, ku kobel-kobel dan kucolokan jariku masuk ke dalamnya sambil ku ciumi tengkuk dan leher belakang Bu Limah. Tubuh Bu Limah mencoba berontak agar lepas tapi aku tak memberikan kesempatan dengan semakin mempereret pelukanku. ”Aduh.., dal ingat dal, ah.., Ibu sudah tua Dal. Lepasin Ibu Dal.” Kata Bu Limah memohon. ”Hhh.., Ibu masih seksi koq, buktinya saya nafsu sama Ibu. Udah deh mendingan ibu nikmatin aja lagian kan ibu sudah lama nggak beginian.” Kataku memaksa. ”Tapi Ibu malu Dal, nanti kalau ada orang yang tahu gimana…?” Hiba Bu Limah. ”Ya makanya, mending ibu nikmatin saja, kalau begitu kan orang nggak bakalan ada yang tahu.” Tangkisku. Akhirnya Bu Limah pun terdiam, tubuhnya tidak berusaha memberontak lagi aku semakin leluasa menjelajahi semua bagian tubuh Bu Limah, kadang kuelus-elus terkadang kuremas-remas seperti pada pantatnya yang besar dan montok itu. Menyadari sudah tidak ada penolakan dari Bu Limah, aku semakin mengintensifkan gerakanku ke bagian-bagian tubuh Bu Limah yang dapat membuat gairah Bu Limah semakin tinggi agar tidak kehilangan momen. ”Ahh.., ssshh…, aahh…, geli Dal, ahh..,” Bu Limah mendesah-desah pelan pertanda nafsu seksnya sudah bangkit. Ku putar tubuhku menghadap Bu Limah, sambil tetap ku peluk, ku ciumi bibirnya, dan lidahku kumasukan ke dalam mulutnya. Bu Limah ternyata mulai mengimbangiku, di balasnya ciuman ku dengan ketat aku dan Bu Limah bergantian saling menghisap bibir dan lidah. Sambil begitu ku tuntun tangan Bu Limah ke kemaluanku dan ku selipkan tangannya ke dalam celana pendek training yang ku pakai. Tanpa ku minta Bu Limah menarik ke bawah celanaku hingga kontolku bebas mengacung. Digenggamnya kontoku, dengan jempolnya kepala penisku dielus-elusnya kemudian dikocoknya. Pelerku pun tak luput di jamahnya dengan meremasnya pelan, sesekali jarinya terasa menelusuri belahan pantatku melewati anus, sensasi seks yang ku rasakan benar-benar lain. Leher Bu Limah ganti ku ciumi lalu turun ke bagian dadanya. Buah dada Bu Limah yang besar itu kuciumi, kuremas-remas, kusedot-sedot dan ku jilati sepuasnya sedangkan pada putingnya selain ku pelintir-pelintir aku hisapi seperti bayi yang sedang menetek pada ibunya, yang ternyata membuat Bu Limah kian hot. Tangannya mengerumasi rambutku dan terkadang menekan kepalaku ke payudaranya. Desahanannya semakin sering terdengar. ”Aduh.., ahh.., sshh.., terus dal, aahh..,” Dengan posisi tubuh Bu Limah yang tetap berdiri, aku merendahkan badanku, kuarahkan mulutku ke selangkangannya, Bu Limah ternyata tau apa yang akan kulakukan, di renggangkannya kedua kakinya hingga sedikit mengangkang yang membuat ku lebih leluasa menciumi memeknya. Ku sibak bulu jembut di permukaan memeknya lalu ku dekatkan bibirku ke permukaan memeknya. Lidahku ku julurkan mengulas-ulas bibir memek Bu Limah, itilnya ku terkadang kujepit dengan bibirku sebelum kuhisap-hisap. Tak ketinggalan jariku ku colokan masuk ke dalam memek Bu Limah sambil ku pitar-putar. Apa yang ku lakukan itu membuat Bu Limah menggelinjang-gelinjang dengan mulut tak berhenti berdesah-desah kenikmatan. ”Ahh.., aww.., yahhh.., sshh.., terus Dal, iyaahh..” Begitu bernafsunya aku dan Bu Limah bercinta, hingga aku dan Bu Limah sudah tidak perduli lagi kalau waktu itu kami bergelut di udara terbuka di belakang rumah Bu Limah. Tapi akhirnya kekhawatiranku muncul juga. Ku hentikan sejenak aktifitasku. ”Bu, sebentar yah, saya mau ngunci pintu dulu, takut ada yang datang.” Kataku sambil berdiri. ”Oh iya, untung kamu ingat, tapi cepet yah Dal, Ibu sudah nggak tahan nih,” Jawab Bu Limah nakal. Aku hanya tersenyum, sambil berlalu kuremas dulu tetek Bu Limah. Sebenarnya jarak ke pintu hanya beberapa meter saja, berhubung aku dan Bu Limah sedang diliputi kenikmatan seks hingga tak mau kehilangan waktu meski sekejap. Setelah mengunci pintu aku kembali, kontolku terayun-ayun waktu berjalan karena celanaku sudah terlepas meskipun aku masih memakai kaos. ”Kalau pintu depan dikunci nggak Bu?” Tanyaku ketika sudah dekat Bu Limah. ”Dikunci, dari pagi Ibu belum membukanya.” Jawab Bu Limah sambil merengkuh tubuhku ke pelukannya. ”Dal kita pindah ke kamar yuk!” Pinta Bu Limah. ”Disini aja deh bu, cari suasana lain, pasti Ibu belum pernah kan ngewe di sama bapak dulu di tempat terbuka seperti ini.” ”Ah, kamu ini ada-ada saja.” Elak Bu Limah sambil membuka kaosku. Aku dan Bu Limah kembali berpagutan di atas kursi yang ku tari dari depan kamarku, tubuh Bu Limah ku pangku di atas pahaku, Bu Limah semakin aktif menciumi ku, pentilku pun di hisap dan di jilatinya sedangkan tanganku menggerayangi memeknya yang semakin basah. Bu Limah kemudian berdiri lalu berjongkok di hadapanku, di hadapkannya mukanya ke arah kontolku lalu lindahnya menjulur mengulas-ulas kepala kontolku beberapa saat kemudian di masukannya kontolku ke dalam mulutnya, di hisap-hisapnya dengan menggerakan kepalanya maju mundur, kemudian pelirku di hisapnya juga. Gerakan lidah Bu Limah benar-benar membuatku di penuhi kenikmatan. ”Ahh, enak Bu..,” Erangku penuh nafsu. Tanganku mempermainkan buah dadanya yang menggantung bergoyang-goyang, sesekali ku remas rambutnya dan ku tekan kepalanya agar semakin dalam mulutnya melahap kontolku. Bu Limah lalu menghentikan hisapannya pada kontolku. ”Dal, ayo kontolmu masukin, memek Ibu sudah kepengen banget di ewe.” Pintanya sambil membaringkan tubuhnya di atas tikar dengan kedua kakinya dilebarkan memperlihatkan memeknya yang mumplu. Tanpa berkata lagi aku menyusul Bu Limah dan ku kangkangi tubuhnya dari atas. Bu Limah meraih kontolku lalu di arahkannya ke lubang memeknya. Setelah pas lalu ku tekan perlahan-lahan hingga kontolku masuk seluruhnya ke dalam memek Bu Limah lalu ku tarik dan ku masukan lagi dengan gerakan semakin cepat. Mulut Bu Limah terus berdesis-desis menahan nikmat. Tubuh Bu Limah terhentak-hentak karena dorongan tubuhku, buah dadanya yang bergerak-gerak indah kuremas-remas penuh nafsu, sambil terus bergerak aku dan Bu Limah berpelukan erat, mulutku dan mulutnya saling hisap. Bu Limah lalu memintaku berganti posisi di atas, aku berbaring dan Bu Limah duduk di atas selangkanganku setelah kontolku di masukannya ke dalam memeknya. Bu Limah menggoyang-goyangkan pantatnya, terasa seperti memeknya memilin-milin kontolku. Dari bawah tetek Bu Limah ternyata tampak lebih indah menggantung bergoyang-goyang. Aku dan Bu Limah kembali ke posisi semula. Gerakan aku dan Bu Limah semakin liar. Tusukan kontolku semakin cepat yang diimbangi dengan gerakan pantat Bu Limah yang kadang bergoyang ke kiri dan ke kanan kadang ke atas dan ke bawah menambah semakin panasnya permainan seks yang aku dan Bu Limah lakukan. Hingga akhirnya ku rasakan cairan spermaku segera keluar. ”Bu saya mau ke luar..,” Erangku. ”Ibu juga mau keluar, Dal..,” Desah Bu Limah. Aku dan Bu Limah saling berpelukan dengan ketatnya, bibirku dan bibir Bu Limah saling hisap dengan erat dan spermaku pun menyemprot di dalam memek Bu Limah. Beberapa saat aku dan Bu Limah saling diam menikmati sisa-saisa kenikmatan. Sambil berbaring di atas tikar di bawah pohon rambutan yang rindang dengan tubuh sama-sama telanjang aku dan Bu Limah melepas lelah sambil ngobrol dan bercanda. Tanganku mempermainkan tetek Bu Limah entah mengapa aku suka sekali dengan tetek Bu Limah itu. Aku dan Bu Limah lalu membersihkan badan di kamar mandi, saling gosok dan sambil remas hingga gairah ku dan gairah Bu Limah kembali bangkit, aku dan Bu limah kembali bersetubuh di kamar mandi sampai puas. Wanita seusia Bu Limah memang sangat berpengalaman dalam memuaskan pasangannya, mereka tidak egois dalam menyalurkan gairah seksnya, bahkan yang kurasakan Bu Milah cenderung memanjakanku agar mendapatkan kenikmatan yang setinggi-tingginya. Maka karena itulah akupun merasa di tuntut untuk bisa mengimbanginya. Gairahku terhadap Bu Milah entah kenapa selalu menyala., maunya setiap hari aku bisa menggaulinya, dan ternyata Bu Milah pun demikian. Hal ini kudengar sendiri ketika aku mengajaknya untuk bersetubuh padahal ketika itu teman kostu sedang ada di kamarnya. Saat Bu Milah sedang mencuci piring ku dekap dia dari belakang, tapi dengan halus Bu Limah menolaknya. ”Jangan sekarang Dal, nanti temanmu tahu.” Kata Bu Limah. ”Tapi Bu, saya sudah nggak tahan..,” Sanggahku. ”Ibu juga sama, malahan ibu pengennya tiap hari begituan sama kamu.” Akhirnya aku mengalah dan kembali ke kamarku dengan kepala penuh hasrat yang tak terlampiaskan. Sudah 4 hari ini gairahku tak tersalurkan, aku dan Bu Milah hanya bisa saling bertukar kode tanpa bisa berbuat lebih, hingga ketika itu sore, mendadak temanku pulang ke kampungnya setelah dapat telepon bapaknya sakit. Setelah temanku pergi ku kunci pintu lalu segera aku mencari Bu Limah. Di dalam rumah tampak Bu Limah baru keluar dari kamarnya. Bu Limah ketika itu memakai baju kurung berkerudung sepertinya Bu Limah mau pergi. ”Mau ke mana Bu?” Tanyaku mendekatinya. ”Ibu mau ngaji dulu Dal..,” Jawab Bu Limah. ”..Bu, ayo dong, sudah lama nih..,” Rujukku. ”Nanti aja yah Dal, Ibu cuma sebentar koq ngajinya.” ”Ayo lah Bu sebentar aja..,” Paksaku sambil ku peluk Bu Limah. Tanganku segera saja menjalar ke balik baju Bu limah yang gombrong. Buah dada Bu Limah yang besar yang selama beberapa hari ini ku rindukan, jadi mainanku. ”..Dasar kamu, nggak sabaran banget.., tapi sebentar aja yah!” Rengek Bu Limah akhirnya pasrah. Ternyata Bu Limah juga sudah panas, ciuman bibirku segera di balasnya dengan bergelora. Meskipun waktu itu Bu Limah memakai kerudung tak menghalangi aku dan Bu Limah untuk saling berbagi kenikmatan malahan aku merasa ada nuansa yang lain yang kian membuat gairah bercintaku menjadi-jadi dan permintaan Bu Limah melepas kerudungnyapun kularang. ”Dal, kerudungnya Ibu lepas dulu yah!” Pinta Bu limah. ”Jangan Bu, biarin saja, saya semakin bernafsu melihat pakai kerudung..”. Larangku. ”Ah kamu ini ada-ada saja.” Sambil terus berciuman Bu Limah melepas Bhnya, lalu bajunya ku angkat ke atas dan ku sorongkan wajahku menjamah buah dadanya. Ku ciumi dan ku jilati sepuas-puasnya. Bu Limah merengek-rengek kecil sambil tangannya mengerumasi rambutku. ”..Ah.., ngghh.., yah.., sshh.., ahh..,” Suara Bu Limah pelan. Tangan Bu Limah menarik celanaku hingga kontolku yang sudah keras itu mengacung bebas, lalu di permainkannya kontolku dengan meremas-remasnya. Kain bawahan yang di pakai Bu Limah ku angkat dan ku gelungkan di pinggangnya, lalu pantatnya ku remas-remas setelah kutarik celana dalamnya. ”Dal.., ayo Dal cepet masukin..,” Pinta Bu Limah. ”Iya Bu, disini aja ya Bu! Jawabku sambil membimbing tubuh Bu Limah ke kursi panjang yang ada di ruang tamu. ”Tapi nanti kalau ada orang gimana Dal?” Tanya Bu Limah khawatir. ”Tenang aja Bu, kan kita nggak telanjang” Aku meyakinkan Bu Limah. ”Dal, Ibu di atas yah..!” Bu limah meminta posisi di atas. Aku mengiyakan kemauan Bu Limah, ku dudukan tubuhku di atas kursi panjang dengan posisi agak berbaring, selanjutnya Bu limah menempatkan tubuhnya di atasku, dengan kedua kaki melipat sejajar pahaku, lalu Bu limah menurunkan tubuhnya dan mengarahkan memeknya ke kontolku. Kontolku di pegangnya agar pas dengan lubang memeknya. Setelah itu Bu Limah menekan tubuhnya hingga kontolku masuk ke dalam memeknya sampai dasar lalu diputar-putarnya pantatnya, lalu diangkatnya memeknya dan di tekan lagi sambil di putar-putar dengan gerakan semakin cepat . Buah dada Bu Limah yang besar bergoyang keras mengikuti gerakan tubuh Bu Limah yang semakin liar itu segera ku sosor dengan mulutku, ku ciumi dan ku hisapi hingga meninggalkan tanda merah, sementara tanganku meremas-remas bongkahan pantatnya. Biarpun Bu Limah tidak melepas pakaian dan kerudungnya persetubuhan aku dan Bu Limah tetap dahsyat malah semakin membuatku bernafsu. Ku imbangi gerakan Bu Limah dengan menghentakan pantatku ke atas apabila Bu Limah Menekan ke bawah sehingga aku merasakan kontolku seperti menghujam ke dalam memek Bu Limah, membuatnya semakin terhempas-hempas kenikmatan. ”Ahhh.., ssshh.., mmhh.., Yaahh..,” Mulut Bu Limah tak berhenti merintih. ”Ayo Dal, terus tusuk yang dalam memek Ibu.., iyyahh..,” Katanya di sela-sela rintihannya. Setelah beberapa saat aku dan Bu Milah saling menggenjot dengan posisi Bu Milah tetap di atas, kurasakan spermaku mau keluar. ”Bu saya mau keluar.., Bu..,” Erangku. ”Ibu juga dal, mau kaluar.., aahh..,” Balas Bu Limah. Gerakan tubuh ku dan tubuh Bu Limah sudah tidak beraturan lagi, aku dan Bu Limah semakin liar menjelang klimaks. Tubuhku dan tubuh Bu Limah saling peluk erat, bibir ku dan bibir Bu Limah bertautan erat saling hisap, hingga akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Limah sama-sama mengejang, spermaku pun tumpah di dalam memek Bu Limah. Aku dan Bu limah bersama-sama menikmati puncak permainan seks yang bergelora walaupun tidak begitu lama. Aku dan Bu Limah sama-sama terdiam dengan masih berpelukan menikmati sisa-sisa gairah. Setelah keadaan dirasa normal Bu Limah mengangkat tubuhnya lalu berdiri, baru tampak olehku kalau pakaian dan kerudung yang dipakai Bu Limah begitu acak-acakan akibat pergumalan tadi. ”Udah ya Dal, Ibu mau berangkat.” Kata Bu Limah sambil beranjak menuju kamar mandi. Aku lalu mengikutinya. Aku dan Bu Limah sama-sama masuk kamar mandi untuk membersihkan cairan sisa pergumulan. Sambil saling bercanda aku dan Bu Limah saling Basuh. ”Gara-gara ini nih Ibu jadi terlambat..,” Kata Bu Limah sambil meremas pelan kontolku yang mulai layu. Aku hanya nyengir mendengar gurauan Bu Limah. Setelah dirasa bersih aku dan Bu Limah keluar dari kamar mandi, aku masuk ke dalam kamarku sedang Bu Limah berjalan ke dalam rumah. Ku ganti kaos dan celanaku lalu aku duduk di depan kamarku, ngeroko sambil baca koran. Dari dalam terlihat Bu Limah berjalan ke arahku dia sekarang sudah rapi kembali. ”Dal, Ibu berangkat ngaji dulu yah.., kalau mau istirahat jangan lupa pintu depan kunci dulu.” Kata Bu Limah. ”Iya Bu”. Jawabku sambil berdiri dan berjalan mengikuti Bu Limah, iseng ku remas pantat Bu Milah yang bergoyang-goyang dari belakang, Bu Limah hanya mendelik manja. ”..ah nakal kamu Dal, belum puas yah..?” ”Nggak tahu nih Bu, kalau ngelihat Ibu bawaannya jadi nafsu.” Setelah menutup pintu aku kembali ke kamar untuk tidur siang. Malamnya aku dan Bu Limah nonton TV berdua di rumahnya, kami hanya mengobrol dan bercanda saja, tak enak juga untuk mengajak Bu Limah bersetubuh lagi kasihan sepertinya dia cape. Ketika aku mau kembali ke kamar kudengar telepon Bu Limah berdering yang ternyata dari cucunya Bu Limah yang mengatakan bahwa besok siang mau berkunjung. Wah alamat gairahku bisa tak tersalurkan lagi nih, kataku dalam hati. Esoknya, kira-kira jam setengah tujuh pagi, aku bangun dan langsung mandi. Saat berjalan ke kamar mandi kulihat Bu Milah sedang berada di dapur dengan hanya memakai daster tipis membuat gairahku naik. Ketika mandi pikiranku terus tertuju ke Bu milah, pikirku, kalau nggak sekarang menikmati tubuh Bu Limah bisa gigit jari deh, soalnya cucu Bu Limah kalau datang bisa berhari-hari, dan acara mandi pagi pun ku percepat. Setelah selesai mandi, aku segera masuk kembali ke dalam kamarku lalu memakai kaos dan celana pendek biar praktis. Aku lalu ke luar dari kamarku sambil mengendap-ngendap mendekati Bu Limah yang sedang berdiri di depan meja dapur membelakangiku. Setelah dekat dengan Bu Milah langsung ku susupkan kepalaku ke bawah pantat Bu Milah setelah terlebih dahulu bagian bawah dasternya aku angkat , ternyata Bu Milah tidak memakai celana dalam, dan belahan pantat Bu Milah pun ku ciumi penuh nafsu. ”Aw!.., apaan nih..!” Teriak Bu Limah terkaget-kaget merasakan sesuatu pada pantatnya, tapi setelah tahu aku yang melakukannya Bu Limah pun tenang kembali. ”Iiih, kamu ini ngapain sih, ngagetin Ibu aja, untung Ibu nggak Jantungan”. Rutuknya, sambil membiarkan saja apa yang aku lakukan terhadapnya. Ku ciumi sekeliling pantat Bu Milah yang masih berwangi sabun, rupanya Bu milah juga baru habis mandi. Dari balik dasternya, tanganku ku julurkan ke ke atas untuk meraih teteknya yang menggantung yang juga tidak tertutup BH, setelah terpegang lalu ku remas-remas, sedangkan Bu Milah sejauh ini masih cuek saja dengan terus memilih-milih sayuran. ”Dal, Ibu sih sudah menebak kalau pagi ini kamu pasti minta jatah sama Ibu.” Kata Bu Milah. ”Koq Ibu tahu..?.” Tanyaku dari balik dasternya. ”Kamu semalam denger kan kalau cucu Ibu mau datang. Kasihan deh kamu Dal, bakal nganggur beberapa hari, hi.., hi.., hi..,” Jawab Bu Milah sambil tertawa mengikik membayangkan penderitaanku nanti. ”Iya Bu, nasib-nasib.., ” Sesalku. Bu Limah kembali tertawa mendengar ratapanku itu. Sambil terus menciumi pantat Bu Limah, kuminta dia melebarkan kedua kakinya agar mengangkang, lalu ku geser tubuhku semakin kedalam dan ku balikan badanku dengan wajah menghadap keatas persis di bawah memek Bu Limah. Memek Bu Limah yang berbulu tebal itu lalu ku ciumi dan ku jilati, lubang memeknya ku masuki dengan jari tanganku sambil ku putar-putar di dalamnya. Bu Milah pun mengimbangi dengan menggoyang-goyangkan dan menekan-nekankan pantatnya, sepertinya gairah Bu Milah pun mulai naik. ”Dal berhenti sebentar, Dal” Pintanya. Dan setelah aku menghentikan kegiatanku, dengan masih tetap berdiri di tariknya kursi makan di sebelahku lalu diangkatnya satu kakinya dan di letakan di atas kursi, dengan posisi seperti itu memungkinkan aku semakin bebas menjelajahi memeknya. Memek Bu Limah pun kembali ku jelajahi dengan rakus. Tak lama berselang, kurasakan tubuh Bu Limah yang kini setengah berbaring dengan kepala menggeletak di atas meja, mengejang, satu tangannya menekan kepalaku membuatnya tersuruk kian dalam ke memeknya disertai dengan lenguhan panjang. Setelah itu perlahan-lahan gerakan tubuh Bi Limah pun melemah, kemudian terhenti, hanya dengus nafasnya saja terdengar masih cepat. Seiring dengan melemahnya gerakan Bu Limah, aku pun menghentikan permainan ku pada memek Bu Limah. Tanganku kini berpindah meremasi buah dada Bu Limah yang menggantung bergoyang-goyang karena kepala Bu Milah masih tergeletak di atas meja dan tubuhnya menjadi doyong ke depan. Mulutku ikut menyerbu, buah dada Bu Milah dengan rakus ku ciumi, ku hisapi dan kuremas-remas. Setelah merasa pulih, Bu Milah lalu bangkit, dan akupun kemudian duduk di atas kursi. Bu Milah lalu memelukku dari arah depan hingga kedua teteknya yang empuk menghimpitku karena saat itu aku masih duduk di kursi. Bu Limah menciumi kepalaku lalu ciumannya turun ke wajah. Aku dan Limah saling berpagutan dan bertukar lidah. Bu Limah Lalu jongkok, di tariknya celana pendekku hingga kontolko yang sudah keras itu mengacung. Dipermainkannya kontolku dengan mengocoknya lalu dimasukannya ke dalam mulutnya sambil di hisap-hisapnya. Aku dan Bu Limah menuju ke menu utama permainan, dengan menyingsingkan dasternya, Bu Milah lalu membaringkan tubuhnya diatas meja dengan satu kaki tetap menginjak lantai sedang yang satunya di angkat melintang sejajar tepian meja, menampilkan pemandangan erotis pada memeknya. Terlihat memeknya sedikit mendongak. Segera kuarahkan kontolku ke belahan memek Bu Limah, kemudian ku dorong hingga amblas dan ku tarik lagi dengan lebih cepat. Tubuh Bu Milah terhempas-hempas terdorong oleh hentakanku, untung saja meja makan yang di jadikan tumpuan tubuh Bu Limah kuat, itupun sesekali beradu juga dengan dinding hingga menimbulkan suara berdegup. Aku dan Bu Limah lalu berganti posisi dengan berbaring di lantai dapur. Bu Limah memiringkan tubuhnya, aku yang sudah berjongkok di depannya segera mengangkat dan menahannya dengan pandak satu kaki Bu Limah hingga terpentang, lalu kuarahkan kontolku ke memek Bu Limah yang tampak merekah itu dan ku tusukan hingga dasar memek Bu Limah. Ketika kurasakan saat-saat puncak sudah dekat, ku setubuhi Bu Limah dengan meniindihnya dari atas, mulutku menciumi buah dada Bu Limah dan kedua kaki Bu Limah melingkar di pinggangku. Setelah beberapa kali hentakan keras, a khirnya aku klimaks, spermaku tumpah di dalam memek Bu Limah. Aku dan Bu Limah berpelukan erat dengan bibir saling berpagutan, aku dan Bu Limah mengahiri pergulatan dengan puas. Setelah itu aku dan Bu Limah segera bangkit karena khawatir kalau-kalau cucu Bu Limah datang, dan benar saja tak lama setelah aku tidur-tiduran di kamarku terdengar cucu-cucu Bu Limah datang. Ternyata cucu Bu Limah tinggal lama karena sekolahnya sedang libur panjang, tinggal aku yang sengsara menahan gairah sama Bu Limah yang tidak dapat tersalurkan. Akhirnya aku tak tahan lagi, suatu sore, ketika Bu Limah hendak mandi dan cucunya sedang main di depan, ku hentikan langkah Bu Limah di depan kamarku dengan berpura-pura ngobrol aku utarakan hasratku pada Bu Milah. ”Bu, saya sudah nggak tahan lagi nih..,” Rengekku pelan pada Bu Limah. ”Sabar dong Dal, kamu kan tahu sendiri ada cucuku, Ibu juga sama, sudah kepengen, tapi ya gimana.” Jawab Bu Limah. ”Tuh Ibu juga sudah kepengen kan, ayolah Bu, sebentar saja.” Desakku. ”Iya sih, tapi nggak ada kesempatannya, cucu Ibu itu lho, maunya sama Ibu terus..” ”Bu, gimana kalau nanti malam, setelah cucu Ibu tidur Ibu pura-pura saja sakit perut, atau setelah semua tidur Ibu nanti ke sini.” ”Terus kalau pas kita lagi begitu ada yang ke kamar mandi gimana?” Kata Bu Limah Khawatir. ”Kitakan begituannya tidak di kamar mandi.” ”Habis dimana?, di kamarmu?” Tanya Bu Limah lagi. ”Ya nggak lah itu sih resikonya sama, disitu aja tuh, tempatnya kan gelap, orang nggak akan melihat kita, lagian kalau ada orang rumah yang keluar kita bisa segera tahu.” Kataku sambil menunjuk tempat dekat pohon belimbing di depan gudang yang kalau malam gelap gulita. ”Ya udah deh kalau gitu, nanti malam ibu coba kesini, sudah ya nanti ada melihat.” Jawab Bu Milah setuju. Saat Bu Limah berlalu, setelah melihat keadaan di dalam rumah Bu Limah sepi, aku sempatkan meremas bongkahan pantatnya. Bu Limah hanya merintih pelan sambil terus berjalan ke kamar mandi. Untuk semakin mematangkan rencana, dari sehabis isya aku berpura-pura tidur dan lampu kamarku pun ku matikan. Menjelang tengah malam sekitar jam sebelas ku dengar pintu belakang rumah Bu Limah di buka, segera kuintip dari celah jendela, seperti yang ku harapkan, terlihat memang Bu Milah yang keluar. Segera aku bangun dan keluar. Tanpa mengeluarkan kata, setelah menutup kembali pintu rumahnya dan melihatku keluar dari kamar, Bu Milah langsung menuju tempat yang telah di rencanakan, aku menyusulnya delangkah hati-hati. Setelah berdekatan, aku dan Bu Limah langsung saling berpelukan sambil berciuman dengan panas. Bibirku dan bibir Bu Limah saling pagut dengan liar dan penuh nafsu untuk melepaskannya yang selama ini sama-sama di tahan. Tanganku dan tangan Bu Limah sama sama sibuk saling menggerayangi. Ku selusupkan tanganku ke balik daster Bu Limah hingga bagian bawah daster Bu Milah ikut terangkat ketika tanganku mulai ku remaskan ke belahan pantatnya lalu berpindah ke depan mengobel memeknya yang ternyata tidak bercelana dalam. Bulu jembutnya yang lebat ku permainkan dulu dengan menarik-nariknya dengan pelan sebelum menjamah memeknya. Memek Bu Limah yang tembam itu lalu kepermainkan, itilnya kucubit-cubit halus, jariku lalu ku masukan ke belahan memek Bu limah dan kuputar- putar di dalamnya. Sedangkan tangan Bu limah segera menyongsong kontolku yang sudah tegang di kocok-kocoknya perlahan batang kontolku seperti sedang mengurut, kemudian berpindah meremas buah zakarku. Karena situasinya tidak begitu begitu kondusif aku dan Bu Limah tidak berlama-lama melakukan cumbuan, segera saja aku dan Bu limah bersetubuh. Dengan mencoba tetap waspada kalau-kalau ada orang rumah yang keluar. Tubuh Bu Limah berdiri menyender di dinding dengan ujung daster bagian bawah di tariknya ke atas, satu kakinya naikan ke atas dan ku tahan dengan tanganku, tubuhku menghimpit tubuh Bu Limah ke dinding dan setelah dirasa posisinya pas mulai ku hujamkan kontolku ke memek Bu Milah. Biarpun dalam keadaan yang tidak begitu leluasa, aku dan Bu Limah saling bergelut dengan liar. Aku dan Bu Limah sama-sama penuh gairah dalam persetubuhan yang kami lakukan. Nafasku dan nafas Bu Limah saling memburu. Dengan tetap menusuk-nusukan kontolku tubuh Bu Limah sedikit ku angkat dengan tangan ku yang sebelumnya meremasa-remas bongkahan pantat Bu Limah. Aku dan Bu Limah terus bergerak untuk saling berbagi kenikmatan dengan mulut yang tanpa mengeluarkan suara angkat dan kutahan. Dengan cara seperti itu ternyata aku merasakan sensasi bersetubuh yang lain, yang tak kalah nikmat nya dengan persetubuhan biasa. Aku dan Bu Milah menjadi lebih panas dan penuh gairah untuk segera menuntaskan permainan penuh nafsu ini. Mukaku ku labuhkan di tengah-tengah payudara Bu Limah setelah Bu Limah membuka kancing daster nya, lalu ku permainkan buah dada Bu Limah dengan mulutku dengan menciumi dan menghisapinya dan pada putingnya mulut ku menyosot seperti sedang menyusu membuat Bu Limah meliuk-liuk penuk nikmat. Dan Akhinya dengan tanpa merubah posisi kami yang tetap berdiri aku dan Bu Limah sampai ke ujung klimaks, tubuhku dan tubuh Bu Limah bergelut kian rapat, pantat Bu Limah menggeol-geol tak beraturan dengan semakin liar dan ku hujamankan kontolku semakin kencang sedangkan bibirku dan bibir Bu Limah terus berpagutan dengan ganasnya saling melumat dan bertukar lidah, hingga pada akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Limah sama-sama mengejang menahan kenikmatan yang tiada tara itu, spermaku pun tumpah memenuhi rongga-rongga memek Bu Limah. Tubuh Bu Limah setengah ku gendong saat itu dengan kedua tanganku mencengkram pantat Bu Limah sekaligus menahan tubuh Bu Milah. Aku dan Bu Limah sama-sama terdiam dengan tubuh tetap berpelukan menikmati sisa-sisa gairah dan nafas yang saling menderu. ”Ternyata enak juga ya Dal bersetubuh begini.” Bu Limah berbisik pelan di telingaku. ”Iya Bu.” Jawabku singkat. Kontolku yang mulai menciut pun terlepas dengan sendirinya ketika ku renggangkan tubuhku untuk memberi ruang kepada Bu Limah. ”Besok malam gimana Bu?” Tanyaku. ”Gimanan besok aja deh Dal, kita cari cara yang lain, udah yah Ibu mau masuk” Jawab Bu Limah. ”Sebentar Bu..,” Cegahku sambil membuka lagi belahan daster bagian dada Bu Limah yang belum sempat di kancingkan lalu ku ciumi lagi buah dada Bu Limah yang besar itu seperti tak ada bosannya. ”Iihh.., kamu ini nggak ada puasnya ya..,”. Sahut Bu Limah manja. Tak berapa lama sosoran ku kusudahi, dan Bu Limah lalu berjalan menuju pintu aku mengikutinya dengan memeluknya dari belakang, sambil berjalan ku ciumi tengkuk Bu Limah dan tanganku ku meremas-remas payudaranya. Setelah meremas kontolku Bu Limah pun masuk ke dalam rumah. Hubungan persetubuhanku dengan Bu Limah terus terjadi dan kian lama ku rasakan kian hot saja hingga kalau tidak halangan bisa tiap hari aku dan Bu Limah bersetubuh dengan gaya yang liar. Pergumulan penuh nafsuku dengan Bu Limah itu terus berlangsung dengan aman sampai aku lulus dan diwisuda dan berlanjut saat aku mulai kerja karena aku tetap kost/tinggal di rumah Bu Limah. Bahkan hingga akhirnya aku menikah dan pindah rumah pun sesekali aku tetap menyambangi Bu Limah untuk bercinta dengan Bu Limah, entah kenapa aku tak pernah bosan untuk menyetubuhi Bu Limah, dan sebaliknya Bu Limah pun dengan menggebu-gebu tetap melayaniku bersenggama.

Read more...

Tanda-tanda Cewek Pengen ML

da puluhan cara bagi perempuan untuk mengatakan mereka tertarik dengan lelaki dan berharap untuk dapat bercinta. Tapi tahukah kamu (lelaki-red) apa saja sinyal itu? Kadang lelaki suka memaksakan kehendak untuk mengajak perempuan tidur, tapi mereka tidak efektif sama sekali karena tidak membaca sinyal yang diberikan. Padahal, itu amatlah mudah untuk dibaca tetapi bisa juga menjadi amat rumit. Nah sekarang kamu harus belajar untuk lebih mengenal dia (perempuan-red).
Sinyal seks ini harus dapat dibedakan tergantung pada situasi dan kondisi yang berlangsung, sebagai individual, dia dapat saja memberikan sebuah sinyal, tapi mungkin itu hanya karena dia tertarik dan belum mengindikasikan dia mau kamu ajak tidur. Misalnya yang umum terjadi pada dia di sebuah club malam, cafe atau diskotik terlihat bahwa mereka memberikan sinyal lebih awal, tapi ternyata semakin malam dengan atmosfer suasana yang semakin berbeda sinyal mereka menjadi tidak jelas.
Hal ini amat berbeda dengan membaca bahasa tubuh kaum perempuan, dan aku tidak pernah percaya dengan tulisan orang lain mengenai “Bahasa Tubuh Wanita”, karena tidak ada cara yang pasti benar. Perempuan kadang melakukan proyeksi tubuh secara sadar, atau bahkan mereka tidak sadar dengan apa yang tubuh mereka “katakan”.
Perempuan kadang memberikan tanda ketertarikannya dan sebenarnya memang ia amat tertarik, tubuhnya kemudian memproyeksikan hal itu secara tidak sadar, tapi sebenarnya itu hanya keinginan saja sementara secara sadar ia menolaknya karena ia sudah menikah. Jadi sulit kan membacanya??
Ini sebenarnya rahasia besar, jarang sekali perempuan yang mau terbuka untuk hal ini. Untuk membaca sinyal seks dengan benar diperlukan kesabaran dan kejujuran. Banyak lelaki yang terlalu “overreact” pada sinyal kecil, yang sebenarnya itu karena keinginan/nafsu lelaki saja padahal sinyalnya tidak ada disitu. Saranku, baca itu dengan santai dan lembut. Jika sinyal mereka lemah kamu harus menyeimbangkannya sampai sinyal itu menguat.
Sebelum kamu lebih jauh meng-eksplorasi progress dari sinyal-sinyal itu, kamu harus tahu dasarnya. Untuk lelaki kadang sinyal dari dia (perempuan) yang paling sederhana sudah amat menantang (dasar lelaki…). Tapi mereka takut ditolak (dasar lelaki lagi… ). Nah sekarang berterimakasihlah sama aku. Ini dasar-dasarnya yang harus kamu hafalkan dan pelajari.
Memainkan benda-benda di sekitarnya atau mengelus-elusnya
Perhatikan kecepatannya, kalau dia memainkan itu dengan lembut berarti dia ingin berkata “usap aku..” Sebaliknya kalau cepat dan tergesa-gesa tandanya dia bosan dan ingin kamu segera menjauh.. (nanti dilempar lho… )
Mengusap dan Mengelus Tubuh Sendiri
Sinyal ini bisa menipu tapi bisa juga amat pasti, kadang ini berarti “Aku ingin kamu usap… ” Bisa juga dengan mengusap beberapa bagian tubuhnya dia ingin mengajak kamu melihat bagian tubuhnya yang amat dia banggakan dan menjadi aset berharga bagi sex appeal-nya
Memainkan Rambutnya
Indikasi bahwa dia memiliki rambut yang sehat dan secara esensial dia ingin berkata “lihat aku. Aku sehat dan percaya diri..” jadi pujilah, kemudian kalau dia menyibak rambutnya ke samping atau mengangkat kedua tangannya untuk merapikan rambutnya ke belakang bisa jadi dia mau bilang “usap dan ciumlah leherku.. ” Perhatikan baik-baik.
Mengelus dan Mengusap Lehernya
Salah satu bagian tubuh paling sensitif bagi perempuan adalah leher. Dan semua lelaki (yang normal..) biasanya amat suka mengusap leher perempuan dengan hidungnya sambil mengendus aromanya. Jadi ini artinya “rasakan kehalusan leherku… “
Menunjuk Dengan Dengkul
Ini adalah sinyal tentang ketertarikan dan fokus. Dengan menyilangkan kaki dan menunjuk ujung dengkul ke hadapan seorang lelaki, berarti dia tertarik dengannya dan seakan dia ingin membuat ruang sendiri dengan lelaki tersebut. Yang ingin dikatakannya “Kamu adalah orang yang menarik.. dan aku fokus dengan kamu.. “, Tapi kalau dengkul dan ujung kaki menunjuk ke kamu berarti dia melindungi dirinya dan tidak ingin kamu ganggu.
Vagina Gesture
Jika kamu melihat perempuan yang meyilangkan tangannya di sekitar vagina pada saat dia memakai celana jeans atau kostum lain, ini adalah secara sadar dia membuat bingkai diantara vaginanya dan berarti dia ingin membuat kamu “terangsang”. Yang juga berarti dia ingin berkata, “Ini adalah bagian tubuhku yang aku ingin kamu perhatikan dan terbuka untuk orang yang tepat!” Jadi ini adalah sinyal percaya diri yang kuat dan ingin menguasai serta amat agresif di ranjang. Buktikan!
Dasar-dasar di atas menunjukan ketertarikan dan masih ingin saling mengenal lebih dekat. Untuk yang sudah berumah tangga atau berpasangan mungkin dasar-dasar tersebut tidak terlihat jelas, tetapi kadang kala diperlihatkan oleh perempuan secara tidak sadar. Jadi bagi kamu yang ingin berkencan dasar-dasar di atas perlu kamu pelajari.
Menggigit gigit bibir bawah
Isyarat ini biasanya ditujukan pada lawan jenisnya sebagai ungkapan isyarat minat untuk bercinta dan ketertarikan hasrat bercinta dengan pria dihadapannya yang diminati.

Read more...

Kisah Nyata Seorang Dokter bersama Tiga Pasien Perempuan (Ada Apa Gerangan?)

Kehidupan kita semasa kecil dulu amat sangat berbeda dengan saat ini. Pergaulan, sumber hiburan, dan pelajaran sekolah zaman kita dulu mungkin dikatakan “sangat tertinggal” dibandingkan anak-anak zaman sekarang.
Dulu, saat kita belum pulang ke rumah sampai sore hari, orang tua kita mesti sudah mencari anaknya dengan cemas ke mana-mana. Bahkan sampai ada yang membawa sapu kecil untuk menghukum anaknya yang terlambat pulang tanpa izin. Tapi saat ini, pemandangan tersebut seakan jarang kita temui. Banyak orang tua membiarkan anak-anaknya bebas bermain di mana pun dan kapan pun tanpa aturan, dengan alasan untuk kebebasan si anak dan memperluas pergaulan anak. Pada usia dini pun, anak-anak bebas bergaul dan meraup informasi dari teman-temannya tanpa bisa memilah-milih, karena pergaulan mereka memang dengan komunitas yang sedang sama-sama — diistilahkan — “mencari jati diri”.
Bagaimana hasilnya? Informasi dari internet, gadget, dan yang lainnya ditelan mentah-mentah oleh si anak, tanpa bisa membagi “ini buruk” dan “ini baik”.
Memang sunnatullah bahwa zaman ke zaman semakin rusak, seperti yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
مَا مِنْ عَامٍ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ
“Tidak ada satu masa (yang datang), kecuali masa setelahnya itu lebih buruk darinya, sampai kalian menjumpai Rabb kalian.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2132)
Pada kesempatan ini, saya ingin menceritakan beberapa kisah nyata yang saya temui. Semoga dapat diambil faedahnya dan menjadi penyemangat kita untuk mendidik anak-anak kita dengan dipandu Al-Quran dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang tak lekang dirongrong zaman.

# Perempuan ke-1
(P: pasien, D: dokter)
Seorang pemudi usia 15 tahun datang ke klinik dengan diantar oleh seorang pemuda seusianya.
P: (dengan muka ragu-ragu) “Dok, saya terlambat datang bulan.”
D: (melihat data pasien di kertas rekam medis: usia 15 tahun) “Oh, berapa hari?”
P: “Hmm … sekitar 2 mingguan, Dok. Enggak apa-apa itu, Dok?”
D: “Coba saya periksa dulu ya.” (dokter memeriksa pasien)
Beberapa menit kemudian.
D: “Silakan duduk, Dik. Biasa itu, Dik. Masih ABG soalnya, jadi hormon menstruasi belum stabil.”
P: “Hmm … kalo tes urin bisa enggak, Dok?”
D: “Loh, kenapa tes urin? Sudah menikah, belum?”
P: “Belum sih, Dok.”
D: “Ya sudah, ndak perlu. Tes urin ‘kan buat mengetahui hamil atau tidak, kecuali kamu berbuat ‘yang enggak-enggak’. Nih resepnya, minta di depan ya!”
Pasien keluar, berbincang dengan si pemuda. Kemudian masuk lagi ke ruang praktik.
P: “Dok, saya ingin tes urin.”
D: (menghela nafas) “Ya, boleh. Silakan minta sama karyawan saya tesnya.”
Beberapa menit kemudian.
P: “Ini, Dok. Hasilnya.”
D: “Garis 1, negatif.”
P: (tersenyum) “Terima kasih, Dok.”
Si pemudi keluar, berbincang, dan tertawa bersama si pemuda yang mengantarnya. Puaskah mereka dengan hasil urin tadi? Allahu a’lam.

# Perempuan ke-2
ABG (wanita) usia 18 tahun datang berobat sendirian.
D: “Silakan duduk, Dik. Ada keluhan apa?”
P: “Hmm … saya kalau kencing kok sakit, Dok? Terus, kok kayak ada cairannya? Kayak nanah gitu.”
D: (mengernyitkan dahi) “Ada nanahnya? Keputihan juga kayak gitu?” (mencoba meyakinkan pasien)
P: “Iya, Dok. Ada nanahnya.”
D: “Yuk, saya periksa.”
Dokter memeriksa pasien dengan teliti, khususnya pada keluhan utamanya.
D: “Sudah selesai. Duduk dulu, Dik. Hmm … maaf, Dik. Apa kamu pernah berhubungan sama laki-laki sebelumnya?”
P: (dengan wajah polos) “Iya, Dok.”
D: “Kapan?”
P: “Kira-kira sepuluh hari yang lalu.”
D: “Ya Allah … kok kamu mau sih, Dik?” (geleng-geleng kepala)
P: “Terus, kata pacar saya, ‘Kamu kena sipilis itu. Cepat berobat! Saya juga kena itu kata dokter di sini.'”
D: “Loh, pacarnya di mana sih?”
P: “Di Kalimantan, diusir orang tuanya karena enggak mau kuliah.”
D: “Aduh, Dik … Dik …. Kalau pacarmu terkena penyakit itu, berarti pacarmu itu pernah berhubungan sama wanita yang lain juga. Biasanya yang kena begituan PSK loh. Terus, apa enggak takut, Dik? Itu dosa besar loh, zina! Ini saya kasih obat, nanti kontrol lagi ya. Dan ingat, jangan melakukan hal itu lagi ya.”
P: (mengangguk-angguk)
Dua bulan kemudian si ABG datang lagi dengan seragam SMU-nya.
P: “Dok, hmm … kencing saya sakit lagi.”
D: “Loh, kok bisa? Kamu melakukan ‘itu’ lagi?”
P: (mengangguk-angguk) “Dan sekarang sakit sekali, Dok.”
D: “Ya Allah … kenapa sih, Dik? ‘Kan kemarin saya sudah memperingatkan, itu penyakit berbahaya loh, nanti bisa mengakibatkan kemandulan. Mau tanggung jawab enggak tuh nanti pacarmu? Kalau memang cinta sekali, nikah aja sekarang!”
P: “Pacar saya sudah janji, nanti kalau saya sudah lulus. Orang tua saya juga sudah mengizinkan.”
D: (geleng-geleng kepala) “Lah, walaupun sudah direstui, tetap enggak boleh ‘begitu’ loh, Dik. Ini parah sekali loh infeksinya. Ya udah, ini saya obati. Tapi kalau tetap enggak ada perubahan, saya sarankan ke dokter kulit dan kelamin langsung. Ingat-ingat loh, Dik, jangan terbujuk rayuan si pacar, tapi ingat-ingat itu dosa dan bisa berdampak buruk sama kesuburan. Sama masa depan kalian berdua juga insya Allah.”
Si ABG terdiam dengan raut wajah biasa, sepertinya cintanya sama si pacar memang mengalahkan argumen bu dokter.

# Perempuan ke-3
ABG usia 18 tahun datang didampingi ibunya.
Ibu: “Dok, ini anak saya lagi kerja di Jakarta, terus pulang karena sakit. Begini, Dok. Perutnya kok kelihatan besar, ya? Terus katanya kok ada yang gerak-gerak gitu. Anaknya jadi lemas, badannya enggak enak.”
D: “Hmm … haid terakhir kapan sih, Dik?”
P: “Hmm … kapan, ya? Lupa.”
D: “Silakan naik ke tempat periksa.”
Beberapa menit kemudian setelah selesai pemeriksaan
D: “Punya pacar enggak sih, Dik?”
P: “Punya.”
Ibu: “Pacarnya juga kerja di Jakarta, Dok.”
D: “Oh … ini bayi, Bu. Yang gerak-gerak itu bayi.”
Ibu: “Ya Allah …. Bayi?”
Ibu: “Kamu hamil?” (sambil mencolek anak perempuannya. Si ibu masih kelihatan tidak percaya)
P: (diam, kelihatan bingung)
D: “Sama siapa sih, Dik? Sama pacarnya itu?”
P: (mengangguk-angguk)
P: “Ya udah, ini saya kasih vitamin aja ya. Silakan tebus di depan.”
Sambil keluar dari kamar periksa, si ibu masih terus mencolek anaknya, “Kamu hamil? Kamu hamil?”

Subhanallah … miris sekali, bukan?
Remaja tidak kenal konsep pembuahan, apalagi mengenali bahwa mereka saat itu dalam keadaan hamil. Apakah mereka juga tidak paham bahwa perbuatan yang mereka lakukan adalah dosa besar? Dosa besar! Allahul musta’an.
Ini adalah PR besar kita sebagai orang tua, sebagaimana yang diperintahkan Allah,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
Kemudian sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanyai tentang kepemimpinannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim; hadits riwayat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu)
Semoga Allah melindungi anak-anak kita dari propaganda “kebebasan” yang kebablasan. Sedari dini kita tanamkan ilmu agama yang benar sesuai petunjuk Al-Quran dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Saring dan bimbing mereka dalam menerima informasi dari berbagai media. Awasi selalu dengan siapa mereka bergaul, terutama anak-anak kita yang mulai menginjak usia remaja.
Kelak, kita akan berdiri di hadapan Allah untuk mempertanggungjawabkan didikan kita terhadap mereka.
Ya Allah, mudahkan kami pada hari hisab nanti. Bimbinglah kami dalam mendidik putra-putri kami dan mohon ampuni kami jika kami salah dalam mendidik mereka.
Semoga kelak kita dikumpulkan di surga bersama keluarga yang kita sayangi. Amin ….
**

Read more...

Cerita Sex Dewasa 18+

Saat itu, Umurku baru 19 tahun. Umur yang tak sebanding dengan pengalaman hidup yang kualami. Bayangkan, di umur sedini ini, aku sudah pernah bersetubuh dengan 3 wanita cantik. Satu orang kuanggap ..istriku.., satunya lagi bahkan ibu angkatku, dan yang terakhir dan paling seru adalah dosenku yang sekaligus sahabat terdekat Bu Siska, ibu angkatku.
Kukatakan paling seru hot karena Bu Hesti (atau Tante Hesti), dosenku itu ternyata punya libido yang lebih tinggih lagi dibanding ibu angkatku. Sejak pertama kali berhubungan badan denganku ia sudah tak malu-malu memintaku untuk melayaninya hampir tiga kali sehari. Tak mengenal tempat, Bu Hesti malah pernah dua kali memintaku menyetubuhinya di ruang dosen yang saat itu kebetulan sedang sepi. Lalu di toilet kampus ketika aku baru saja hendak menuju tempat parkir. Dan yang seingatku paling seru adalah sehari sebelum kami melakukan ..pesta bertiga…
Sesuai kesepakatan kami (lebih tepat ultimatumku pada Bu Hesti), dia hari ini akan mengatakan ide gilanya (main bertiga) pada ibu angkatku itu. Aku dimintanya menunggu di suatu tempat (hotel) di kawasan menteng dekat rumah untuk bertemu dan melihat bagaimana hasil ..loby.. Bu Hesti terhadap Bu Siska. Dengan bersemangat, aku yang sedari pagi memang terus memikirkan hal itu jadi tegang seharian.
Tak sabar rasanya ingin segera mengetahui apakah ibu angkatku itu akan setuju atau tidak dengan ide Bu Hesti. Meski tak seratus persen yakin, aku sangat berharap ibu menyetujuinya. Bayangan-bayangan vulgar dua tubuh perempuan paruhbaya yang keduanya montok dan bahenol itu tergambar jelas di benakku, bagaimana jika dua tubuh bugil itu ..tersaji.. dan menggoda gelora api birahiku.
Ah! Aku benar-benar menginginkannya segera! Ya, segera! Aku ingin memakan keduanya mentah mentah! Memasukkan kontolku di kedua memek yang sama-sama nikmat itu bergiliran, memompa keras kelaminku pada kewanitaaan mereka, mengantarkan gelora api seksual mereka ke puncak dengan teriakan sejadi-jadinya, hempasan sekeras-kerasnya, genjotan secepat-cepatnya dan hujaman sedalam-dalamnya, aaah!!!
Aku memasuki kamar hotel yang telah di booking sebelumnya oleh Bu Hesti, siang jam 12.30pm. Badanku menghempas dan telentang di kasur empuk itu. Telanjang sudah, tanpa CD dan tanpa selimut. Kubiarkan dinginnya aircon menerpa seluruh pori-pori kulitku, karena sebentar lagi, seorang perempuan -yang kurang dari empat hari ini mulai mengisi ..jadwal ngentotku.. di sela-sela aktivitas seksual keseharian dengan Bu Siska- akan datang dan kuyakin membawa berita baik tentang rencana ..2v1 Fuck.. yang kuimpikan sejak Bu Hesti mengatakannya.
….ting tong..,.. bel pintu berbunyi, aku melompat ke arah pintu dan langsung mengintip melalui lubang kecil disana. Oy oy! Perempuan paruhbaya bertubuh sintal dan bersusu montok ini datang juga rupanya. Berpakaian terusan biru motif bunga tanpa lengan, mempertontonkan ..sisa.. putihnya kulit dan kemontokan buah dada nya tak mampu sembunyi dibalik baju feminim itu.
Uuuhhhh, ia sangat tahu seleraku rupanya, terusan berkancing depan dengan dada rendah dan pinggiran berenda itu seperti memacu adrenalin kelelakianku untuk tak sabar menunggu tanganku yang membuka pintu. Dan begitu ia masuk, aku cepat menutup pintu dan dengan gerakan yang ia tak sangka-sangka, kudekap dari belakang. Langsung menyingkap gaunnya yang begitu menggoda.
Tangan kananku mendekap erat pinggangnya dari belakang, yang kiri menyingkap bawahan gaun itu dan langsung menyambar tepian celana dalamnya, kucopot dengan paksa hingga pemiliknya gelagapan seperti tak siap. Tapi begitu wajah manis mirip artis Camelia Malik itu sedikit menoleh kebelakang, aku langsung menerkam bibir sensualnya. Keciplak-nya pun jadi memicu birahi untuk segera ..memperkosa.. ibu dosen binal nan nikmat pepeknya ini!
Bu Hesti memang tak lagi sempat berkata-kata, ini kali pertama sejak affair kami, aku ..memperkosanya… Dan akhirnya, meski kelihatan sedikit meronta-ronta seakan menolak, ia pasrah juga saat kubaringkan tellentang dengan pakaian yang masih melekat tapi awut-awutan itu. Kakinya mengangkang dan menjuntai di pinggiran tempat tidur, setengah dari kancing depan dada gaun terusan itu terlepas dengan cup BH yang kutarik kebawah, menunjukkan eksistensi kemolekan buah dadanya, di pinggiran puting kiri susu itu bahkan masih tampak sisa kenyotan mulutku saat pertama ngentotin ibu dosen ini.
Kunjungi Juga CeritaSexDewasa.Org
Kuangkat keatas kakinya tinggi-tinggi, kukangkangi kiri kanan lebar, menunjukkan jelas rekahan vagina yang lebih senang aku sebut PEPEK merah itu, menggoda sekali. Dan buah zakar, pelir atau kontolku mengacung keras dan bersiap masuk menerobos pintu lunak yang rupanya telah basah itu.
….sudah basah ya, tante.. Cepat banget basahnya…. itu kata-kataku yang baru pertama keluar sejak ia memasuki pintu kamar, aku memang memanggilnya TANTE, in stead of Bu Hesti. Ia yang minta begitu utk membedakan panggilannya dengan ibu angkatku. Aku juga senang, karena menurutku, kata TANTE mengandung konotasi BINAL yang tak kalah heboh dengan NGENTOTIN IBU ! dan bukannya mengeluh atas perlakuanku, ia malah semakin gila menggesek-gesekkan kepala penisku di pintu vaginanya yang sudah ..siap coblos.. itu.
….hhhhhhhh..saaay..dari tadi juga tante basaaaaah mikirin kamu, ayyooohh aahhh, vaginaku minta dimasukin segeraa aaahh..!!!!.. jeritnya sambil mendesah-desah mengiringi tarian kepala penisku yang masih saja hanya sekedar menggelitik clitoris diatas bibir memeknya.
….kontol! Setan! Monyet! Cepat setubuhi aku! Kalau tidak, awas ya. Akan kudekap pinggangmu dengan kedua kakiku yang melingkar ini. Setan! Anak kurang ajar, kalau kau terus mengucel itilku begini, aku bisa keluar duluan…
Lengkap sudah pemandangan penuh sensasi ini, Bu Hesti -dosen akuntansi paruhbaya itu- kini seperti gadis perawan yang binal, mengemis untuk segera kusetubuhi, tak peduli terusan biru berbunga, panjang dan berenda itu masih melekat di badannya, bahkan sepatu putih berhak tinggi itu belum terlepas dari kedua kakinya. Kedua betisnya terpegang tanganku kiri kanan, pahanya otomatis membuka lebar celah pangkal dimana barang nikmat berbulu lebat itu merekah dan betul-betul siap menerima sang tamu besar nan panjang yang hampir setiap hari selama minggu ini mengunjunginya dengan teratur.
Segera saja aku menyudahi permainan kepala penisku yang menggesek dan menggelitik bibir memeknya, kupasang tepat menempel di mulut liangnya dan dengan penuh tenaga, sekali dorong kuhabiskan membenamkannya amblas hingga tak tersisa.
….Oooooouuuuuhhhhhhh!!!! Yessssss!!!! Aaaaahhhh!!!!.. jerit perempuan seusia ibuku itu dengan keras pula, seolah melepas ketidaksabarannya menanti. Penisku mentok membentur dasar liang vagina yang telah pernah empat kali dilalui jabang bayi itu. Tetap nikmat dan menjepit, senut-senut di dalam sana, aku menarik hingga kira-kira setengah…
….Uuuffff….nnggg..,.. bibir sensual Bu Hesti mengepit keras, seiring denyut vaginanya yang seakan menyedot kembali batang penisku yang hendak lanjut keluar.
….masukkan lagi saaaayyyaaangg..aaaahhhhh,.. desahnya saat aku menunggu sejenak sambil memandangi tubuh bongsor dosen akuntansi ini. Tanganku meraih buah dada yang sedari tadi ..menganggur.. di sela belahan depan gaunnya yang terkoyak.
….remeeesss..susu tanteeee…Buuudddiiihhh ooohhhh,..
….tante belum cerita bagaimana hasil ngomong dengan ibu..,.. aku berkata sambil menghentikan gerakan turun naik di atas pangkal pahanya, membuat Bu Hesti cukup senewen.Cerita Sex Terbaru
….ayo goy ang dulu saay..nanti tante ceritaiiinn..uuufff tanggungg niiiihh,.. ia mencoba menggoyang pinggulnya kesamping. Mungkin berharap aku akan terpengaruh dan lanjut menggenjot atas bawah. Tapi kudiamkan saja, sengaja kupermainkan kenikmatan yang dialaminya.
….ooouuhhh, jahaaatt kamuuuhhh,.. ia menampar dadaku pelan, menunjukkan kekesalannya karena tak mampu menaikkan pinggulnya untuk memasukkan penisku yang hanya menancap sampai kepala. Tentu Bu Hesti tak mampu, tubuhnya terlalu berat untuk mengangkat dengan posisi begitu.
….OK, sayang! Huuuh..Tante mau cerita, tapi please, goyang dooong, Tante ngga tahan kalau kamu diam begitu,..
….deal! Akan saya goyang perlahan dan tante cerita…, hmmmm..sssshh,..
….ibumu mauuu saaayyy….hhhhhh yesss..ooouuuhhhhh,..
….ooohh yaaahhh.. Apaaah katanyaaah….
….diaa bilaaangg kamuuuhh pastiiihh sangguuupp…,..
….ngga risiih…. aku bertanya
….ooouuhhh..ssshhh risiiih jugaaahhh..,..
….nah trus…. aku berhenti sejenak sampai ia merengek minta diteruskan.
….hhhhh…makanyaaahhh bertahaaapp..ooouuhh goyang saaayyy ooouuff,..
….bertahap gimana…. aku diam lagi
….hhhh..jangan berhenti ddoooong, ssshhh maksuudnyaahh kalian main duluan, nantiih tante bergabung setelah kalian main setengah ronde, biar ngga cangguuungg…hhhhh yaaah ooh yaaahhh ooohhh yaaahhh,..
….maksudnya hhhh tante gabung belakangan gituuuhhh …. aaahhh……
….iyaaahh saayyy..tunggu kalian setengah ronde permainan dan tante datang langsung gabuuungg…sssshhhh,..
….kenaaapaaah..nggaa seekaaaliiiaan ajaahh langsuuung gituuhh….
kupercepat genjotan akibat membayangkan bagaimana nanti aku bermain dengan dua wanita paruhbaya yang jelita ini.
….tantee siiih mauuhh ajaaahh..taaapiii kaan iiibumuu yang mintaa, oouuhhh genjoot lebih keras lagiiihhh buuudd…ooohhh..yesss..tante ntarrr lagiiihh niihhh,.. ujar Bu Hesti terengah-engah mencoba mengimbangi hempasan di pangkal pahanya.
Sebentar lagi ia rupanya akan orgasme. Aku sudah hapal benar ..tingkah.. dan ..kebiasaan.. perempuan paruhbaya dan kelaminnya saat mereka menjelang orgasme. Kucoba mengatur permainanku agar ia lebih lama lagi. Aku memperlambat gerakan dan menjulurkan lenganku kebalik punggungnya, langsung memeluk dan mencium, dengan mesra.
….jangan keluar dulu tante, Budi mau tante lebih lama karena hari ini tante kelihatan cantik sekali,.. aku mencoba merayu untuk mengalihkan perhatiannya.
….ouuuufff….ooohhh..kamuuhh bilang..tantee cantiiikk.. Hhhh…aaaauuuhhh..cantik mana sama oouuhhh ibuu kamuuu uuuuhhhh.. Hooohhhh..ssshhhhh,..
….sama-sama cantik, tante sayang…., saya suka sekali penampilan dan tingkah genit tante seperti ini,..
….bisaa ajaaah kamuuuhh saaayy..oouuhhh nikmatnyaah goyangan kamuuuuhhh..tante bisa gilaa kalau nggak main sehari aja sama kamu..oooouuhhh..yesss..yesss..yesss,..
Cerita Sex Gairah Ibu Siska Ibu Angkatku Aku berhasil juga membuatnya bertahan lebih lama, dengan gaya yang romantis itu tadi, yang tentu saja mengalihkan perhatian dan membuat ia GR dengan pujian-pujianku. Saat ini aku memang ingin kami mencapai klimaks bersama-sama, oleh sebab itulah saat penisku merasakan gejala klimaks di dinding vagina Bu Hesti, aku langsung berhenti bergoyang. Hasilnya, sudah 30 menit permainan, ia belum keluar juga, aku pun berusaha untuk mencapai klimaks yang segera. Setiap gesekan dinding penisku dan vaginanya, sangat kuresapi sehingga beberapa saat setelah kira-kira 45 menit persetubuhan itu berjalan aku mulai merasakannya.
….oooouuuhhh..tanteeeeehhh…keluar sama-sama yuuukk say…,..
….uuuuhhh..yesss..ayo sayaaaangg..tanteeeh juga sudaaah nggaaaa sangguuup lagiiiiihh oouuuhhhh…ooohhh..yessss..yesss..yesss..yesss…aaaa u uuhhh….nikmaaatnyaaaahhh oou uuhhhh….hhhhh….budiiiihhhh..buuuuudiii..budiiii..b udiii..yesss!!! yes!!! Tekan sayang, tekan sayaaaang..,.. desahannya berubah jeritan, aku juga semakin mempercepat naik turun, kini menghempas keras pinggang kami.
….Yes tante! Tante! Tante! Tante! Ooouuuhhhh…..goyang sayang oouuhh!!!..
….Peeeluukkk tanteeehhh aaaoouuuhhh..sayaaang peluk tante, peluk tante oouuhhhh!!..
Akhirnya ia melepas juga, menyembur didalam sana, dari lubuk rahimnya keluar cairan hangat menerpa kepala penisku.
….oooouuuhhh..yeeess..tante, tanteeeeeee oooooohhhhhhh!!!!.. aku melepas juga beberapa detik setelah Bu Hesti orgasme. 1,2,3,4,6,7,9,12,,15kali semburan spermaku di dalam liang vaginanya. Penuh! Sampai menyembur beberapa tetes keluar dari kemaluan Bu Hesti.
Lama kami saling mendekap erat sekali, aku menindih sambil memeluk kuat tubuh bagian atasnya, benar-benar lezat tubuh dosenku ini, kedua payudaranya tergencet dadaku. Bibirnya kubekap dengan bibirku, kusedot lidah Bu Hesti, kutelan liurnya hampir tak bersisa. Bu Hesti juga dengan antusias menyedot lidahku. Luar biasa permainan ini!Cerita Sex Terbaru
….mmmmhhhh….nikmatnya saaay….tante puas sekali..,..
….saya juga tante, tante tadi hebat!.. pujiku
….hebat gimana say….
….bisa lama begitu, saya puas sekali,..
….Ah, itu karena kamu yang ngajari tante. Mulanya sejak tadi tante sudah hampir sampai tapi karena kamu ajak ngobrol jadi tante bisa bertahan lama,..
….pokoknya tante luar biasa, nanti kalau main bertiga tante juga harus mengatur biar bisa lama seperti tadi,..
….akan tante coba, tapi biasanya tante ngga bisa kontrol, kalau sudah terasa geli sedikit aja, pasti tante langsung genjot trus keluar deh..,.. akunya polos.
Kucium pipinya dengan mesra, tante membalas sampai beberapa menit setelah itu ia minta istirahat dulu karena seharian tadi ia sudah ..kerja keras.. merayu Bu Siska supaya mau main bertiga.
Kubiarkan ia tertidur disamping aku yang melamun membayangkan bagaimana rasanya besok kami (aku, Bu Siska dan Bu Hesti) akan menikmati dua hari di Villa puncak, main bertiga untuk yang pertama kalinya. Kubayangkan bagaimana aku akan melayani dan dilayani dua perempuan cantik paruhbaya bertubuh montok ini. Satu adalah ibu angkatku yang selama ini menjadi partner seks tetap dan satunya lagi adalah dosen akuntansiku di kampus.
Bu Siska punya buah dada besar, bisa untuk menjepit penisku. Memeknya berbulu lebat sekali, aku hobi menjilatnya, mainnya kreatif dan punya banyak ide untuk membuat aku selalu merasa berbeda dari waktu ke waktu. Bu Hesti punya wajah menggairahkan, membuat setiap orang yang memandangnya jadi nafsuan, susunya tak sebesar milik ibu, tapi aku suka bentuknya yang agak panjang seperti pepaya, walaupun sudah sedikit turun karena usia dan empat orang anak yang menetekinya dulu.
Yang paling kusuka dari Bu Hesti adalah memeknya yang masih terasa sempit, walaupun tidak se-..empot-empot.. memek ibu angkatku, memek Bu Hesti terasa lebih mencengkeram. Mungkin karena aku baru memakainya beberapa kali saja dibanding memek Bu Siska yang hampir tiap hari dan tiap jam aku jejali dengan penis perkasa ini.
Gara-gara keasikan melamunkan bayangan vulgar itu, aku jadi tegang lagi. Sejam saja sejak orgasme tadi, aku kembali meminta jatah dari Bu Hesti. Malah kali ini kubiarkan ia terlelap dan dengan hati-hati kumiringkan badannya dan menekuk satu kakinya kedepan. Dengan hati-hati setelah menempatkan diri berjongkok di belakang pantatnya yang semok itu, aku menempelkan kemaluanku tepat dibibir vaginanya yang masih saja basah akibat tumpahan cairan kelamin kami tadi. Blesss!!! Sekali dorong, langsung tertembus. Pemiliknya kaget dan terbangun, menemukan dirinya sedang dientot lagi.
….oooouuhhh….saaayyy…kamu jahaaaaatttt..aaaaaaaaahhhh..,.. meski begitu ia menikmati juga.
Akhirnya permainan itu berlangsung juga, kubawa ia terbang melayang berkali-kali sampai setelah itu aku melepas untuk yang keduakali hari ini dalam vaginanya. Ah..Bu Hesti, Bu Hesti…Nikmatnya memekmu!!!
Sampai di rumah malam itu, aku langsung masuk kamar. Dan betapa aku terkejut melihat pemandangan di dalam sana. Di tempat tidurku sudah berbaring seorang perempuan paruh baya, mengenakan daster tipis, baju tidur transparan dari bahan sutra putih lembut yang cukup memberikan gambaran bentuk tubuh sintal nan aduhai.
Wajahnya menyunggingkan senyum yang lebih berarti ajakan bagiku untuk segera ..menyantap.. hidangan itu mentah-mentah! Huh, ibu rupanya juga menginginkan itu, sehingga tanpa permisi padaku, begitu aku duduk di pinggiran tempat tidur dan akan menciumnya ia menyambut dengan antusias. Tangannya langsung dengan cekatan mencomot satu-persatu pelapis tubuhku.
….kamu jahat membiarkan ibu menunggu dari sore tadi…., besok kita akan ke puncak. Bu Hesti tentu sudah memberitahukan itu,.. lembut dan datar sekali suaranya, menunjukkan betapa ia seorang ibu yang matang fisik dan mental.
….apa itu Bu….
….nakal kamu, pura-pura tidak tahu,.. lanjutnya setelah berhasil melepas semua pakaianku
….Baru saja kamu pasti sudah melayani Bu Hesti, sekarang apa masih ada sisa untuk ibu….
….haaah…. aku terkejut ternyata ibu tahu itu. Tapi belum lagi aku habis berpikir bagaimana ia sampai mengetahuinya, ibu sudah menindih, dengan sedikit mengangkat gaun tipis itu ia langsung menempatkan diri diatas pinggangku yang kini terbaring dengan penis yang secepat itu pula tegang mengeras.
….ayoooh say, ibu sudah basaah dari tadi, ngga tahan mbayangin kamu terus, oouuh,..
….ssshhhh..oouuhh ibuuuuuhhh enaaaakhhhh,.. desahku meluncur begitu ia menurunkan pantatnya dan membalut penis tegangku kedalam celah liang vaginanya. Langsung menggoyang naik turun, pelan, pelan, dipercepat, agak cepat dan semakin cepat sehingga kini keciplaknya mulai terdengar keras.
Plak! Plak! Plak! Bunyi kemaluan kami yang bertaut dan mulai becek disekitarnya akibat cairan ibu yang ternyata memang sudah banyak sekali. Nafsunya sudah sangat tak tertahan rupanya, sehingga sekejap saja ia sudah ..basah.. seperti itu.
….Oooohhhhh!!! Ooohhh..ooooohhhh..ooohhh..aaahhh..oooohhh,.. jeritnya keras sambil menjambak-jambak sendiri rambutnya yang lepas tergerai. Kubelai buah dada besar ibu yang sudah lama menjadi ..hak-ku.. itu.
….oooohhh yyeeeeessshhhh yaaang kerassshhh remeeeeshhh susu ibuuu!!!.. teriaknya lagi.
Tak tahan dengan sensasi nikmat ibu angkatku ini, aku jadi ikut-ikutan bernafsu. Kubanting tubuhnya, giliran aku yang diatas memompa naik turun. Padahal gaun tidur sutra itu masih melekat dan kini melingkari pinggangnya. Bagian dadanya melorot kebawah dan roknya terangkat keatas pinggang. Sebuah pemandangan yang justru membuat nafsu semakin terpanggang birahi. Aku menghempas sejadi-jadinya, menggenjot sekeras-kerasnya dan menusuk sedalam-dalamnya. Mulutku seringkali menunduk dan langsung meraih puting buah dadanya, menyedot menarik-nariknya dengan gemas.
Ibu tak mau pasif saja, sejurus kemudian ia membalikkan posisi. Aku kembali berada dibawah, ia berputar menghadap ke arah kakiku, sambil terus saja mengocok vaginanya dengan penisku turun naik. Bongkahan pantatnya yang semok besar kuremas-remas, ketika terangkat ke atas ia menunjukkan betapa kemaluanku yang tegak dan keras itu menyangga celah bibir vaginanya. Saat turun menghempas keras, ia menimbulkan keciplak seperti suara tepuk tangan. Benar-benar pemandangan yang sensasional dan memabukkan.
….Say, hhhooooohhhhh ibuuuhh nggggaaaa taaaahaaannnn..mooo keeeluar aaauhhh!!!..Cerita Sex Terbaru
….yyaaahhh buuuhhh ayoooohhh keluarin…hhhh, tapiiii hhhheehhh baliikk duluh.. pintaku sambil terengah-engah.
Sejenak kemudian ia melepas pertautan vagina dan penis itu. Lalu berbaring telentang disampingku. Kakinya diangkat tinggi keatas dengan paha yang membuka lebar, menunjukkan belahan bibir vagina yang merah merekah dengan bulu lebat itu. Benar-benar sensasional! Vagina itu kini menganga lebar menunggu penisku untuk ..menuntaskannya.. dengan segera.
….ah..ibu…,.. aku sampai berguman mengagumi pemandangan yang terhidang begitu sempurna dihadapanku sekarang.
….kenapa saaaay…. rajuknya manja.
….vagina ibu bagus sekali…,.. dengan jujur kukatakan.
….ah kamu bisa aja, ayo say..ibu ngga tahan niih..,.. pintanya sekali lagi. Aku yang kemudian tak tahan juga. Secepatnya kutempatkan pinggangku diantara pahanya, menempelkan penisku di bibir merah vaginanya, meraih kedua susu besar ibu dengan kedua tanganku dan langsung menggenjot keras dan cepat sekali.
….Ooooooouuuuuhhhhh…aaaaaahhhh..ahhhh..ahhh..ahhhh ..ah hh..yesss!!!!.. jeritan khas Bu Siska setiap kali ia akan menjelang orgasme.
Aku bergerak tanpa jeda, terus menggenjot naik turun sambil meremas dan berpegang pada buah dada besar itu.
….mmmmmmm……mmmmm..mmmmhhhhhhhh..oooooohhhh..iiibuu uuh h keluaar rrrrrrrrr….ooooooooooooouuuuhhhhhhhhhh yesss yesss yesss…haaaaaaaaahhhhh,.. jerit panjang itu mengantarnya sampai di ujung kenikmatan.
….Yaaahhhh..buuuuhhh ayooohhh keluariiinnn semuaaahhh ooohhh meeemeeek ibuuuuhh enakkkk ooouuhhh..sshhhh…jepiitttt buuuuhhh ooouuhhhhh,.. aku ikut berteriak merasakan jepitan vagina ibu yang semakin keras saat-saaat ia terasa melepas di dalam sana. Duh, nikmatnya memek ibu angkatku ini.
Beberapa saat tubuhnya mengeras, pahanya mengapit tubuhku dengan kuat. Ia melepas dengan begitu nikmat. Aku menunduk memberikan ciuman mesra setelah ia sedikit melemas menuntaskan puncak orgasmenya.
….jangan lupa, bu. Saya belum….,.. bisikku pelan sambil mengecup belakang telinganya, berusaha membuat ibu bangkit lagi.
….yaaa..sayang, goyang aja yang pelan..ibu masih sanggup, tapi yang pelan aja ya….
….baik bu,.. aku mulai menggoyang lagi. Dengan pelan seperti permintaannya. Dengan mesra seperti yang lebih aku suka.
….I love you, Bu..,.. bisikku sambil terus menggoyang naik turun diatas tubuhnya. Matanya yang sedari orgasme tadi terpejam, membuka dan menatapku seperti tak percaya.
….ibu juga sayang kamu….oouuuhhhh…nikmatnyaaahhhh,.. ibu langsung memelukku erat. Membelai lembut punggungku. Aku meneruskan goyangan pinggul naik turun diatas pangkal pahanya dengan pelan dan mesra.
Bibir kami bertaut, saling melumat didalam sana, lidahku dan lidah ibu seperti berebut membelai dinding-dinding dalam rongga mulut kami.
Pahanya mulai menjepit, mengapit pinggangku yang terus bergoyang. Bu Siska rupanya telah bangkit lagi dengan permainan lidahku di permukaan buah dadanya. Bibirnyapun mulai menggumam lagi, nafasnya turun naik.
Kupercepat goyangan dari atas, ..ooooouuhhh…sayaaang..,.. desahnya,
Ibu mulai berusaha mengimbangi goyanganku, pinggulnya dibuat meliuk seperti menuntun alur kemaluanku dalam liang vaginanya.
….ssshhhhh….ibuuuu diatas say..,..
Kami berbalik posisi. Ibu sekarang menindih, berat juga karena ukuran tubuhnya yang montok besar itu. Tapi kenikmatan liang vaginanya yang terus membalut lembut penisku membuat aku tak merasakan beban tubuhnya. Ia kini asik bergoyang, pelan awalnya dan bertahap dipercepat.
Kali ini aku tak mau berlama-lama lagi, bersamaan saat ibu menyodorkan buah dadanya ke mulutku, pahanya seperti mengepit memberikan tanda bahwa ia sudah menjelang orgasme lagi. Memang sudah tigapuluh menit sejak orgasmenya yang pertama tadi.
….ibuuuhhh mau keluar….
….iyaahhh saaayaaangg..hhhh seeebenntaaar lagiiiihhh rasanyaaahhh..,..
….samaaahh—samaaahhh buuuhhhh..saya jugaaah,..
….ayoooohh saaayyy sekaraaanggg..hhh..hhhh..hhhh..ooouuhhhh…,..
ibu mempercepat genjotannya. Aku mempererat pelukanku, kami berciuman mesra, dengan kuat dan sepenuh hati. Sampai kemudian..
….aaaaaaaaaaaaaaaaaauuuuuuuuhhhhhhhh..ssshhhh..ooo ooo hhhhhhhhh..ibuuuu keeelu aaaarrrrrr…buuuuddiiiiihhh…iiiyeeesss…ooouuhhhh h yeeeeessss..ooohhh yeessss,.. jeritnya panjang sembari menjepit keras.
Beberapa detik kemudian aku menyusul..
Baca Juga Cerita Seks Nyokap Sahabatku
….Ooooooooooohhhhhh..buuuuuuuhhhh….aaahhhhhhhh..ye sss yess yesss yesss oouh yess ouh yesss ouhhh yesssss….!!!!.. aku melepas puas.
Untuk kesekian kalinya pada hari ini kutumpahkan spermaku dalam liang vagina perempuan paruh baya ini. Puas sudah rasanya menikmati sari tubuh Bu Siska yang kini terkapar disebelahku.
….Bu…,.. aku memanggilnya setengah berbisik.
….iya sayang.. sahut bu Siska mesra sambil mengecup.
….ibu ingat nggak kalo besok pagi kita ngapain di puncak…,.. aku ragu melanjutkannya.
….ingat dong, say…emang kenapa.. Ada perubahan….
….engga sih, Cuma Budi koq canggung ngomongnya…,..
….malu.. Masa sih kamu malu say….
….ibu sendiri gimana….
….eeemmmm…gimana yaaah..asik juga, malah ibu nggak sabaran rasanya…hehehe jadi malu…,.. ibu menutup wajahnya dengan bantal. Aku geli juga membayangkan kejadian besok. Benar juga kata ibu. Pastilah sangat mengasikkkan. Ah aku tak sabar lagi !!!

Read more...

Aku dan Dia, Ngentot Dengan Pembantu Seperti Layaknya Pasutri

Aku dan Dia, Ngentot Dengan Pembantu Seperti Layaknya Pasangan Suami Istri
Aku dan Dia, Ngentot Dengan Pembantu Seperti Layaknya Pasangan Suami Istri

Aku dan Dia, Ngentot Dengan Pembantu Seperti Layaknya Pasutri

Hari ini seperti biasa aku perhatikan istriku sedang bersiap untuk berangkat kerja, sementara aku masih berbaring. Istriku memang harus selalu berangkat pagi, tidak seperti pekerjaanku yang tidak mengharuskan berangkat pagi. Tidak lama kemudian aku perhatikan dia berkata sesuatu, pamitan, dan perlahan meninggalkan rumah.
Sementara aku bersiap kembali untuk tidur, kembali kudengar suara orang mendekat ke arah pintu kamar. Tetapi langsung aku teringat pasti pembantu rumah tangga kami, Lia, yang memang mendapat perintah dari istriku untuk bersih-bersih rumah sepagi mungkin, sebelum mengerjakan yang lain.
Lia ini baru berumur 17 tahun, dengan tinggi badan yang termasuk pendek namun bentuk tubuhnya sintal. Aku hanya perhatikan hal tersebut selama ini, dan tidak pernah berfikir macam-macam sebelumnya. Tidak berapa lama dari suara langkah yang kudengar tadi, Lia pun mulai tampak di pintu masuk, setelah mengetuk dan meminta izin sebentar, ia pun masuk sambil membawa sapu tanpa menunggu izin dariku. Baru pagi ini aku perhatikan pembantuku ini, not bad at all.
Karena aku selalu tidur hanya dengan bercelana dalam, maka aku pikir akan ganggu dia. Dengan masih pura-pura tidur, aku menggeliat ke samping hingga selimutku pun tersingkap. Sehingga bagian bawahku sudah tidak tertutup apapun, sementara karena bangun tidur dan belum sempat ke WC, kemaluanku sudah mengeras sejak tadi. Dengan sedikit mengintip, Lia berkali-kali melirik kearah celana dalamku, yang didalamnya terdapat ‘Mr. Penny’ku yang sudah membesar dan mengeras. Namun aku perhatikan dia masih terus mengerjakan pekerjaannya sambil tidak menunjukkan perasaannya.
Setelah itu dia selesai dengan pekerjaannya dan keluar dari kamar tidur. Akupun bangun ke kamar mandi untuk buang air kecil. Seperti biasa aku lepas celana dalamku dan kupakai handuk lalu keluar mencari sesuatu untuk minum. Kulihat Lia masih meneruskan pekerjaannya di ruang lain, aku rebahkan diriku di sofa depan TV ruang keluarga kami. Sejenak terlintas untuk membuat Lia lebih dalam menguasai ‘pelajarannya’. Lalu aku berfikir, kira-kira topik apa yang akan aku pakai, karena selama ini aku jarang sekali bicara dengan dia.
Sambil aku perhatikan Lia yang sedang sibuk, aku mengingat-ingat yang pernah istriku katakan soal dia. Akhirnya aku ingat bahwa dia memiliki masalah bau badan. Dengan tersenyum gembira aku panggil dia dan kuminta untuk berhenti melakukan aktivitasnya sebentar.
Lia pun mendekat dan mengambil posisi duduk di bawah. Duduknya sangat sopan, jadi tidak satupun celah untuk melihat ‘perangkatnya’. Aku mulai saja pembicaraanku dengannya, dengan menanyakan apakah benar dia mempunyai masalah BB. Dengan alasan tamu dan relasiku akan banyak yang datang aku memintannya untuk lebih perhatian dengan masalahnya.
Dia hanya mengiyakan permintaanku, dan mulai berani mengatakan satu dua hal. Semakin baik pikirku. Masih dengan topik yang sama, akupun mengajaknya ngobrol sejenak, dan mendapat respon yang baik. Sementara dudukku dengan sengaja aku buat seolah tanpa sengaja, sehingga ‘Mr. Penny’ku yang hanya tertutup handuk akan terlihat sepenuhnya oleh Lia.
Aku perhatikan matanya berkali-kali melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku, yang secara tidak sengaja mulai bangun. Lalu aku tanyakan apa boleh mencium BB-nya, sebuah pertanyaan yang cukup mengagetkannya, selain karena pertanyaan itu cukup berani, juga karena matanya yang sedang melirik ke ‘anu’ ku. Untuk menutupi rasa malunya, diapun hanya mengangguk membolehkan.
Aku minta dia untuk mendekat, dan dari jarak sekian centimeter, aku mencoba mencium BBnya. Akalku mulai berjalan, aku katakan tidak begitu jelas, maka dengan alasan pasti sumbernya dari ketiaknya, maka aku minta dia untuk menunjukkan ketiaknya. Sejenak dia terdiam, mungkin dipikirnya, apakah ini harus atau tidak. Aku kembali menyadarkannya dengan memintanya kembali memperlihatkan ketiaknya.
Melihat tatapannya aku mengerti bahwa dia tidak tahu apa yang harus dikerjakannya untuk memenuhi permintaanku. Maka aku dengan cepat menuntunnya agar dia tidak bingung akan apa yang harus dilakukan. Dan aku katakan, naikkan saja baju kaosnya sehingga aku dapat memeriksa ketiaknya, dan aku katakan jangan malu, toh tidak ada siapapun di rumah.
Perlahan diangkatnya baju kaosnya dan akupun bersorak gembira. Perlahan kulit putih mulusnya mulai terlihat, dan lalu dadanya yang cukup besar tertutup BH sempit pun mulai terlihat. ‘Mr. Penny’ku langsung membesar dan mengeras penuh.
Setelah ketiaknya terlihat, akupun memberi perhatian, kudekatkan hidungku terlihat bulu ketiaknya cukup lebat. Setelah dekat aku hirup udara sekitar ketiak, baunya sangat merangsang, dan akupun semakin mendekatkan hidungku sehingga menyentuh bulu ketiaknya. Sedikit kaget, dia menjauh dan menurunkan bajunya. Lalu aku katakan bahwa dia harus memotong bulu ketiaknya jika ingin BBnya hilang.
Dia mengangguk dan berjanji akan mencukurnya. Sejenak aku perhatikan wajahnya yang tampak beda, merah padam. Aku heran kenapa, setelah aku perhatikan seksama, matanya sesekali melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku. Ya ampun, handukku tersingkap dan ‘Mr. Penny’ku yang membesar dan memanjang, terpampang jelas di depan matanya. Pasti tersingkap sewaktu dia kaget tadi.
Lalu kuminta Lia kembali mendekat, dan aku katakan bahwa ini wajar terjadi, karena aku sedang berdekatan dengan perempuan, apalagi sedang melihat yang berada di dalam bajunya. Dengan malu dia tertunduk. Lalu aku lanjutkan, entah pikiran dari mana, tiba-tiba aku memuji badannya, aku katakan bahwa badannya bagus dan putih.
Aku juga mengatakan bahwa bibirnya bagus. Entah keberanian dari mana, aku bangun sambil memegang tangannya, dan memintanya berdiri berhadapan. Sejenak kami berpandangan, dan aku mulai mendekatkan bibirku pada bibirnya. Kami berciuman cukup lama dan sangat merangsang. Aku perhatikan dia begitu bernafsu, mungkin sudah sejak tadi pagi dia terangsang.
Tanganku yang sudah sejak tadi berada di dadanya, kuarahkan menuju tangannya, dan menariknya menuju sofa. Kutidurkan Lia dan menindihnya dari pinggul ke bawah, sementara tanganku berusaha membuka bajunya. Beberapa saat nampaknya kesadaran Lia bangkit dan melakukan perlawanan, sehingga kuhentikan sambil membuka bajunya, dan aku kembali mencium bibirnya hingga lama sekali. Begitu Lia sudah kembali mendesah, perlahan tangan yang sejak tadi kugunakan untuk meremas dadanya, kuarahkan ke belakang untuk membuka kaitan BHnya. Hingga terpampanglah buah dadanya yang berukuran cukup besar dengan puting besar coklat muda.
Lumatan mulutku pada buah dadanya membuatnya sudah benar-benar terangsang, sehingga dengan mudah tanganku menuju ke arah ‘Veggy’nya yang masih bercelana dalam, sedang tanganku yang satunya membawa tangannya untuk memegang ‘Mr. Penny’ku. Secara otomatis tangannya meremas dan mulai naik turun pada ‘Mr. Penny’ku.
Sementara aku sibuk menaikkan roknya hingga celana dalamnya terlihat seluruhnya. Dan dengan menyibakkan celana dalamnya, ‘Veggy’nya yang basah dan sempit itupun sudah menjadi mainan bagi jari-jariku. Namun tidak berapa lama, kurasakan pahanya menjepit tanganku, dan tangannya memegang tanganku agar tidak bergerak dan tidak meninggalkan ‘Veggy’nya. Kusadari Lia mengalami orgasme yang pertama
Setelah mereda, kupeluk erat badannya dan berusaha tetap merangsangnya, dan benar saja, bebrapa saat kemudian, nampak dirinya sudah kembali bergairah, hanya saja kali ini lebih berani. Lia membuka celana dalamnya sendiri, lalu berusaha mencari dan memegang ‘Mr. Penny’ku. Sementara secara bergantian bibir dan buah dadanya aku kulum.
Dan dengan tanganku, ‘Veggy’nya kuelus-elus lagi mulai dari bulu-bulu halusnya, bibir ‘Veggy’nya, hingga ke dalam, dan daerah sekitar lubang pantatnya. Sensasinya pasti sungguh besar, sehingga tanpa sadar Lia menggelinjang-gelinjang keras. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, bibirku pindah menuju bibirnya, sementara ‘Mr. Penny’ku ku dekatkan ke bibir ‘Veggy’nya, ku elus-elus sebentar, lalu aku mulai selipkan pada bibir ‘Veggy’ pembantuku ini.
Sudah seperti layaknya suami dan istri, kami seakan lupa dengan segalanya, Lia bahkan mengerang minta ‘Mr. Penny’ku segera masuk. Karena basahnya ‘Veggy’ Lia, dengan mudah ‘Mr. Penny’ku masuk sedikit demi sedikit. Sebagai wanita yang baru pertama kali berhubungan badan, terasa sekali otot ‘Veggy’ Lia menegang dan mempersulit ‘Mr. Penny’ku untuk masuk.
Dengan membuka pahanya lebih lebar dan mendiamkan sejenak ‘Mr. Penny’ku, terasa Lia agak rileks. Ketika itu, aku mulai memaju mundurkan ‘Mr. Penny’ku walau hanya bagian kepalanya saja. Namun sedikit demi sedikit ‘Mr. Penny’ku masuk dan akhirnya seluruh batangku masuk ke dalam ‘Veggy’nya. Setelah aku diamkan sejenak, aku mulai bergerak keluar dan masuk, d`n sempat kulihat cairan berwarna merah muda, tanda keperawanannya telah kudapatkan.
Erangan nikmat kami berdua, terdengar sangat romantis saat itu. Lia belajar sangat cepat, dan ‘Veggy’nya terasa meremas-remas ‘Mr. Penny’ku dengan sangat lembut. Hingga belasan menit kami bersetubuh dengan gaya yang sama, karena ku pikir nanti saja mengajarkannya gaya lain. ‘Mr. Penny’ku sudan berdenyut-denyut tanda tak lama lagi aku akan ejakulasi. Aku tanyakan pada Lia, apakah dia juga sudah hampir orgasme.
Lia mengangguk pelan sambil terrsenyum. Dengan aba-aba dari ku, aku mengajaknya untuk orgasme bersama. Lia semakin keras mengelinjang, hingga akhinya aku katakan kita keluar sama-sama. Beberapa saat kemudian aku rasakan air maniku muncrat dengan derasnya didalam ‘Veggy’nya yang juga menegang karena orgasme. Lia memeluk badanku dengan erat, lupa bahwa aku adalah majikannya, dan akupun melupakan bahwa Lia adalah pembantuku, aku memeluk dan menciumnya dengan erat.
Dengan muka sedikit malu, Lia tetap tertidur disampingku di sofa tersebut. Kuperhatikan dengan lega tidak ada penyesalan di wajahnya, tetapi kulihat kepuasan. Aku katakan padanya bahwa permainannya sungguh hebat, dan mengajaknya untuk mengulang jika dia mau, dan dijawab dengan anggukkan kecil dan senyum. Sejak saat itu, kami sering melakukan jika istriku sedang tidak ada. Di kamar tidurku, kamar tidurnya, kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dapur, garasi, bahkan dalam mobil.
Lia ikut bersama kami hingga tahunan, sampai suatu saat dia dipanggil oleh orang tuanya untuk dikawinkan. Ia dan aku saling melepas dengan berat hati. Namun sekali waktu Lia datang kerumahku untuk khusus bertemu denganku, setelah sebelumnya menelponku untuk janjian.
Anak satu-satunyapun menurutnya adalah anakku, karena suaminya mandul. Tapi tidak ada yang pernah tahu.

Read more...

Menikmati Kemolekan Tubuh Mbak Eva, Seorang Janda Gersang Seksi


Menikmati Kemolekan Tubuh Mbak Eva, Seorang Janda Gersang Seksi
Menikmati Kemolekan Tubuh Mbak Eva, Seorang Janda Gersang Seksi

Kemolekan Tubuh Mbak Eva, Seorang Janda Gersang Seksi

Sebelumnya saya perkenalkan diri terlebih dahulu, nama saya Panji (samaran), usia saya saat ini adalah 37 tahun. Kejadian ini adalah kisah nyata hidup saya yang terjadi 10 tahun yang lalu, jadi saat itu usia saya baru sekitar 27 tahun.
Sebelum saya ceritakan pengalaman saya dengan Mbak Eva sang janda gersang, perlu saya sampaikan juga bahwa (mungkin) saya mengidap suatu kelainan (meskipun mungkin kadarnya masih sangat ringan), yaitu saya lebih tertarik dengan wanita yang usianya sebaya dengan saya ataupun lebih tua, meskipun saya tidak terlalu menolak dengan wanita yang usianya dibawah saya.
Hampir semua (tapi tidak 100 persen), pacar-pacar saya ataupun teman-teman kencan saya biasanya memiliki usia sebaya ataupun lebih tua. Tetapi istri saya saat ini memang lebih muda dari saya 5 tahun.
Saya menyenangi wanita yang lebih tua, karena saya merasa kalau bermain cinta dengan mereka, saya merasakan ada sensasi tersendiri. Terlebih kalau teman kencan saya seorang janda gersang, saya akan semakin menikmati permainan-permainannya dengan baik. Saya mempunyai seorang tetangga, sekaligus kawan bermain, tetapi usianya 3 tahun dibawah saya, sebut saja namanya Steven (tentunya juga nama samaran).
Saya berkawan dan bersahabat dengan dia sudah sejak kecil. Hubungan saya dengan Steven sudah seperti kakak beradik. Kami saling bermain, saya ke rumahnya ataupun dia yang ke rumahku. Makan dan terkadang tidur pun kami sering bersama. Steven ini anak tertua dari 4 bersaudara. Ayahnya meninggal dunia ketika dia berumur 15 tahun.
Steven ini mempunyai ibu, namanya Eva. Meskipun Mbak Eva ini ibu dari teman dekat saya, tetapi saya memanggilnya tetap dengan panggilan mbak, bukan tante (saya tidak tahu kenapa memanggilnya mbak, mungkin saya ikut-ikutan ibu saya). Karena saya sudah terbiasa bergaul dengan keluarga Mbak Eva, maka Mbak Eva menganggap saya sudah seperti anaknya sendiri. Sehingga Mbak Eva tidak merasa malu untuk bertingkah wajar di hadapanku, terutama sekali dia sudah terbiasa berpakaian minim, meskipun saya ada di depannya.
Apabila selesai mandi, dan keluar dari kamar mandi, Mbak Eva tanpa malu-malu jalan di hadapan saya hanya dengan melilitkan handuk di tubuhnya. Sehingga dengan jelas sekali terlihat kemolekan tubuhnya. Warna kulitnya yang kuning bersih, dengan bentuk pantat yang bulat dan sintal, serta sepasang lengan yang indah dengan bebasnya dapat dipandangi, meskipun saya pada saat itu masih SD ataupun SMP, tetapi secara naluri, saya sudah ingin juga melihat kemolekan tubuh Mbak Eva.
Hubungan dengan Steven tetap baik, meskipun saya sudah pindah rumah (meskipun dalam satu kota) dan meskipun saya sudah kuliah ke lain kota, hubungan saya dengan keluarga Mbak Eva juga tetap tidak berubah. Kalau saya pulang ke rumah sebulan sekali, saya selalu sempatkan main ke rumah Steven.
Setelah kematian suaminya, Mbak Eva selama kurang lebih 8 tahun tetap menjanda, dan akhirnya menjadi janda gersang. Meskipun sebenarnya banyak laki-laki yang tertarik padanya, karena Mbak Eva ini orangnya cantik, seksi, kulitnya kuning, bicaranya ramah dan supel. Penampilannya selalu nampak bersih (selalu bermake-up setiap saat). Tetapi semuanya ditolak, karena alasan Mbak Eva pada saat itu katanya lebih berkonsentrasi untuk dia dalam mengasuh anak-anaknya.
Tetapi setelah 8 tahun janda gersang, akhirnya dia menikah dengan seorang duda tua yang meskipun kaya raya tetapi sakit-sakitan (Mbak Eva mau menikah dengan dia karena alasan ekonomi). Tetapi perkawinan ini hanya bertahan kurang lebih 2 tahun, karena suaminya yang baru ini akhirnya juga meninggal.
Setelah saya Dewasa, rasa tertarik saya dengan Mbak Eva semakin menggebu. Tubuh yang seksi, pantat yang padat, dan betis yang kecil serta indah selalu menjadi sasaran mata saya. Terkadang saya sering mencuri pandang dengan Mbak Eva, pada saat ngobrol dengan Steven dankebetulan Mbak Eva lewat. Apalagi kalau sedang ngobrol dengan Steven dan Mbak Eva ikut, wah rasanya jadi senang sekali. Bahkan sering saya sengaja main ke rumah Steven, dimana pada saat Steven tidak ada di rumah, sehingga saya dengan leluasa dapat ngobrol berdua dengan Mbak Eva.
Meskipun keinginan untuk bercinta dengan Mbak Eva selalu menggebu, tetapi saya masih kesulitan untuk mencari cara memulainya. Terkadang rasa ragu dan malu selalu menghantui, takut kalau nanti Mbak Eva menolak untuk diajak bercinta. Tetapi kalau kemauan sudah kuat, segala cara akan ditempuh demi tercapainya keinginan.
Hal ini terjadi secara kebetulan, ketika suatu sore MBak Eva minta tolong saya untuk mengantarkan melihat komplek perumahan yang baru di pinggiran kota, karena dia bermaksud membeli rumah kecil di komplek perumahan tersebut.
Kami berdua berangkat dengan memakai mobil saya. Karena lokasinya masih baru dan masih dalam tahap pembangunan, sehingga sesampainya di lokasi, suasananya terlihat sepi, tidak ada seorang pun di tempat itu. Kami berdua berkeliling-keliling dengan berjalan kaki melihat-lihat rumah-rumah yang baru dibangun. Saya ajak Mbak Eva masuk ke salah satu rumah yang sedang dibangun, yang tentunya masih kosong, kami melihat-lihat ke dalamnya.
Kami berjalan berdampingan, dan setelah masuk ke salah satu rumah yang sedang dibangun. Dengan tiba-tiba saya dekap pundaknya, saya rekatkan ke dada saya, perasaan saya pada saat itu tidak menentu, antara senang, takut kalau-kalau dia marah dan menampar saya, dan perasaan birahi yang sudah sangat menggebu.
Tetapi syukur, ternyata dia hanya tersenyum memandang saya. Melihat tidak ada penolakan yang berarti, saya mulai berani untuk mencium pipinya, lagi-lagi dia hanya tersenyum malu sambil pura-pura menjauhkan diri dan sambil berkata, “Ach.. Panji ini ada-ada saja..”
Saya berkata, “Mbak Eva marah yaa..?”
Dia hanya menjawab dengan gelengan kepala dan sambil tersenyum terus menundukkan kepala.
Melihat bahasa tubuh yang menunjukkan “lampu Hijau”, serangan saya semakin berani. Saya mengejarnya dan mendekapnya, dan akhirnya saya berhasil mencium bibirnya yang tipis, mungil dan berkilat oleh lipstick yang selalu menghiasi bibirnya. Sambil saya bersandar di dinding, saya dekap dengan erat tubuh Mbak Eva.
Saya cium bibirnya, “Uhhmm..” dia bergumam dan balas memeluk dengan erat.
Ternyata tanpa diduga, Mbak Eva membalas ciuman saya dengan bergairah. Saya kembali balas ciumannya yang sangat bergairah dengan permainan lidah saya. Lidah kami sudah menari-nari. Kedua tangan saya sudah mencari sasaran-sasaran yang sensitif. Bukit kembarnya yang mungil tapi masih padat dan terlihat seksi menjadi sasaran kedua tangan saya.
Kedua bukit kembar ini sudah lama kuidam-idamkan untuk menjamahnya. Kami berciuman agak lama. Nafas Mbak Eva semakin memburu. Ciuman, saya alihkan dari bibirnya yang mungil turun ke lehernya. Dia menengadahkan wajahnya sambil matanya terpejam. Menikmati rangsangan kenikmatan yang sudah lama tidak dia rasakan.
“Uchmm.. mm..” mulutnya selalu bergumam, tandanya dia menikmatinya.
Kedua tanganku saya dekapkan ke pantatnya yang bulat dan seksi. Sehingga tubuhnya semakin marapat ke tubuh saya. Dekapan kedua tangannya ke leher saya semakin diperkuat, seiring dengan lenguhan bibirnya yang semakin panjang, “Uuucchmm.. mm.”
Batang kejantanan yang tegang sejak berangkat dari rumahnya Mbak Eva, kini ditekan dengan kencang oleh tubuh Mbak Eva yang bergoyang-goyang. Rasa nikmat menjalar dari batang kejantananku mengalir naik ke ubun-ubun. Ciumanku terus turun setelah beberapa lama singgah di lehernya, turun menuruni celah bukit kembarnya. Kedua BH-nya yang berwarna merah muda, serasi dengan kulitnya yang langsat, semakin menambah indahnya susu Mbak Eva.
Karena tubuh Mbak Eva agak kecil, saya agak sedikit berjongkok, agar mampu mencium kedua susunya yang sudah mengeras. Kedua tangan saya pergunakan untuk menahan punggungnya yang mulai melengkung atas sensasi ciuman saya ke susunya. Deru nafas Mbak Eva semakin memburu.
Gesekan tubuhnya ke batang keperkasaan saya semakin cepat frekuensinya, dan akhirnya, “Udach acch Panjii.. jangan disini, nggak enak kalau nanti ketahuan..” sambil berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan saya.
“Sebentar Mmmbbak..!” jawab saya dengan mulut tidak bergeser dari susunya.
“Panji, nanti kita lannjuttkan saja di llain ttemmpat..” suranya terputus-putus karena tersengal oleh nafasnya yang memburu.
“Oke dech Mbak Eva, tapi Mbak Eva harus janji dulu, kapan dilanjutkannya dan dimana..?” tanyaku sambil masih mendekap dengan erat tubuh Mbak Eva.
“Besok pagi saja di rumahku jam sepuluh. Karena kalau pagi rumahku sepi.”
“Oke dech, besok pagi jam sepuluh saya datang lagi.”
“Yuk kita pulang, anter aku dulu ke rumah, anak nakaall..!” pinta Mbak Eva manja sambil mencubit hidungku.
“Aku antar ke rumah, tapi kasih dulu uang muka untuk besok pagi.” sambil mengarahkan ciuman saya ke bibirnya sekali lagi sebagai uang muka untuk besok pagi.
Dia belum sempat tersenyum karena bibirnya sudah kukulum dengan mesranya.
Hari mulai gelap dan gerimis mengiringi kepulangan kami. Kami berjalan pulang ke rumah Mbak Eva, tetapi suasana dalam perjalanan pulang sudah jauh berbeda dengan suasana ketika kami berangkat tadi. Karena ketika kami berangkat tadi, perilaku kami sebagai seorang tante dengan “keponakannya”, tapi sekarang sudah berubah menjadi perjalanan seorang tante dengan “keenakannya”.
Selama perjalanan, Mbak Eva menggoda saya, “Waduh.., ternyata selama ini saya salah, saya kirain Panji itu orangnya alim, tapi ternyata..”
“Ternyata enak khan..?” goda saya sambil mencubit dagunya yang menggemaskan. Kami berdua tertawa berderai.
“Kalau tahu gitu, mending dari dulu yaa..?” kata Mbak Eva menggoda.
“Iya kalau dari dulu, memek Mbak Eva mungkin tidak karatan ya..?” balasku menggoda.
“Emangnya besi tua..!” jawab Mbak Eva bersungut.
“Bukan besi tua, tapi besi pusaka.” jawab saya.
Selama perjalanan, tangan Mbak Eva tidak henti-hentinya selalu meremas tangan saya yang sebelah kiri (sebelah kanan untuk pegang setir). Tangan saya baru dilepaskan ketika saya pergunakan untuk pindah gigi saja. Selebihnya selalu dipegang dan diremas-remas oleh Mbak Eva.
“Mbak.., jangan tanganku aja donk yang diremas-remas..!” pinta saya dengan manja.
“Lha yang mana lagi yang minta diremas..?”
“Ya yang nggak ada tulangnya donk yang diremas.”
“Dasar anak nakal.” Mbak Eva tersenyum, tapi tangannya beralih untuk meremas rudal yang masih tegang belum tersalurkan.
Ternyata Mbak Eva tidak hanya meremas rudal saya saja, melainkan juga menciuminya.
“Mbak.., bebas aja lho Mbak, jangan sungkan-sungkan, anggap aja milik sendiri.” goda saya sambil tersenyum.
“Terus minta diapakan lagi..?” pancing Mbak Eva.
“Yaa.., kalau mau dikulum juga boleh.” jawab saya.
“Emangnya nggak kelihatan orang..?” tanyanya ragu.
“Khan udah malem, lagian hujan, pasti nggak kelihatan.”
Tanpa menunggu jawaban, tangan Mbak Eva sudah mulai membuka resluiting celana dan mengeluarkan rudal saya. Saya geser kursi saya agak ke belakang, agar Mbak Eva dapat leluasa mempermainkan rudal indah milik saya. Dirabanya rudal itu dan diciuminya, akhirnya bibirnya yang mungil mengulum dan menjilatinya. Terasa mendapat aliran listrik yang menggetarkan ketika lidah Mbak Eva menjilati kepala rudal saya.
Dan terasa hangat dan basah ketika mulutnya mengulum batang kejantanan saya yang semakin menegang. Dua perasaan yang penuh sensasi berganti-ganti saya rasakan. Antara getaran karena jilatan lidah dan hangatnya kuluman saling berganti. Kedua kaki terasa tegang, dan pantat saya tidak terasa terangkat karena sensasi yang ditimbulkan oleh kuluman bibir Mbak Eva yang ternyata sangat ahli
Untuk menghindari konsentrasi yang terpecah, terpaksa saya meminggirkan mobil ke jalur lambat, dan memberhentikan mobil. Keadaan sangat mendukung, karena pada saat itu tepat dengan turunnya hujan, dan lalu lintas kendaraan agak sepi, sehingga kami berdua tidak merasa terganggu untuk melanjutkan permainan di dalam mobil.
Mbak Eva mengulum kemaluan saya dengan semangat. Kepalanya terlihat turun naik-turun naik yang terkadang cepat, terkadang lambat. Mulutnya terus bergumam, sebagai tanda bahwa dia juga menikmatinya. Kedua tangan saya memegang kepala Mbak Eva naik-turun mengikuti gerakannya. Kaki semakin kejang dengan pantat saya yang naik turun akibat rasa sensasi yang luar biasa. Untuk mengimbangi permainannya, pantat Mbak Eva yang terlihat nungging, saya remas dengan tangan kiri, sementara tangan kanan masih membelai susu Mbak Eva, saya remas dengan pelan kedua susunya bergantian dengan tangan kanan.
Resluiting rok bawahnya yang ada di pantat, mulai saya buka, terlihat CD-nya yang berwarna merah muda. Saya masukkan tangan kiri ke dalam CD-nya dan meremas dengan gemas pantatnya yang padat berisi. Tangan saya bergerak turun menelusuri celah pantatnya, dan sekarang menuju liang kemaluannya. Kemaluannya saya sentuh dari belakang, dan terasa sudah sangat basah dan merekah.
Saya belai-belai bibir luar kewanitaannya dan akhirnya saya belai-belai klitnya. Merasa klitnya tersentuh oleh jari saya, pantat Mbak Eva semakin dinaikkan, dan terasa tegang, kuluman ke batang kejantanan saya semakin kencang. Tangan kanan saya masih meremas-remas susunya yang semakin tegak. Melihat perpaduan antara belaian klitoris, remasan susu dan kuluman rudal, suara kami jadi semakin maracau.
Pantat kami semakin naik turun. Erangan kenikmatan dan sensasi aliran listrik menjalar ke sekujur tubuh kami. Tiba-tiba Mbak Eva melepaskan kulumannya. Dia kembali ke posisi duduk dan telentang sambil matanya tetap terpejam oleh kenikmatan yang sudah bertahun-tahun tidak dirasakan. Saya tahu maksudnya, bahwa dia minta gantian agar kewanitaannya dijilati.
Saya singkapkan roknya, dan Mbak Eva dengan tergesa-gesa melepaskan sendiri CD-nya, seakan tidak sabar dan tidak ingin ada waktu luang yang terputus. Kedua kakinya sudah ditelentangkan, kemaluannya yang mungil dengan bulu-bulu halus dan terawat sudah kelihatan merekah. Saya dekatkan mulut saya ke liang senggamanya, tetapi saya baru akan menjilati kedua selangkangannya terlebih dahulu.
Dia meremas-remas rambut saya. Kedua kakinya mengejang-ngejang dan bergerak-gerak tidak terkontrol. Pantatnya digerak-gerakkan naik turun. Ini artinya Mbak Eva sudah sangat penasaran dan sangat gemas agar kemaluannya ingin dijilati. Dia kelihatan penasaran sekali. Saya jilati bibir kemaluannya.
Harumnya yang khas kemaluan wanita semakin merangsang saya. Remasan-remasan di kepala saya semakin kuat. Akhirnya saya buka bibir kemaluannya, saya jilati klitorisnya. Ketika lidah saya menyentuh klitorisnya, nafas lega dan erangan kenikmatan keluar dari mulutnya.
“Uuuhh.. uhh.. uughh..!” terus menerus keluar dari mulutnya.
Kepalanya selalu bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri. Remasan remasan tangan kirinya sekarang beralih ke punggung saya, sedangkan tangan kanannya berusaha mencari batang keperkasaan saya dan akhirnya meremas-remas dan mengocoknya. Tangan yang lembut dengan kocokan dan remasan yang halus, memijat-mijat batang kejantanan saya, memberikan sensasi tersendiri pada rudal kebanggaan milik saya.
Lidah saya berputar-putar di klitorisnya, usapan-usapan lidah di dinding vagina, terkadang saya selingi dengan isapan dan gigitan halus di klitorisnya, membuat dia semakin marancu, “Uuugghh.. geellii banggeett..! Uuuff.., ggellii bannget..! Uuff ggllii..”
Dan secara tiba-tiba kedua tangannya mencakar punggung saya, kedua kakinya menegang, dadanya membusung naik diikuti dengan getaran tubuh yang hebat sambil mengerang, “Uuugghhff Aaallvii.., uuff aku mmauu kkeelluua.. aarr..”
Nafasnya tersengal dan memburu, tandanya dia sudah sampai di puncak kenikmatan seorang wanita.
“Aaallvii.., kamu belum yaa..? Sini kukulum biar cepet nyampai.” suara Mbak Eva sambil nafasnya masih memburu.
Dia membungkuk di pangkuan saya, saya telentang di jok. Dia kembali mengulum batang kejantanan saya. Bibir yang manis dan mungil kembali mengocok-ngocok rudal saya. Lidahnya dengan lembut menyapu kepala kemaluan saya. Sensasi yang tadi sempat terputus, kembali dapat saya rasakan. Kaki saya menegang, pantatku terangkat, tangan saya meremas-remas kedua pipinya.
Aliran listrik menjalar dari kepala kejantanan saya, naik ke ubun-ubun dan sekujur tubuh. Aliran tersebut kembali lagi bersama-sama mengarah ke ujung rudal saya, ke kepala kemaluan saya, dan akhirnya keluar bersama-sama dengan cairan putih dan kental ke mulut Mbak Eva, ke bibir Mbak Eva, ke hidungnya dan ke pipinya, banyak sekali.
Seakan-akan habis sudah cairan yang ada di tubuh ini, lemas kedua tubuh kami. Untuk sejenak kami berdua berdiam diri, untuk menikmati sensasi kami, untuk mengatur nafas kami dan untuk menenangkan emosi kami.

Read more...

Memek Bu Haji Keenakan Dimasuki Kontol Bukan Suaminya

Memek Bu Haji Keenakan Dimasuki Kontol Bukan Suaminya Karena Terdorong Nafsu
Memek Bu Haji Keenakan Dimasuki Kontol Bukan Suaminya Karena Terdorong Nafsu

Memek Bu Haji Keenakan Dimasuki Kontol Bukan Suaminya

Kisah ini terjalin antara mahasiswa yang kuliah universitas swasta dengan pemilik kos2an di mana sang mahasiswa tinggal ngekos.Bangunan itu terdiri atas rumah 2 petak sebanyak 5 pintu yang masing2 petak terdiri atas 3 ruangan. Di samping rumah2 petak tersebut menempel rumah utama yang merupakan tempat pemilik kos2an tinggal.
Nama pemilik kos2an adalah Haji Imron. Biasa dipanggil oleh tetangga dan mahasiswa dengan sebutan Pak Haji. Tempat kos2an dan rumah utama ini di kelilingi oleh pagar besi setinggi 1,5 meter di bagian depan yang memiliki dua pintu masuk dan pagar tembok ditiga sisi lainnya setinggi 3 meter.
Halamannnya dihampari oleh konblok dan dihiasi oleh berbagai tanaman, sehingga terlihat sangat rapi, asri, anggun, dan sejuk. Kos2an ini hanya diperuntukkan bagi mahasiswa. Di sinilah Rizal, mahasiswa di universitas swasta itu tinggal. Sudah 3 bulan ia tinggal di sini. Rizal adalah mahasiswa asal Cikampek, tetapi ia bukanlah asli Cikampek.
Haji Imron memiliki 3 orang anak. Satu laki2, dan dua perempuan. Dua anaknya sudah berkeluarga, sedangkan satu lagi yang laki2 masih duduk di kleas 2 SMU. Yang paling menarik hati Rizal adalah Bu Haji. Walau usianya sudah 43 tahun penampilanya masih seperti umur 30-an. Bu Haji selalu ramah pada tetangga maupun mahasiswa2 yang ngekos di rumahnya. Bodynya bongsor, berkulit kuning langsat, dan selalu memakai kerudung.
Bila ia keluar dengan mobil Innova-nya ia akan memakai kaca mata hitam sebagai hiasan. Rizal sering mencuri pandang mengamati Bu Haji. Pernah Rizal menggoda Bu Haji ketika Rizal hendak berangkat ke kampus dengan motor Honda nya sedangkan Bu Haji hendak keluar dengan KijangInnova-nya.“Wah, Bu Haji, gayanya seperti cewek2 di kampusku aja nih..,”goda Rizal“Iya dong, Zal. Biarpun udah tua harus tetap jaga penampilan lho…harus semangat seperti anak2 muda,”balas Bu Haji sambilmelemparkan senyumnya.
“Iya deh, Bu Haji. Saya setuju kok..,”ujar Bu Rizal. “Saya duluan,Bu Haji,”seru Rizal sambil melajukan motornya.Setiap Rizal pulang malam, Rizal sering mengamati Bu Haji nongkrong sendirian di ruang tengah menonton televisi. Bahkan kadang sampai larut malam. Yang paling membuat Rizal kagum sekaligus ngiler adalah ketika suatu sore ia bertamu sekaligus hendak membayar uang kontrakan bulanan.
Rizal diterima oleh Bu Haji di ruang tengah yang sejuk dan asri itu. Bu Haji menemuinya dengan celana pendek yang ketat dan kemeja yang longgar. Bu Haji hanya senyum2 saja melihat Rizal yang kikuk dan mata Rizal yang kadang2 melirik ke pahanya. Di dalam rumahnya Bu Haji memang sering memakai celana pendek dan melepaskan kerudungnya.Setelah keluar dari rumah Bu Haji dan sampai di kamarnya sendiri, Rizal membayangkan semua yang baru saja dilihatnya.
Paha putih yang gempal dan padat. Sangat mulus, pikir Rizal. Dan Rizal yakin di balik kemeja longgar yang dipakai Bu Haji terdapat kulit yang putih-mulus dan buah dada yang besar. Rizal sering membayangkan bisa menggumuli tubuh Bu Haji yang bongsor dan putih mulus itu. Rizaljuga sering membayangkan memek Bu Haji, pasti tebal dan empuk gumamnya dalam hati. Tetapi Rizal lalu tersenyum masem karena tubunya termasuk agak kurus walaupun ia memiliki tinggi 173 cm.
Kalau sudah begitu Rizal akan mengusap-usap kontolnya lalu melepaskan pusingnya di kamar mandi.Pak Haji Imron termasuk tuan tanah. Ia memiliki beberapa kos2an dan sejumlah rumah yang dikontrakkan. Semua tersebar di wilayah Jabodetabek. Ia paling sering ke wilayah Depok. Selain mengunjungi anaknya dan rumah kos2an yang pengelolaannya diserahkan pada anaknya juga karena di sebelah kos2an itu terdapat kolam pancing yang yang cukup ramai dikunjungi.
Kolam pancing itu juga dikelola oleh anaknya dan menantunya di samping beberapa pembantu. Hampir setiap hari Pak Haji Imron pergi ke Depok. Kalau sudah asyik memancing Pak Haji Imron bisa menginap sampai 3-4 hari.Suatu sore Rizal berjalan ke samping rumah utama yang ditanami beberapa batang pohonjambu Taiwan. Ia bermaksud mengambil beberapa buah jambuTaiwan. Pak Haji dan Bu Haji memang tidak melarang anak2 kosnya mengambil hasil tanaman yang ada di sekitar rumah itu.
Karena kadang2 anak2 kos juga ikut membantu mengurusi tanaman2 tersebut. Saat itu beberapa pohon jambu sedang berbuah. Buahnya besar2 dan siap dipanen.Pohon2 itu terletak di antara tembok pagar dan tembok dinding rumah utama. Ketika ia hendak melangkah ke rimbunan pohon jambu, ia melihat daun jendela yang menghadap ke pohon2 jambu itu terbuka. Itu merupakan kamar tidur Pak Haji dan Bu Haji. Ia seketika ragu. Tetapi di benaknya adalah bahwatadi pagi ia melihat Pak Haji dan Bu Haji keluar rumah memakai Suzuki Escudo.
Dan ketika ia terbangun sore ini Suzuki Escudo belum ada di halaman. Ia hendak membatalkan niatnya karena takut jangan2 ketika ia tertidur tadi Pak Haji dan Bu Haji pulang dan Suzuki Escudo mungkin dipinjam seseorang atau salah satu anaknya. Setelah beberapa detik, Rizal memutuskan memeriksa perlahan. Ia berjalan di atas teras keramik samping yang sempit. Dengan ujung matanya ia mencoba meneliti kamar itu. Untunglah…,pikirnya.
Kamar itu kosong.Lalu Rizal pun melanjutkan niatnya. Ia mengambil beberapa buah jambu. Ketika ia hendak berbalik, Rizal sangat kaget dan pucat. Karena pada saat yang sama ia melihat Bu Haji masuk ke dalam kamar. Bu Haji hanya memakai celana pendek yang sangat ketat. Dan di atasnya, seluruh kancing kemeja Bu Haji belum terpasang sehingga memperlihatkan perut dan pusarnya yang mulus dan putih dan juga BH nya yang membungkus dadanya yang besar.
Bu Haji juga kaget dan hampir berteriak. Tetapi ketika menyadari bahwa orang yang ada di samping rumah adalah Rizal ia hanya kaget sebentar saja. Tangannya bergerak mengatupkan kemejanya tanpa memasang kancingnya.“Ah…kirain tadi siapa…Ibu kaget setengah mati,”seru Bu Haji dari dalam kamar.
Ia melipat kedua tangan diperutnya sehingga kemejanya tidak terbuka.“Maaf Bu Haji…maaf…Maaf Bu Haji…tadi saya kira Bu Haji pergi dengan Pak Haji…jadi saya berani ke sini,”Rizal berusaha menjelaskan. Ia terlihat kikuk danagak malu2.“Iya sudah…kirain siapa..,”kata Bu Haji. Ia tersenyum pada Rizal.“Maaf Bu Haji…,”kata Rizal berjalan menunduk. “Permisi Bu Haji…,” kata Rizal permisi dan melihat ke Bu Haji sebentar. Bu Haji mengangguk tersenyum. Ketika Rizal melihat Bu Haji sebentar, ia sempat melirik ke dada Bu Haji yang tidak begitu serius menutupi bagian dadanya.
Sesampai di kamarnya, Rizal malah tidak memperdulikan jambu yang baru saja diambilnya.Yang ada dalam pikirannya adalah pusar, perut, dan BH Bu Haji. Ia terduduk dalam kasurnya. Memandang langit2 kamarnya. Bayangan Bu Haji yang super seksi tadi memenuhi angannya. Ia menggerakkan tangannya mengusap-usap kontolnya yang seketika menegang keras. Rizal menghempaskan punggunya ke kasur. Menarik tangannya dari selangkangannnya.
Ia merenung, jika tadi di belakang Bu Haji muncul Pak Haji, maka ia akan kena tegur.Ketika Rizal masih berusa menenangkan pikirannya tiba2 handphone-nya berbunyi. Rizal mengambil handphone-nya.“Hallo..”jawabnya. Tapi diseberang tidak ada jawaban. Panggilan itu terputus. Rizal mengamati nomor “Received Calls” pada handphonenya. Nomor yang tidak dikenalnya. Ia meletakkan handphone itu. Tetapi ketika teringat dengan seorang cewek yang baru dikenalnya kemarin ia meraih lagi handphone tersebut.
Siapa tahu cewek itu, pikir Rizal. Rizal memanggil nomor itu.“Hallo…,”panggilnya.“Hallo…emang kamu gak kuliah..?”seketika Rizal heran. Ada riak senang dalam hatinya. Suara itu adalah suara Bu Haji.“Eh, Bu Haji…eh..nggak Bu Haji…hari ini saya emang ga ada jadwal kuliah…,”ujar Rizal dengan suara yang dibuatnya sedemikian rupa.“Hhhmm, gimana jambunya? Enak ga?”tanya Bu Haji di seberang.
Suaranya terdengar akrab dan manis di telinga Rizal“Ah, belum sempat Bu Haji…baru juga mau makan…dari bentuk dan warnanya kayaknya enak sih..,”kata Rizal mencoba berakrab-akrab ria.“Ntar kalau udah makan bilang ibu iya. Kalau enak Ibu juga mau ambil,”“Iya Bu Haji…,”jawab Rizal. Ketikaia merasa Bu Haji hendak menutup pembicaraan, Rizal buru-buru bertanya.”Ehh, hhmmm…maaf Bu, Pak Haji kemana? Tadi sepertinya saya lihat bareng Bu Haji keluar,”“Tadi pagi emang keluar bareng Ibu tapi sebentar aja ke salon.
Trus pulang. Sekarang bapak ke Depok….,” kata Bu Haji menjelaskan.“Ohh..iya udah deh bu…maaf tadiya Bu Haji…saya tidak tahu..,”ujar Rizal.“Hmmm-hhmm..,”Bu Haji tertawakecil di seberang.”Nanti kalau udah dimakan jambunya jangan lupa sms bilang ibu ya. SMS aja enak apa nggak..!”“Iya bu..”ujar Rizal. Dan pembicaraan pun selesai.Malamnya jam tujuh setelah makan, Rizal mengambil HP-nya.
Ia belum memakan jambunya, tetapi dalam hatinya ia akan mengatakan saja bahwa jambu itu enak.“Malam Bu Haji…jambunya enak,”begitu is isms Rizal.“Bener enak?”balas sms Bu Haji.“Iya Bu. Bener enak”.“Kamu lagi ngapain?”sms Bu Haji.“Gak lagi ngapain Bu. Tiduran aja,”balas Rizal sambil heran dgn isi sms Bu Haji.“Emang ga keluar? Mahasiswa kan ngapelnya ga cuma malam minggu”balas Bu Haji lagi.“Nggak Bu. Lagi pengen di rumahaja.
Maaf, kalau Bu Haji sedang apa?”sms Rizal.“Lagi sms an ama kamu..hehe..!”jawab sms Bu Haji. Isi sms ini membuat Rizal senang setengah mati. Ia tersenyun-senyum dalam hati. Rizal agak bingung untum membalas. Ia tidak tahu hendak mengetik apa. Tiba2 sms Bu Haji masuk lagi.“Tadi kamu lihat ibu ya..?”Rizal hampir berteriak senang setengah mati membaca sms ini. Ia membaca sms itu berulang-ulang.
Ia berpikir sejenak untuk membalas apa.“Hhmm, iya bu. Maaf…saya tadi tidak sengaja..,”akhirnya hanya itu yang ditulisnya.“Gak sengaja tapi dah lihat ya…?”sms Bu Haji. Rizal jadi makin semangat.“Iya bu. Maaf…saya ga ingat lagi kok Bu…tapi…,”balas Rizal. Ia sengaja menggantung sms nya untuk membuat Bu Haji yang sering diidam-idamkanya jadi penasaran. Tetapi setelah Rizal menunggu 5 menit Bu Haji tidak lagi membalas. Ia pun ragu untuk mengirim sms lagi.Ketika ia hendak meletakkan HPnya, Bu Haji menelepon. Rizal bersorak dalam hati.
“Hallo…,”sahut Rizal dengan suara dibuat merdu.“Tapi apa, Zal?”tanya Bu Haji pelan. Suaranya agak sengau.“Nnnggg…apa ya…? Rizal menyahut dengan canda.“Apa..ayo apa..?”desak Bu Haji dengan nada seperti tertawa.“Hhmm…tapi aku senang aja melihatnya…,”akhirnya Rizal memberanikan diri.“Hhhmmm…kamu ini…kirain apa tadi…emang kamu lihat apa coba..?”tanya Bu Haji.“Lihat sesuatu…nnggg…yang pengennya ga cuma dilihat…,”Rizal makin berani menggoda.“Emang pengennya diapain..?”“Susah dibilangin dengan kata-kata Bu…hehe…,”Rizal tertawa renyah.
”Susah bilanginnya…tapi kalau tiba2 ada di sini…ah..gau taulah…,”Rizal dengan berani menggoda lebih jauh.“Heheh….kamu…,”hanya itu ucapan Bu Haji.“Ibu lagi di mana?” Tanya Rizal.“Lagi di kamar, kenapa?”Tanya Bu Haji.“Ga…nanya aja kok Bu..!”ujar Rizal.“Hhhmm..iya udah iya, Zal,”kata Bu Haji menutup pembicaraan.“Iya Bu. Met malam..,”sahut Rizal“Iya..,”balas Bu Haji sambil menutup pembicaraan.Dalam kamarnya Rizal tersenyum-senyum senang. Entah kenapa nafsu birahinya timbul. Ia tidur2an di kasurnya sambil senyum-senyum mengingat semua pembicaraan dengan Bu Haji. Lalu dua jam kemudian sms Bu Haji masuk lagi.
“Nonton MetroTV deh…acaranya bagus…,”demikian is isms Bu Haji.Rizal yang memang sedang nonton MetroTV di kamarnya lagsung membalas dengan semangat.“Iya. Ini juga lagi nonton MetroTV kok Bu. Bu Haji belum bobo..?”tanya Rizal dalam sms nya. Sengaja ia memilih kata “bobo” untuk membuat suasana jadi nyaman.“Belum..kan masih jam 10…,”balas sms Bu Haji.“Masih di kamar?” Rizal sengaja menanyakan ini.“Iya…,”jawab Bu Haji“Di tempat tidur..?” tanya Rizl“Iya…,”jawab Bu Haji“Hehe..sama dong…,”balas Rizal genit. Tetapi Bu Haji tidak lagi membalas.
Sekitar jam 12 malam ketika Rizal dilanda kantuk. Bunyi sms masuk ke HP nya.“Udah bobo..?” itu isi sms Bu Haji“Belum…Bu Haji belum bobo..?”Rizal membalas“Belum juga…masih nonton..,”“Sama dong…”isi sms Rizal. Kembai lagi Bu Haji tidak membalas. Tetapi entah kenapa Rizal mengurungkan niatnya tidur. Entah kenapa ia yakin Bu Haji akan sms lagi. Tetapi kali ini tidak lagi.Sekitar jam setengah satu malam yang ada adalah “missed call” dari Bu Haji. Rizal menelepon balik. Tapi tidak telepon tidak diangkat.“Belum tidur..?”Rizal coba kirim sms.
Tetapi setelah menunggu sepuluh menit tidak ada jawaban,Rizal akhirnya meletakkan HPnya.Dan menghempaskan badannya ke kasur. Sekitar jam 02.10 HP nya berbunyi. Di seberang terdengar suara Bu Haji yang agak sengau dan manja.“Lagi ngapain, Zal..?”tanya Bu Haji.Rizal menjawab dengan segenap keyakinan dan keberanian.“Belum bisa tidur Bu. Gara-gara pemandangan tadi siang di kamar Bu Haji,”Rizal menahan nafasnya ketika berbicara. Ia pun membuat suaranya agak sengau dan lirih.
“Hhhmm…terus..?”sahut Bu Haji“Iya jadi susah tidurnya nih…,”Rizal merengek. Lalu Rizal menyambung lagi.”Bu…!”“Apa..?jawab Bu Haji“Tapi jangan marah ya Bu…,”ujar Rizal“Gak kok..apa..?”tanya Bu Haji.“Hhhhmm..boleh ga saya kesitu sekarang…?”tanya Rizal dengan suara dibuat merdu. Dadanya berdegup ketika mengucapkan kata-kata itu.“Hhhmm kamu…,”hanya itu ucapan Bu Haji.”Udah ya..,”ucap Bu Haji.
Pembicaraan seketika terputus. Rizal terdiam. Tetapi hanya berselang dua menit bunyi sms masuk ke HPnya.“Pintu samping terbuka…kutunggu..,”demikian isi sms Bu Haji.Rizal langsung gembira. Badannya dipenuhi nafsu sex. Ia merasakan kontolnya semakin menegang saja. Dengan perlahan ia keluar kamar dan melintasi halaman menuju pintu samping.
Ketika sampai di pintu samping dengan yakin ia mendorongnya. Pintu itu terbuka. Di dalam cahaya yang remang ia melihat bayangan Bu Haji dengan celana pendek dan baju tidur yang ketat. Bu Haji menarik tangannya dan menutup pintu.Ketika Bu Haji membelakanginya sambil mengunci pintu, Rizal langsung memeluk Bu Haji dari belakang. Ia menekan pantat Bu Haji dengan bagian kontolnya yang tegang. Kedua tangannya melingkari pinggang Bu Haji.
Rizal dengan liar mendaratkan ciuman2di trengkuk Bu Haji. Bu Haji langsung berbalik. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Rizal dan dengan agresif menarik tubuh Rizal ke tembok. Dalam hitungan detik bibir Rizal sudah dilumat oleh Bu Haji. Rizal membalas dengan memutar dan memilin lidahnya. Rizal menarik lidah Bu Haji dengan lidahnya. Bu Haji membalasnya dengan pagutan dan lumatan yang bergelora. Rizal menarik tubuh Bu Haji sehingga kini Rizal yang bersandar di tembok ruangan belakang itu. Mereka saling menciumi dan menjilati dengan liar.
Mulut Bu Haji tak henti-henti mengeluartkan bunyi kecipak ketika mulut Rizal menyedoti lidah dan bibir Bu Haji. Bu Haji makin dipenuhi nafsu birahi. Ia makin merapatkan tubuh ke dalam pelukan Rizal. Rizal menariknya penuh nafsu dan meremasi pantat dan pinggul Bu Haji. Bu Haji melingkarkan satu tangnnya di leher Rizal dan satunya lagi merababi leher Rizal.Mulutnya tidak berhenti melumatlidah dan mulut Rizal. Bu Haji menggeserkan badannya agak kebawah.
Ketika Bu Haji merasakan****** Rizal yang tegang telah berada di daerah selangkangannya, ia membuka paha sedikit lalu merapatkannya. Rizal membalas dengan menekan kontolnya ke arah Bu Haji. Lalu Bu Haji menggesek-gesek ******Rizal dengan memeknya yang masih tertutup celana pendek. Rizal membalas dengan sodokan ke depan sambil meremasi pantat Bu Haji. Ciuman dan jilatan mereka makin penuh nafsu dan semakin liar. Rizal mengulum bibir Bu Haji. Lalu menarik bibir Bu Hajidengan sedotan mulutnya.
Ketika bibir Bu Haji terlepas, Rizal merangsek ke leher Bu Haji. Bu Haji menengadah sambil bagian selangkangannya tetap digesek-gesekkan ke selangkangan Rizal. Rizal makin nafsu. Ia menciumi bagian atas dada Bu Haji. Bu Hajimakin menengadah…badannya dilengkungkan.“Hhhmmmhhaahh…jangan bikin merah di situ yah..,”desah Bu Haji“Mmmhhaahh…,”Rizal hanya mendesah penuh nafsu. Ia membuka kancing depan baju tidur Bu Haji. Lalu membenamkanwajahnya di dada Bu Haji yang besar.
Rizal menggeser BH Bu Haji ke atas. Lalu tangannya meraih buah dada yang besar itu.Ia lalu menciumi dan menjilatinya.“Mmmhhoohhh…,”desah Bu Haji. Rizal makin bernafsu mendengar desah penuh nafsu Bu Haji. Ia menjilati puting susu Bu Haji lalu menyedotinya.“Mmmhhhoohhh…hhhoohh…ooohhh…hhhooohhhh…,”begitu desahanpenuh nafsu Bu Haji setiap kali Rizal menyedot puting susu Bu Haji dengan keras.
Tubuh Bu Hajimakin melengkung. Ia membusungkan dadanya, menekankan buah dadanya ke mulut Rizal. Bu Haji melihati mulutRizal menjilati,menciumi, dan mengisap-isap buah dadanya. Bu Haji makin keras menggesekkan selangkangannya ke bagian****** Rizal. Tangan kirinya mendekap kepala Rizal untuk terus menciumi buah dadanya sementara tangan kanannya merabai dada Rizal dan memijat-mijat puting susu Rizal yang kecil.Mulut Rizal mengecupi puting susu Bu Haji, menyedotinya, lalu menarik-nariknya dengan mulutnya.
“Hhhmmhhoohh…hhoohhh…hhaaahhh…nngggoohh…,”hanya desah penuh nafsu itu yang keluar dari mulut Bu Haji.“Mmhhhhh…Zal..Zal…,”bisk Bu Haji di telinga Rizal. Rizal terus saja menyedot-nyedot susu Bu Haji. Pikiran Rizal sudah dipenuhi nafsu sex.“Zal…hhhmm…Zal…ke kamar aja…,”bisik Bu Haji.Rizal mengendorkan pelukannya. Bu Haji menarik tubuhnya dari pelukan ketat Rizal. Ia bergerak ke saklar.
Klik!!Lalu seluruh ruangan tengah yang menuju kamar Bu Haji yang terlihat dari luar kalau lampu menyala langsung gelap. Rizal kembali merangkuli tubuh Bu Haji dan menciumi bibirnya. Bu Haji membalas dengan tak kalah agresif. Bu Haji meciumi Rizal, memeluknya, dan menariknya. Rizal mengikuti gerakan Bu Haji. Bu Haji dan Rizal tetap berpelukan dan berciuman ketika meraka melangkah ke kamar. Ketika akhirnya sampai di kamar, Bu Haji menarik tubuh Rizal ke kasur. Rizal tertarik menindih tubuh Bu Haji.
Kaki Bu Haji terbuka menjuntai di lantai sementara tubuhnya rebah di kasur. Rizal menunduk menggumulinya. Ia menempatkanbagian kontolnya di selangkangan Bu Haji yang terbuka. Rizal bisa merasakan empuknya memek Bu Haji yang masih terbungkus celana pendek ketat. Mulutnya menciumi pusar Bu Haji sambil kedua tangannya menelanjangi tubuh bagian atas Bu Haji. Bu Haji tak kalah agresifmembuka baju Rizal. Ciuman Rizalmakin liar. Mulutnya bergerak ke pinggul Bu Haji. Kedua tangannyamembuka celana ketat pendek Bu Haji.
Ia membukanya perlahan-lahan. Bibirnya merangsek menciumi bagian celana dalam Bu Haji yang terlihat. Bu Haji hanya melihati Rizal. Ketika akhirnya celana pendek itu lepas, terlihatlah gundukan memek Bu Haji yang tebal terbungkus celana dalam putih.“Mmhhhoooh..,”desah Rizal sambilmengecup permukaan celana dalam itu pelan. Lalu ia berdiri membuka celananya. Ia berdiri telanjang bulat dengan ****** yang mengacung tegang. Bu Hajimemandangi ****** Rizal.
Rizal berdiri mengocok kontolnya sebentar lalu membungkuk membuka celana dalam Bu Haji. Kini tubuh bugil Bu Haji terpampang di depanya.Rizal mendekatkan mulutnya ke memek Bu Haji yang dipenuhi jembut lebat. “Nnnggghhooohh…,”Rizal mendesah ketika mengecup permukaan memek Bu Haji.Bu Haji mengangkangkan pahanya lebar-lebar dan mengangkat pantatnya ketika mulut Rizal menyentuh permukaan memeknya.
Rizal lalu mendorong tubuh Bu Haji perlahan ke tengah tempat tidur.Di tengah2 tempat tidur itu Bu Haji telentang pasrah dengan paha terbuka. Ia melihat Rizal mendatangi ke tengah tempat tidur dengan ****** yang teracung tegang. Ketika Rizal telah memasuki pahanya yang terbuka lebar,Bu Haji melihat Rizal mengocok-ngocok kontolnya. Lalu ketika Rizal mulai bergerak menindihnya, Bu Haji merasa darahnya mendesir. Ia makin melebarkan pahanya. Ia merangkul leher Rizal.
Rizal menindih tubuh Bu Haji dan mencium mulutnya. Bu Haji membalasnya dengan mengulum bibr Rizal. Rizal mengerakkan pantatnya, dengan kontolnya yang tegang ia mencari memek Bu Haji. Akhirnya ujung ****** Rizal merasakan permukaan memek Bu Haji yang basah. Ia menekan-nekannya perlahan. Bu Haji membantunya dengan menggerakkan pinggulnya. Rizal merasakn ujung kontolnya masuksedikit di celah memek Bu Haji.
Bu Haji merapatkan selangkangannya. Lalu Rizal menusukkan kontolnya.“Hhhooohh Bu Haji..,’desahnya seraya menusukkan kontolnya.“Nnngghhhoohhh sayang…,”desah Bu Haji. Bu Haji merasakan ****** Rizal melesak memasuki memeknya yang basah. Bu Haji menggerakkan pinggulnya menyambut ****** Rizal yang menusuk lobang memeknya. Lalu seketika melingkarkan pahanya di pinggul Rizal.“Hhhooohhh sayang….besar sekalikontolmu…,”desah Bu Haji di telinga Rizal. Desahan ini membuat Rizal berkobar. Ia menarik kontolnya dan menusukkannya dengan cepat kedalam lobang memek Bu Haji.
“Hhhhhooohhh Bu Haji…hhoohhh…”Rizal mengerang penuh nafsu.“Hhhoohh sayang..kocok terus…hhoohh..enak sekali sayang..hhoohh..,”Bu Ijah mendesah lirih sendu di telunga Rizal.“HHoohh…hhoohh….hhoo enak sekali..hhohh..hhoohh…Bu Haji sayang…hhoohhh…hhhoohhh…,”Rizal mengerang penuh nafsu. Rizalmenggerakkan pantatnya naik-turun. Ia menggenjoti tubuhBu Haji dengan cepat.
Kontolnya keluar masuk dengan cepat dan kuat dalam lobang memek Bu Haji. Bu Haji makin mengetatkan selangkangannya di pinggul Rizal.“Oooohhh sayang…genjot sayang…hhhoohh …entoti terus sayang…hhhooohhh…hhhoohhh..enak sekali tusukan kontolmu sayang…hhoohh…entotin yang lama say…ooohhh…sayang…oohhh…,”Bu Haji mendesah penuh nafsu.
Rizal merasakan tubuhnya dan tubuh Bu Haji hangat. Ia melihat wajah Bu Haji yang redup penuh nafsu. Ia melihat wajah Bu Haji bergerak-gerak mengikuti setiaptusukan kontolnya. Ia merasakan nikmat yang luar biasa di ujung kontolnya ketika menusuki bagian dalam lobang memek Bu Haji. Bu Haji merasakan tusukan-tuskan dalam lobang memeknya begitu cepat. Ia melebarkan pahanya dan betisnya merangkul pinggul Rizal.Dengan matanya yang sayu Bu Haji melihat pantat Rizal naik-turun memompa dan menggenjotinya.
Seiring itu lobang memeknya merasakan nikmat yang penuh sensasi ditusuki ****** Rizal. Ia menggerakkan tanggannya merangkul pinggang Rizal. Berusaha menguasai dan memilikitubuh yang sedang menggumuli dan menggagahinya.“Hhhhoohhh sayang… entotin memekku say…ooohhh…terus say..hhhoohh..enak sekali sayang…oooohhh….,”Bu Haji makin gelap mata menahan nikmatnya senggama itu.“Iya say…hhoohh..iya sayang…,”bisik Rizal penuh birahi di telinga Bu Haji. Ia makin merapatkan tubuhnya yang penuh keringat ke tubuh Bu Haji.”Iya say..hhhoohh..iya say…enak sekali mengentotimu say…hhhoohh..,”erang Rizal lirih. Bu Haji makin dipenuhi birahi nafsu.
Dengan kedua tangan mencengkeram erat pinggang Rizal ia menggerakkan pinggulnya makin liar menerima tusukan-tusukan****** Rizal dalam lobang memeknya.“Hhhhggggg….nnggghhooohhh…nnnggghhhhoohhh…,”Bu Haji makin ketat menempelkan memenya ke pangakal ****** Rizal.. Rizal merasakan tubuh Bu Haji makin hangat, dan mulai bergoyang liar tidak teratur. Rizal tahu Bu Haji sesaat lagi akan mengalami orgasme. Rizal memacu tusukan kontolnya makincepat. Ia terus memompa dan menggenjot. Lalu ia merasakan pangkal paha Bu Haji makin melebar dan mendesak ke tubuhnya. Tangan Bu Haji mencengkeram kuat pinngangnya….
“Hhhhggggghhh…nnggghhhhooohh..Zal…nnggghhhoohhh…oo oohhh…hhhggg..,” desahan sengau penuh nafsu Bu Haji tiba2 tertahan dan seketika Rizalmerasakan lobang memek Bu Hajiberdenyut-denyut cepat, dan seiring itu kontolnya merasakan siraman mani yang hangat dalam lobang memek Bu Haji. “Hhhngghhoohhh..hhhoohhh…ooohh..nnggghhhooohhh…,”B u Haji tak henti2 menjerit keenakan merasakn orgasmenya. Rizal memacu makin kuat dan.“Hhhhnggghhhoohhh…hohohh..ohhhh..,” tak lama berselang Rizalpun menghujamkan kotolnya dalam2 dan kuat dalam memek Bu Haji.
“Hhhaahh..hhhaaahhh…,”desah Rizal memuncratkan maninya dalam memek Bu Haji. Kontolnya menyemprotkan mani berkali kali.Kontolnya mengangguk-angguk dalam memek Bu Haji. Bu Haji merasakan lobang memeknya dipenuhi mani yang hangat. Ia merem-melek menikmati ****** Rizal yang berdenyut-denyut dalam lobang memeknya. Bu Haji terus merasakan gerakan pinggulnya yang belum berhenti bergerak otomatis karena orgsmenya. Ia meraih mulut Rizal dan seperti kehausan langsung menciumin dan mengulumnya liar.
Rizal membalas lumatan mulut Bu Haji. Matanya merem-melek menahan nikmatnya orgasmenya sambil tak berhenti mengulumi bibr Bu Haji.Lalu akhirnya ciuman2 mereka mulai longgar seiring makain lemahnya denyutan2 yang mereka rasakan dalam alat senggama mereka berdua. Dan akhirnya gerakan2 itu berhenti.
Bu Haji mendenguskan nafas sambil merentangkan kedua tangannya lebar2 ke kiri-kanan. Ia memalingkan wajah ke samping. Rizal melemaskan tubuhnya di atas tubuh Bu Haji. Wajahnya menelungkup di sisi leher Bu Haji.

Read more...