Showing posts with label Aku dan Dia. Show all posts
Showing posts with label Aku dan Dia. Show all posts
Monday, 29 February 2016
Aku dan Dia, Ngentot Dengan Pembantu Seperti Layaknya Pasutri
Hari ini seperti biasa aku perhatikan
istriku sedang bersiap untuk berangkat kerja, sementara aku masih
berbaring. Istriku memang harus selalu berangkat pagi, tidak seperti
pekerjaanku yang tidak mengharuskan berangkat pagi. Tidak lama kemudian
aku perhatikan dia berkata sesuatu, pamitan, dan perlahan meninggalkan
rumah.
Sementara aku bersiap kembali untuk
tidur, kembali kudengar suara orang mendekat ke arah pintu kamar. Tetapi
langsung aku teringat pasti pembantu rumah tangga kami, Lia, yang
memang mendapat perintah dari istriku untuk bersih-bersih rumah sepagi
mungkin, sebelum mengerjakan yang lain.
Lia ini baru berumur 17 tahun, dengan
tinggi badan yang termasuk pendek namun bentuk tubuhnya sintal. Aku
hanya perhatikan hal tersebut selama ini, dan tidak pernah berfikir
macam-macam sebelumnya. Tidak berapa lama dari suara langkah yang
kudengar tadi, Lia pun mulai tampak di pintu masuk, setelah mengetuk dan
meminta izin sebentar, ia pun masuk sambil membawa sapu tanpa menunggu
izin dariku. Baru pagi ini aku perhatikan pembantuku ini, not bad at
all.
Karena aku selalu tidur hanya dengan
bercelana dalam, maka aku pikir akan ganggu dia. Dengan masih pura-pura
tidur, aku menggeliat ke samping hingga selimutku pun tersingkap.
Sehingga bagian bawahku sudah tidak tertutup apapun, sementara karena
bangun tidur dan belum sempat ke WC, kemaluanku sudah mengeras sejak
tadi. Dengan sedikit mengintip, Lia berkali-kali melirik kearah celana
dalamku, yang didalamnya terdapat ‘Mr. Penny’ku yang sudah membesar dan
mengeras. Namun aku perhatikan dia masih terus mengerjakan pekerjaannya
sambil tidak menunjukkan perasaannya.
Setelah itu dia selesai dengan
pekerjaannya dan keluar dari kamar tidur. Akupun bangun ke kamar mandi
untuk buang air kecil. Seperti biasa aku lepas celana dalamku dan
kupakai handuk lalu keluar mencari sesuatu untuk minum. Kulihat Lia
masih meneruskan pekerjaannya di ruang lain, aku rebahkan diriku di sofa
depan TV ruang keluarga kami. Sejenak terlintas untuk membuat Lia lebih
dalam menguasai ‘pelajarannya’. Lalu aku berfikir, kira-kira topik apa
yang akan aku pakai, karena selama ini aku jarang sekali bicara dengan
dia.
Sambil aku perhatikan Lia yang sedang
sibuk, aku mengingat-ingat yang pernah istriku katakan soal dia.
Akhirnya aku ingat bahwa dia memiliki masalah bau badan. Dengan
tersenyum gembira aku panggil dia dan kuminta untuk berhenti melakukan
aktivitasnya sebentar.
Lia pun mendekat dan mengambil posisi
duduk di bawah. Duduknya sangat sopan, jadi tidak satupun celah untuk
melihat ‘perangkatnya’. Aku mulai saja pembicaraanku dengannya, dengan
menanyakan apakah benar dia mempunyai masalah BB. Dengan alasan tamu dan
relasiku akan banyak yang datang aku memintannya untuk lebih perhatian
dengan masalahnya.
Dia hanya mengiyakan permintaanku, dan
mulai berani mengatakan satu dua hal. Semakin baik pikirku. Masih dengan
topik yang sama, akupun mengajaknya ngobrol sejenak, dan mendapat
respon yang baik. Sementara dudukku dengan sengaja aku buat seolah tanpa
sengaja, sehingga ‘Mr. Penny’ku yang hanya tertutup handuk akan
terlihat sepenuhnya oleh Lia.
Aku perhatikan matanya berkali-kali
melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku, yang secara tidak sengaja mulai bangun.
Lalu aku tanyakan apa boleh mencium BB-nya, sebuah pertanyaan yang cukup
mengagetkannya, selain karena pertanyaan itu cukup berani, juga karena
matanya yang sedang melirik ke ‘anu’ ku. Untuk menutupi rasa malunya,
diapun hanya mengangguk membolehkan.
Aku minta dia untuk mendekat, dan dari
jarak sekian centimeter, aku mencoba mencium BBnya. Akalku mulai
berjalan, aku katakan tidak begitu jelas, maka dengan alasan pasti
sumbernya dari ketiaknya, maka aku minta dia untuk menunjukkan
ketiaknya. Sejenak dia terdiam, mungkin dipikirnya, apakah ini harus
atau tidak. Aku kembali menyadarkannya dengan memintanya kembali
memperlihatkan ketiaknya.
Melihat tatapannya aku mengerti bahwa
dia tidak tahu apa yang harus dikerjakannya untuk memenuhi permintaanku.
Maka aku dengan cepat menuntunnya agar dia tidak bingung akan apa yang
harus dilakukan. Dan aku katakan, naikkan saja baju kaosnya sehingga aku
dapat memeriksa ketiaknya, dan aku katakan jangan malu, toh tidak ada
siapapun di rumah.
Perlahan diangkatnya baju kaosnya dan
akupun bersorak gembira. Perlahan kulit putih mulusnya mulai terlihat,
dan lalu dadanya yang cukup besar tertutup BH sempit pun mulai terlihat.
‘Mr. Penny’ku langsung membesar dan mengeras penuh.
Setelah ketiaknya terlihat, akupun
memberi perhatian, kudekatkan hidungku terlihat bulu ketiaknya cukup
lebat. Setelah dekat aku hirup udara sekitar ketiak, baunya sangat
merangsang, dan akupun semakin mendekatkan hidungku sehingga menyentuh
bulu ketiaknya. Sedikit kaget, dia menjauh dan menurunkan bajunya. Lalu
aku katakan bahwa dia harus memotong bulu ketiaknya jika ingin BBnya
hilang.
Dia mengangguk dan berjanji akan
mencukurnya. Sejenak aku perhatikan wajahnya yang tampak beda, merah
padam. Aku heran kenapa, setelah aku perhatikan seksama, matanya
sesekali melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku. Ya ampun, handukku tersingkap
dan ‘Mr. Penny’ku yang membesar dan memanjang, terpampang jelas di depan
matanya. Pasti tersingkap sewaktu dia kaget tadi.
Lalu kuminta Lia kembali mendekat, dan
aku katakan bahwa ini wajar terjadi, karena aku sedang berdekatan dengan
perempuan, apalagi sedang melihat yang berada di dalam bajunya. Dengan
malu dia tertunduk. Lalu aku lanjutkan, entah pikiran dari mana,
tiba-tiba aku memuji badannya, aku katakan bahwa badannya bagus dan
putih.
Aku juga mengatakan bahwa bibirnya
bagus. Entah keberanian dari mana, aku bangun sambil memegang tangannya,
dan memintanya berdiri berhadapan. Sejenak kami berpandangan, dan aku
mulai mendekatkan bibirku pada bibirnya. Kami berciuman cukup lama dan
sangat merangsang. Aku perhatikan dia begitu bernafsu, mungkin sudah
sejak tadi pagi dia terangsang.
Tanganku yang sudah sejak tadi berada di
dadanya, kuarahkan menuju tangannya, dan menariknya menuju sofa.
Kutidurkan Lia dan menindihnya dari pinggul ke bawah, sementara tanganku
berusaha membuka bajunya. Beberapa saat nampaknya kesadaran Lia bangkit
dan melakukan perlawanan, sehingga kuhentikan sambil membuka bajunya,
dan aku kembali mencium bibirnya hingga lama sekali. Begitu Lia sudah
kembali mendesah, perlahan tangan yang sejak tadi kugunakan untuk
meremas dadanya, kuarahkan ke belakang untuk membuka kaitan BHnya.
Hingga terpampanglah buah dadanya yang berukuran cukup besar dengan
puting besar coklat muda.
Lumatan mulutku pada buah dadanya
membuatnya sudah benar-benar terangsang, sehingga dengan mudah tanganku
menuju ke arah ‘Veggy’nya yang masih bercelana dalam, sedang tanganku
yang satunya membawa tangannya untuk memegang ‘Mr. Penny’ku. Secara
otomatis tangannya meremas dan mulai naik turun pada ‘Mr. Penny’ku.
Sementara aku sibuk menaikkan roknya
hingga celana dalamnya terlihat seluruhnya. Dan dengan menyibakkan
celana dalamnya, ‘Veggy’nya yang basah dan sempit itupun sudah menjadi
mainan bagi jari-jariku. Namun tidak berapa lama, kurasakan pahanya
menjepit tanganku, dan tangannya memegang tanganku agar tidak bergerak
dan tidak meninggalkan ‘Veggy’nya. Kusadari Lia mengalami orgasme yang
pertama
Setelah mereda, kupeluk erat badannya
dan berusaha tetap merangsangnya, dan benar saja, bebrapa saat kemudian,
nampak dirinya sudah kembali bergairah, hanya saja kali ini lebih
berani. Lia membuka celana dalamnya sendiri, lalu berusaha mencari dan
memegang ‘Mr. Penny’ku. Sementara secara bergantian bibir dan buah
dadanya aku kulum.
Dan dengan tanganku, ‘Veggy’nya
kuelus-elus lagi mulai dari bulu-bulu halusnya, bibir ‘Veggy’nya, hingga
ke dalam, dan daerah sekitar lubang pantatnya. Sensasinya pasti sungguh
besar, sehingga tanpa sadar Lia menggelinjang-gelinjang keras.
Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, bibirku pindah menuju bibirnya,
sementara ‘Mr. Penny’ku ku dekatkan ke bibir ‘Veggy’nya, ku elus-elus
sebentar, lalu aku mulai selipkan pada bibir ‘Veggy’ pembantuku ini.
Sudah seperti layaknya suami dan istri,
kami seakan lupa dengan segalanya, Lia bahkan mengerang minta ‘Mr.
Penny’ku segera masuk. Karena basahnya ‘Veggy’ Lia, dengan mudah ‘Mr.
Penny’ku masuk sedikit demi sedikit. Sebagai wanita yang baru pertama
kali berhubungan badan, terasa sekali otot ‘Veggy’ Lia menegang dan
mempersulit ‘Mr. Penny’ku untuk masuk.
Dengan membuka pahanya lebih lebar dan
mendiamkan sejenak ‘Mr. Penny’ku, terasa Lia agak rileks. Ketika itu,
aku mulai memaju mundurkan ‘Mr. Penny’ku walau hanya bagian kepalanya
saja. Namun sedikit demi sedikit ‘Mr. Penny’ku masuk dan akhirnya
seluruh batangku masuk ke dalam ‘Veggy’nya. Setelah aku diamkan sejenak,
aku mulai bergerak keluar dan masuk, d`n sempat kulihat cairan berwarna
merah muda, tanda keperawanannya telah kudapatkan.
Erangan nikmat kami berdua, terdengar
sangat romantis saat itu. Lia belajar sangat cepat, dan ‘Veggy’nya
terasa meremas-remas ‘Mr. Penny’ku dengan sangat lembut. Hingga belasan
menit kami bersetubuh dengan gaya yang sama, karena ku pikir nanti saja
mengajarkannya gaya lain. ‘Mr. Penny’ku sudan berdenyut-denyut tanda tak
lama lagi aku akan ejakulasi. Aku tanyakan pada Lia, apakah dia juga
sudah hampir orgasme.
Lia mengangguk pelan sambil terrsenyum.
Dengan aba-aba dari ku, aku mengajaknya untuk orgasme bersama. Lia
semakin keras mengelinjang, hingga akhinya aku katakan kita keluar
sama-sama. Beberapa saat kemudian aku rasakan air maniku muncrat dengan
derasnya didalam ‘Veggy’nya yang juga menegang karena orgasme. Lia
memeluk badanku dengan erat, lupa bahwa aku adalah majikannya, dan
akupun melupakan bahwa Lia adalah pembantuku, aku memeluk dan menciumnya
dengan erat.
Dengan muka sedikit malu, Lia tetap
tertidur disampingku di sofa tersebut. Kuperhatikan dengan lega tidak
ada penyesalan di wajahnya, tetapi kulihat kepuasan. Aku katakan padanya
bahwa permainannya sungguh hebat, dan mengajaknya untuk mengulang jika
dia mau, dan dijawab dengan anggukkan kecil dan senyum. Sejak saat itu,
kami sering melakukan jika istriku sedang tidak ada. Di kamar tidurku,
kamar tidurnya, kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dapur, garasi,
bahkan dalam mobil.
Lia ikut bersama kami hingga tahunan,
sampai suatu saat dia dipanggil oleh orang tuanya untuk dikawinkan. Ia
dan aku saling melepas dengan berat hati. Namun sekali waktu Lia datang
kerumahku untuk khusus bertemu denganku, setelah sebelumnya menelponku
untuk janjian.
Anak satu-satunyapun menurutnya adalah anakku, karena suaminya mandul. Tapi tidak ada yang pernah tahu.
Showing posts with label Aku dan Dia. Show all posts
Showing posts with label Aku dan Dia. Show all posts
Aku dan Dia, Ngentot Dengan Pembantu Seperti Layaknya Pasutri
Aku dan Dia, Ngentot Dengan Pembantu Seperti Layaknya Pasutri
Hari ini seperti biasa aku perhatikan
istriku sedang bersiap untuk berangkat kerja, sementara aku masih
berbaring. Istriku memang harus selalu berangkat pagi, tidak seperti
pekerjaanku yang tidak mengharuskan berangkat pagi. Tidak lama kemudian
aku perhatikan dia berkata sesuatu, pamitan, dan perlahan meninggalkan
rumah.
Sementara aku bersiap kembali untuk
tidur, kembali kudengar suara orang mendekat ke arah pintu kamar. Tetapi
langsung aku teringat pasti pembantu rumah tangga kami, Lia, yang
memang mendapat perintah dari istriku untuk bersih-bersih rumah sepagi
mungkin, sebelum mengerjakan yang lain.
Lia ini baru berumur 17 tahun, dengan
tinggi badan yang termasuk pendek namun bentuk tubuhnya sintal. Aku
hanya perhatikan hal tersebut selama ini, dan tidak pernah berfikir
macam-macam sebelumnya. Tidak berapa lama dari suara langkah yang
kudengar tadi, Lia pun mulai tampak di pintu masuk, setelah mengetuk dan
meminta izin sebentar, ia pun masuk sambil membawa sapu tanpa menunggu
izin dariku. Baru pagi ini aku perhatikan pembantuku ini, not bad at
all.
Karena aku selalu tidur hanya dengan
bercelana dalam, maka aku pikir akan ganggu dia. Dengan masih pura-pura
tidur, aku menggeliat ke samping hingga selimutku pun tersingkap.
Sehingga bagian bawahku sudah tidak tertutup apapun, sementara karena
bangun tidur dan belum sempat ke WC, kemaluanku sudah mengeras sejak
tadi. Dengan sedikit mengintip, Lia berkali-kali melirik kearah celana
dalamku, yang didalamnya terdapat ‘Mr. Penny’ku yang sudah membesar dan
mengeras. Namun aku perhatikan dia masih terus mengerjakan pekerjaannya
sambil tidak menunjukkan perasaannya.
Setelah itu dia selesai dengan
pekerjaannya dan keluar dari kamar tidur. Akupun bangun ke kamar mandi
untuk buang air kecil. Seperti biasa aku lepas celana dalamku dan
kupakai handuk lalu keluar mencari sesuatu untuk minum. Kulihat Lia
masih meneruskan pekerjaannya di ruang lain, aku rebahkan diriku di sofa
depan TV ruang keluarga kami. Sejenak terlintas untuk membuat Lia lebih
dalam menguasai ‘pelajarannya’. Lalu aku berfikir, kira-kira topik apa
yang akan aku pakai, karena selama ini aku jarang sekali bicara dengan
dia.
Sambil aku perhatikan Lia yang sedang
sibuk, aku mengingat-ingat yang pernah istriku katakan soal dia.
Akhirnya aku ingat bahwa dia memiliki masalah bau badan. Dengan
tersenyum gembira aku panggil dia dan kuminta untuk berhenti melakukan
aktivitasnya sebentar.
Lia pun mendekat dan mengambil posisi
duduk di bawah. Duduknya sangat sopan, jadi tidak satupun celah untuk
melihat ‘perangkatnya’. Aku mulai saja pembicaraanku dengannya, dengan
menanyakan apakah benar dia mempunyai masalah BB. Dengan alasan tamu dan
relasiku akan banyak yang datang aku memintannya untuk lebih perhatian
dengan masalahnya.
Dia hanya mengiyakan permintaanku, dan
mulai berani mengatakan satu dua hal. Semakin baik pikirku. Masih dengan
topik yang sama, akupun mengajaknya ngobrol sejenak, dan mendapat
respon yang baik. Sementara dudukku dengan sengaja aku buat seolah tanpa
sengaja, sehingga ‘Mr. Penny’ku yang hanya tertutup handuk akan
terlihat sepenuhnya oleh Lia.
Aku perhatikan matanya berkali-kali
melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku, yang secara tidak sengaja mulai bangun.
Lalu aku tanyakan apa boleh mencium BB-nya, sebuah pertanyaan yang cukup
mengagetkannya, selain karena pertanyaan itu cukup berani, juga karena
matanya yang sedang melirik ke ‘anu’ ku. Untuk menutupi rasa malunya,
diapun hanya mengangguk membolehkan.
Aku minta dia untuk mendekat, dan dari
jarak sekian centimeter, aku mencoba mencium BBnya. Akalku mulai
berjalan, aku katakan tidak begitu jelas, maka dengan alasan pasti
sumbernya dari ketiaknya, maka aku minta dia untuk menunjukkan
ketiaknya. Sejenak dia terdiam, mungkin dipikirnya, apakah ini harus
atau tidak. Aku kembali menyadarkannya dengan memintanya kembali
memperlihatkan ketiaknya.
Melihat tatapannya aku mengerti bahwa
dia tidak tahu apa yang harus dikerjakannya untuk memenuhi permintaanku.
Maka aku dengan cepat menuntunnya agar dia tidak bingung akan apa yang
harus dilakukan. Dan aku katakan, naikkan saja baju kaosnya sehingga aku
dapat memeriksa ketiaknya, dan aku katakan jangan malu, toh tidak ada
siapapun di rumah.
Perlahan diangkatnya baju kaosnya dan
akupun bersorak gembira. Perlahan kulit putih mulusnya mulai terlihat,
dan lalu dadanya yang cukup besar tertutup BH sempit pun mulai terlihat.
‘Mr. Penny’ku langsung membesar dan mengeras penuh.
Setelah ketiaknya terlihat, akupun
memberi perhatian, kudekatkan hidungku terlihat bulu ketiaknya cukup
lebat. Setelah dekat aku hirup udara sekitar ketiak, baunya sangat
merangsang, dan akupun semakin mendekatkan hidungku sehingga menyentuh
bulu ketiaknya. Sedikit kaget, dia menjauh dan menurunkan bajunya. Lalu
aku katakan bahwa dia harus memotong bulu ketiaknya jika ingin BBnya
hilang.
Dia mengangguk dan berjanji akan
mencukurnya. Sejenak aku perhatikan wajahnya yang tampak beda, merah
padam. Aku heran kenapa, setelah aku perhatikan seksama, matanya
sesekali melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku. Ya ampun, handukku tersingkap
dan ‘Mr. Penny’ku yang membesar dan memanjang, terpampang jelas di depan
matanya. Pasti tersingkap sewaktu dia kaget tadi.
Lalu kuminta Lia kembali mendekat, dan
aku katakan bahwa ini wajar terjadi, karena aku sedang berdekatan dengan
perempuan, apalagi sedang melihat yang berada di dalam bajunya. Dengan
malu dia tertunduk. Lalu aku lanjutkan, entah pikiran dari mana,
tiba-tiba aku memuji badannya, aku katakan bahwa badannya bagus dan
putih.
Aku juga mengatakan bahwa bibirnya
bagus. Entah keberanian dari mana, aku bangun sambil memegang tangannya,
dan memintanya berdiri berhadapan. Sejenak kami berpandangan, dan aku
mulai mendekatkan bibirku pada bibirnya. Kami berciuman cukup lama dan
sangat merangsang. Aku perhatikan dia begitu bernafsu, mungkin sudah
sejak tadi pagi dia terangsang.
Tanganku yang sudah sejak tadi berada di
dadanya, kuarahkan menuju tangannya, dan menariknya menuju sofa.
Kutidurkan Lia dan menindihnya dari pinggul ke bawah, sementara tanganku
berusaha membuka bajunya. Beberapa saat nampaknya kesadaran Lia bangkit
dan melakukan perlawanan, sehingga kuhentikan sambil membuka bajunya,
dan aku kembali mencium bibirnya hingga lama sekali. Begitu Lia sudah
kembali mendesah, perlahan tangan yang sejak tadi kugunakan untuk
meremas dadanya, kuarahkan ke belakang untuk membuka kaitan BHnya.
Hingga terpampanglah buah dadanya yang berukuran cukup besar dengan
puting besar coklat muda.
Lumatan mulutku pada buah dadanya
membuatnya sudah benar-benar terangsang, sehingga dengan mudah tanganku
menuju ke arah ‘Veggy’nya yang masih bercelana dalam, sedang tanganku
yang satunya membawa tangannya untuk memegang ‘Mr. Penny’ku. Secara
otomatis tangannya meremas dan mulai naik turun pada ‘Mr. Penny’ku.
Sementara aku sibuk menaikkan roknya
hingga celana dalamnya terlihat seluruhnya. Dan dengan menyibakkan
celana dalamnya, ‘Veggy’nya yang basah dan sempit itupun sudah menjadi
mainan bagi jari-jariku. Namun tidak berapa lama, kurasakan pahanya
menjepit tanganku, dan tangannya memegang tanganku agar tidak bergerak
dan tidak meninggalkan ‘Veggy’nya. Kusadari Lia mengalami orgasme yang
pertama
Setelah mereda, kupeluk erat badannya
dan berusaha tetap merangsangnya, dan benar saja, bebrapa saat kemudian,
nampak dirinya sudah kembali bergairah, hanya saja kali ini lebih
berani. Lia membuka celana dalamnya sendiri, lalu berusaha mencari dan
memegang ‘Mr. Penny’ku. Sementara secara bergantian bibir dan buah
dadanya aku kulum.
Dan dengan tanganku, ‘Veggy’nya
kuelus-elus lagi mulai dari bulu-bulu halusnya, bibir ‘Veggy’nya, hingga
ke dalam, dan daerah sekitar lubang pantatnya. Sensasinya pasti sungguh
besar, sehingga tanpa sadar Lia menggelinjang-gelinjang keras.
Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, bibirku pindah menuju bibirnya,
sementara ‘Mr. Penny’ku ku dekatkan ke bibir ‘Veggy’nya, ku elus-elus
sebentar, lalu aku mulai selipkan pada bibir ‘Veggy’ pembantuku ini.
Sudah seperti layaknya suami dan istri,
kami seakan lupa dengan segalanya, Lia bahkan mengerang minta ‘Mr.
Penny’ku segera masuk. Karena basahnya ‘Veggy’ Lia, dengan mudah ‘Mr.
Penny’ku masuk sedikit demi sedikit. Sebagai wanita yang baru pertama
kali berhubungan badan, terasa sekali otot ‘Veggy’ Lia menegang dan
mempersulit ‘Mr. Penny’ku untuk masuk.
Dengan membuka pahanya lebih lebar dan
mendiamkan sejenak ‘Mr. Penny’ku, terasa Lia agak rileks. Ketika itu,
aku mulai memaju mundurkan ‘Mr. Penny’ku walau hanya bagian kepalanya
saja. Namun sedikit demi sedikit ‘Mr. Penny’ku masuk dan akhirnya
seluruh batangku masuk ke dalam ‘Veggy’nya. Setelah aku diamkan sejenak,
aku mulai bergerak keluar dan masuk, d`n sempat kulihat cairan berwarna
merah muda, tanda keperawanannya telah kudapatkan.
Erangan nikmat kami berdua, terdengar
sangat romantis saat itu. Lia belajar sangat cepat, dan ‘Veggy’nya
terasa meremas-remas ‘Mr. Penny’ku dengan sangat lembut. Hingga belasan
menit kami bersetubuh dengan gaya yang sama, karena ku pikir nanti saja
mengajarkannya gaya lain. ‘Mr. Penny’ku sudan berdenyut-denyut tanda tak
lama lagi aku akan ejakulasi. Aku tanyakan pada Lia, apakah dia juga
sudah hampir orgasme.
Lia mengangguk pelan sambil terrsenyum.
Dengan aba-aba dari ku, aku mengajaknya untuk orgasme bersama. Lia
semakin keras mengelinjang, hingga akhinya aku katakan kita keluar
sama-sama. Beberapa saat kemudian aku rasakan air maniku muncrat dengan
derasnya didalam ‘Veggy’nya yang juga menegang karena orgasme. Lia
memeluk badanku dengan erat, lupa bahwa aku adalah majikannya, dan
akupun melupakan bahwa Lia adalah pembantuku, aku memeluk dan menciumnya
dengan erat.
Dengan muka sedikit malu, Lia tetap
tertidur disampingku di sofa tersebut. Kuperhatikan dengan lega tidak
ada penyesalan di wajahnya, tetapi kulihat kepuasan. Aku katakan padanya
bahwa permainannya sungguh hebat, dan mengajaknya untuk mengulang jika
dia mau, dan dijawab dengan anggukkan kecil dan senyum. Sejak saat itu,
kami sering melakukan jika istriku sedang tidak ada. Di kamar tidurku,
kamar tidurnya, kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dapur, garasi,
bahkan dalam mobil.
Lia ikut bersama kami hingga tahunan,
sampai suatu saat dia dipanggil oleh orang tuanya untuk dikawinkan. Ia
dan aku saling melepas dengan berat hati. Namun sekali waktu Lia datang
kerumahku untuk khusus bertemu denganku, setelah sebelumnya menelponku
untuk janjian.
Anak satu-satunyapun menurutnya adalah anakku, karena suaminya mandul. Tapi tidak ada yang pernah tahu.
Read more...