Showing posts with label cerita dewasa. Show all posts
Showing posts with label cerita dewasa. Show all posts
Wednesday, 24 February 2016
Dokter Cabul Entot Ibu dan Anaknya
20:02:00
cerita dewasa
ini kisah yang terjadi di desa Kolesabano, sebuah desa kecil yang agak
terpencil. Akses jalanannya tidak seperti di Jakarta sudah aspal
semuanya, di sana masih tanah liat dan batu.
Orang-orangnya sederhana dan lugu. Kalau pagi mereka selalu saling
menyapa dan murah senyum. Rasa gotong royong pun masih kental disini.
Mereka bermatapencaharian sebagai petani. Disana ada sawah dan ladang.
Kebun buah-buahan pun ada banyak disini. kalau mau makan tinggal petik.
Disana tidak ada sekolah, orang tidak bisa mengenyam pendiidikan. Jadi
kalau ada orang pintar disini, mereka puja seperti dewa. Dr. Prasetyo
adalah seorang dokter umum yang dikirim kesana untuk melayani masyarakat
disana. Apa yang dikatakan olehnya pasti didengarkan dan dituruti,
misalnya saja seorang dokter. Jangan dokter, lulusan SD saja mereka
posisikan di atas mereka.
Suatu hari di ruang praktek Dr. Pras yang sederhana seorang ibu paruh
baya sedang berkonsultasi dengannya mengenai kondisi buah hatinya.
Cahaya pagi yang menembus jendela kayu menunjukkan kekhawatiran di raut
wajahnya. Alisnya tak henti-hentinya mengernyit setiap kali ia
menceritakan keadaan anak perempuannya yang memakai jilbab warna biru
sama seperti yang sedang dikenakannya. Pundak anaknya dipegani seperti
seorang ibu yang takut anaknya akan lenyap kalau dilepas.
“Dok, anak saya kayaknya kurang sehat beberapa hari ini.”
“Oh..gimana kondisinya apakah batuk-batuk?”
“Ya sedikit, nafsu makannya berkurang dok.”
Dr. Pras mengangguk-angguk.
“Nama kamu siapa,dik?”
“Fitri, dok.”
“Sudah berapa lamu kamu sakit?”
“3 hari dok…gak sembuh-sembuh…dah minum teh manis.”
“Pusing-pusing gak?”
“Gak, dok.”
“Sebelumnya ada makan apa, gak?”
“Makan biasa aja dok..”
“Ada jajan?”
“Paling gulali.”
“Hmm….”
Dr. Pras tampak sedang berpkiri untuk menganalisa kondisi Fitri.
“Ya udah kamu naik ke ranjang periksa yah…dokter periksa”
“Iya dok…”
Fitri berjalan ke ranjang periksa yang tak jauh dari situ, ia menaiki
tangga kecil hingga ia bisa sampai ke atas ranjang dan tiduran.
“Di angkat ya bajunya, biar dokter bisa periksa pakai stetoskop.”
Fitri mengangguk dan menarik ke atas bajunya sehingga payudaranya yang
masih mengkal kelihatan.
Dr. Pras mulai menggunakan stetoskopnya dan mencoba mendegar detak
jantungnya. Stetoskop itu di letakkan di dada dan dipindah-pindahkan di
sekitar situ. Kadang ditaruh di atas putingnya Fitri.
“Dingin dok…,” komentar Fitri.
“Tahan dikit ya…”
Saat Dr. Pras memindahkan stetoskopnya, saat diangkat kadang
pinggirannya menyenggol ujung puting Fitri. Entah sengaja atau tidak,
jari kelingkingnya kadang juga menoel putingnya. Si ibu tidak bisa
melihat yang dilakukan Dr. Pras sebab ia berada di belakangnya.
Fitri merasakan sesuatu yang aneh, dan pipinya berubah memerah. Tanpa
disadari puting coklatnya menjadi mengeras mencuat. Kalau tertoel lagi,
kakinya langsung mengapit seperti menahan sesuatu di bagian bawah situ.
“MMmm…untuk pemeriksaan selanjutnya ibu tunggu di bangku yah, saya harus
melakukan tes.”
“Iya dok.”
Dr. Pras menarik gorden yang mengelilingi ranjang periksa. Ibu Fitri
tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi di dalam.
2 menit tidak ada apa-apa. Namun setelah agak lama si ibu mulai
mendengar suara-suara aneh dari dalam. Seperti anaknya sedang
melenguh-lenguh…”Ah..ahh…ahhhh…”
Merasakan firasat buruk ia bangkit menyibak gordennya. Betapa
terkejutnya saat ia melihat CD putrinya sudah turun setengah paha dan
tangan Dr. Pras sudah berada di kemaluan putrinya. Saking kagetnya si
ibu sampai tidak bisa bicara apa-apa.
“A..a..a”
“Ibu! apa yang sedang ibu lakukan, saya sedang di tengah pemeriksaan.”
Si ibu tiba-tiba merasa bersalah, apakah benar ia sedang mengganggu
jalannya pemeriksaan anaknya? Pikiran akal sehatnya seperti sedang
terpecah saking syoknya.
“Tunggu disitu yah.”
Lalu si dokter menutup lagi gordennya.
Tak lama suara lenguhan terdengar lag, “Mmmhh ahh.ah..ah…”.
Si ibu menjadi ragu-ragu apakah sebaiknya ia membuka gorden itu atau
dibiarkan saja. Tapi Lama-kelamaan bukan cuma suara putrinya, kini ia
mendengar suara si dokter, “Mmhh…shh…ahh..yah..dihisap…biar lekas
sembuh.”
Si ibu semakin khawatir. Akhrinya dia sibak lagi gordennya.
Kali kagetnya menjadi-jadi, sebab burungnya si dokter sudah keluar dari
celananya dan ada di dalam mulut anaknya.
“Dokter! Dokter…lagi apa…?” dengan nada agak histeris.
Si ibu tidak mempercayai penglihatannya.
“Aduh ibu ini lagi-lagi mengganggu,” Tukas Dr. Pras kesal, “Saya sudah
analisa, anak ibu terkena penyakit Vibilio Facumacis, obatnya adalah ia
harus dibikin orgasme dan menelan sperma. Kalau ibu ganggu terus, gak
selesai loh ini. Saya gak tanggung kalau penyakitnya bertambah parah.”
“Ii..iya..tapi dok….”
“Hhhhhh…,” Si dokter menghela nafas panjangsambil geleng-geleng. “Ya
sudah ibu bantu deh, ibu colok-colok kemaluan anak ibu untuk membangun
kekebalan tubuhnya.”
Si ibu terdiam dan ragu-ragu.
“Ayo sini…bantu saja…gak apa-apa…daripada ganggu terus..gak
selesai-selesai.”
“Ii..iya…”
Si ibu berjalan mendekati tempat tidur periksa. Dr. Prasetyo
membelakangi si ibu itu lalu ia meraih tangannya dan meletakkan di
kemaluan putrinya.
“Nah…sekarang keluar masukin jarinya di lubangya yah…”
“Iii…iya dok…”
Si ibu pun mulai memasturbasi anaknya. Fitri langsung memejamkan mata
dan melenguh-lenguh kecil, “Aah..ah…ah…”
Dr Prasetyo tiba-tiba menarik ke atas gamis si ibu. Tentu saja
perbuatannya membuat si ibu kaget.
“Dokter ngapain lagi?!”
“Ibu juga perlu dibangun kekebalannya, kalau gak penyakit ini akan
menular. Jadi kemaluan ibu juga harus dimainin.”
“Yang bener dok…”
“Ya bener, siapa disini dokternya?”
Si ibu kebingungan.
“Ii..iya…”
“Jangan khawatir saya tidak akan sentuh ibu, kalau itu yang ibu
khawatirkan, Fitri yang akan bantu prosesnya.”
“Maksudnya…?”
“Fitri yang akan gituin ibu..ngerti kan…”
“Hah?”
“Sudah ibu tenang aja, nurut aja kalau mau sembuh yah.”
Dr. Prasetyo lalu membungkuk dan memberikan penjelasan kepada Fitri.
“Fitri supaya ibumu gak ketularan kamu keluar masukin jari kamu di
lubangnya ibu yah…kayak yang diakukan ibu ke kamu..ok”
“Iya dok…”
“Pinter,” ujar Dr. Pras menepuk-nepuk kepala Fitri.
Dr. Pras bangkit lagi, “Nah ibu..siap ya…saya angkat gamisnya yah…biar
Fitri bisa masturbasiin ibu untuk cegah penyakit.”
“II..iya dok…”
Dr. Pras pun mengankat gamis si ibu hingga seperut dan menarik turun CD
putihnya. Si ibu membantu memegangi kain gamisnya agar jangan jatuh. Dr.
Pras sempat menelan ludah saat ia melihat paha si ibu yang semok. Gak
kurus, tapi berisi.
“Nah Fitri, sekarang tangannya yuk…”
Fitri mengulurkan tangannya dan menjamah kemaluan ibunya. Jari
tengahnnya dimasukkan ke dalam lubang ibunya perlahan, lalu ditarik
lagi.
“UUuhh…”
Si ibu langsung memejamkan matanya dan melenguh keenakan.
“Bu maafin Fitri ya, gara-gara Fitri sakit, ibu bisa ketularan juga.”
Si ibu buru-buru membungkukkan badannya dan mengelus kepala putrinya
“Sudah kamu gak perlu pikiran itu, yang penting sekarang Fitri keluar
masukin jari lubang di lubang ibu, dan ibu colok-colok lubang Fitri
yah..biar kita sama-sama sehat,” ujar si ibu menenangkan anaknya.
Fitri mengangguk tersenyum.
“Nah sekarang Fitri buka mulutnya AAaaa,” perintah Dr. Pras. Fitri
menurut.
Dr Pras kembali mengarahkan penisnya ke mulut Fitri dan memasukkannya ke
dalam.
“Nah, sekarang kulum batang Dokter ya…obatnya ada di dalamnya mesti
dikeluarin, Ok”
“Ngg..” Fitri mengiyakan dengan mulut yang tersumpal batang Dr. Pras.
Dr Pras lalu memaju mundurkan pinggulnya, menikmati batangnya disepong
Fitri. Ia tarik lagi ke atas bajunya Fitri, agar ia bisa melihat jelas
kedua putingnya. Tngan kanannya bergerak, menjamah dan remas-remas
lembut dada Fitri. Sesekali ia pelintir-pelintir putingnya.
“Ngghh…nghh..,” responnya.
Sementara itu tangan kirinya digunakan untuk menahan kepala Fitri yang
berjilbab agar ia bisa bersenggama di mulutnya.
Nafas si ibu lama kelamaan berubah menjadi tak beraturan. Gerakan
jarinya di lubang putrinya pun berubah menjadi semakin cepat.
“Mmhmhh..nghhh..nghh…,” lenguh Fitri
Jari Fitri pun juga ikut-ikutan menusuk-nusuk vagina ibunya dengan
cepat. Jari mungi itu kelihatan sudah menjadi basah. Cairan bening ada
yang mulai turun mengalir dari lubang vagina si ibu ke pahanya.
“Dok…remas dada saya juga dok…plis…” pinta si ibu
Dr. Pras senang mendengar permintaan si ibu.
“Di buka donk bajunya.”
SI ibu menurut dan melepaskan bajunya dan dijatuhkan ke tanah. Kini ia
bertelanjang dada dan hanya mengenakan BH saja. Dr Pras berdecak kagum
melihat payudara si ibu yang besar.
“BH-nya…di lepas juga….,” pinta Dr. Pras dengan suara bergetar.
Tanpa berpikir panjang si ibu melepaskan pengait depan BHnya dan
meloloskannya talinya dari pundaknya. Lalu ia jatuhkan ke lantai.
Dr. Pras jadi bernafsu banget ngeliat payudara si ibu yang mantap. Ia
pun menangkupnya dari belakang punggung, melewati bawah tangannya, serta
memainkan buah dada yang kenyal itu.
Fitri baru kali ini ngeliat ibunya buka-bukaan seperti itu, dan baru
pertama ngeliat seroang pria cemek-cemek dada ibunya. Darahnya berdesir.
Jantungnya berdegup keras. Semuanya serba baru baginya.
Si Ibu pun mulai menggapai buah zakar Dr. Pras dan mengelus-elusnya.
“AAhh…” Dr. PRas merasakan kehangatan di pelernya..
“Ahh….gak kuat….ahh…keluar…keluar…”
Dr. Pras memegang kepala Fitri dengan kedua tangannya dan memaju
mundurkan batangnya di mulut Fitri. dengan cepat. Kumpulan sperma itu
tak lama lagi akan meledak di rongga mulut gadis mungil ini.
“Ke..luaaar….aaahhh ahh….”
CROT CROOT CROTT CROT CRET CRET!
“Ahhh….”
Dr. Pras merasakan kelegaan luar biasa. Lalu ia mencabutnya dari mulut
Fitri.
“Ditelan yah Fitri…itu obatnya…”
Fitri mengangguk. Ia teguk cairan Dr. Pras. Otot lehernya tampak
berkontraksi.
“PInter…”
“Dokter kasih sesuatu buat kamu yah…”
“Apa tuh?”
Dr. Pras mendekatkan wajahnya ke wajah Fitri. Keduanya saling memandang.
Lalu Dr. Pras mencium Fitri dan menghisap-hisap bibir atas dan
bawahnya.
Si ibu membelalak… melihat Dr. Pras mencumbu putrinya dan Fitri tampak
menyukai setiap deitknya.
“Dokter apakah itu juga termasuk pengobatannya?”
Dr. Pras menegakkan tubuhnya.
“Iyah…sudah pasti dan…sekarang ibu jilat vaginanya Fitri, ya”
“Lho kenapa?”
“Iya…karena saliva ibu bisa menjadi bahan tambahan yang menguatkan
kekebalan Fitri, seperti vitamin. Jadi jangan lupa, nanti sambil
dijilat, juga diludahin sedikit yah.”
“Gitu ya dok..?”
“Iyah…”
Si ibu memandang anaknya dengan penuh kasih sayang.
“Ibu jilat yah, nak..”
Fitri mengangguk.
“Iya, bu terima kasih ya.”
Si ibu tersenyum dan mengelus kepala anaknya. Lalu ia mendekatkan
wajahnya ke alat kelamin putrinya. Di buka sedikit bibir vaginanya,
diludahi lalu ia mulai menjilat-jilat belahan vaginanya.
“AAhh…ahhh…ahh….enak bu…”
Fitri yang sedang keenakan sudah lupa untuk memasturbasi ibunya. Dr.
Pras tidak ingin membiarkan lubang vagina si ibu mubazir.
Dr. Pras pun menarik turun gamis roknya, dan ia bisa melihat gundukan
yang terbelah dari arah belakang. Ia lalu mengarahkan batangnya ke
lubang si ibu. kebetulan posisinya sudah siap untuk di doggy. Tanpa
meminta izin lagi, Ia langsung mendorong masuk batangnya ke dalam lubang
si ibu yang sudah basah.
“OOhhh…Dr. Praz…” Sebentar ia melihat ke belakang, kemudian ia mulai
merasakan kenikmtan hujaman-hujaman tusukan batang si dokter. “Astaga
enaknya….” Lalu ia lanjut lagi mengoral anaknya di atas ranjang periksa.
Fitri yang baru kali ini mengalami rasanya di oral, tidak dapat
membendung cairannya untuk keluar.
“Bu…mau pipis…”
“Pipis aja Fitri biar kamu sehat…”
“Ahh..ahh..ahh…ibu…duh..gak tahan lagi….KYA!” Fitri menjerit histeris,
saat ia mencapai orgasme. Kakinya mendorng pantatnya sampai ke udara,
dan vaginanya menyemprotan cairan hingga keluar.
Si ibu buru-buru berpindah untuk melihat wajah putrinya.
“Ahh..ahh..dah keluar nak?”
Dia menanyakan keadaan Fitri selagi sedang disodok sama Dr. Praz dari
belakang.
Fitri bisa meihat dari dekat, wajah ibunya yang sedang sangat keenakan.
Tubuhnya bergerak-gerak maju mundur, demikian juga buah dadanya.
“Ibu lagi diapain? lagi diobati juga yah?”
“Mmhh ahh ahh.. iya nak..”
“Fitri juga mau…diobati yang seperti ibu…”
Si ibu terkejut mendengar permintaan Fitri…
“Fitri….Fitri masih kecil..ahh ahh..ahh. Belum boleh diobati seperti
ini.”
Sementara itu dari belakang mempercepat memompa tubuh si ibu.
“Ahh…ahh..ahh..ahhh…”
Alis si ibu mengernyit menahan kenikmatan yang semakin memuncak.
“Tapi Fitri mau….,” ucapnya menelan ludah melihat Dr. Praz menyetubuhi
ibunya. Walaupun ia belum tahu itu namanya.
Di dalam keadan birahi yang sangat, pikiran si ibu tampaknya semakin
tertutup. Bahkan ia mulai merasa birahi terhadap putirnya. Ia menggapai
lagi kemaluan Fitri. Ia colok-colok lagi dengan satu jari.
Fitri agak mengangkat kepalanya untuk melihat apa yang ibunya lakukan di
bawah situ. Ia diam saja membiarkan perbuatan ibunya. Sensai nikmat
mulai menjalar dari alat kelaminnya. Kemudian dari satu jari berubah
jadi dua jari.
“Ohh…oh…yeaaahhh…”
Tapi saat jari ketiga masuk…raut wajah Fitri berubah kesakitan.
“Aw sakit bu..udah..buat keluarin jarinya…sakit…”
“Tahan nak…tahan…biar ibu yang ambil keperawanan kamu yah…”
Fitri bangkit dari tidurnya dan mencoba mencabut jari ibunya dari
guanya.
“Sakit bu…”
“Tahan nakk..entar jadi enak lagi..”
Si ibu menidurkan lagi putrinya, kemudian ia jilat-jilat putingnya agar
ia merasa lebih nyaman.
“Owwh…shh…kit…”
Sedikit demi sedikit membran keperawanan Ftri pun robek oleh jemari
ibunya.
“AAhh sakit….”
Perlahan rasa sakit itu berubah menjadi enak.
“Mmhhh ahh…ahh…shh….”
Ketiga jari si ibu pun berbalur darah keperawan Fitri dan cairan
kewanitaannya.
Tiba-tiba hentakan keras penis Dr. Praz menyentuh batas klimaksnya,
sehingga si ibu kelojotoan mencapai orgasme.
“Aahhhh…sampai….”
Ia mendorong Dr. Praz agar mencabut penisnya dari lubangnya.
“Saya nanggung bu,” keluh Dr. Pras.
Tanpa menanggapinya, si ibu menyuruh Fitri bangun. Fitri menuruti
perintah ibunya dan ia duduk di pinggir ranjang periksa.
Si ibu berbalik badan dan naik duduk di sebelahnya.
“Fitri duduk di pangkuan ibu yuk.”
“Iyah.”
“Lepas tuh CDnya.”
“Iya bu.”
Setelah itu Fitri berpindah posisi duduk di atas paha ibunya. Kedua
kakinya berada disisi luar kaki ibunya. Vaginanya jadi agak terbuka.
Setelah itu ibunya membuka lebar kedua pahanya, sehingga kedua paha
Fitri juga turut terbuka lebar, mempertontonkan lubang senggamanya.
“Kamu mau diobati Dr. Pras seperti tadi kan?”
Fitri memandang batang Dr. Pras yang mengacung dan gak bergerak-gerak
dikit. Ia menunduk, lalu mengangguk.
Si ibu memandang ke Dr. Pras, “Tolong obati anak saya juga, dok. Pakai
cara yang tadi”
Dada Dr. Pras bergemuruh melihat posisi ibu dan anak itu. Mereka berdua
masih memakai jilbab. Si ibu sudah tidak berpakaian, Fitri masih lengkap
berpakaian, tetapi semuanya sudah disibak.
“Eh..iyah…sebelumnya kalan berdua ciuman dulu biar saliva kalian
bercampur di mulut agar bakteri kumannya mati. Si ibu merendahkan
kepalanya dan Fitri mengadahkan kepalanya ke atas menyamping. Bibir
mereka bersentuhan, lalu si ibu melumat bibir putrinya. Ludahnya
dipindahkan ke mulut Fitri, kemudia dengan lidahnya ia
mengaduk-ngaduknya di dalam.
Dr. Praz benar-benar terangsang oleh keduanya, ia pun mendekat sambil
mengocok titinya. Ia naik ke anak tangga agar batangnya bisa sejajr
dengan lubang Fitri. Lalu Blezzzz!
Fitri membelalak saat merasakan sebuah benda besar yang panjang
menerobos masuk lubang senggamanya.
Ibunya saja merasa Dr. Pras gede banget, apalagi anaknya.
Dr. Pras tidak bisa leluasa mengeluar masukkan batangnya, sebab seret
banget, meskipun lubang Fitri sudah distimulasi sejak tadi dan basah
licin.
Batang Dr. Pras benar-benar tidak bisa masuk penuh, meskipun sudah
berusaha didorong. Dr. Pras sampai menganga mulutnya, karena jepitannya
luar biasa banget. ia yakin pertahannya tidak akan bisa lama dengan
keadaan seperti ini. Ia pun mulai memajumundurkan pantatnya dan
bersetubuh dengan Fitri.
“Ahh…aahh….shhh…ahhh…”
Kenikamtan yang sama pun juga dirasakan Fitri. Lubangnya terasa penuh.
Setiap sensor di kemaluannya mendapatkan gesekan penuh dari bendanya Dr.
Pras. Apalagi ini pengalaman pertamanya.
“Dr…dr…dr…Praz….shhh…ahh..”
Si ibu pun membuat anaknya makin gak kuasa menahan nikmatnya seks.
Tangannya meraba-raba dan memainkan buah dadanya. Fitri sudah
benar-benar pasrah ia bisa meraskan gelombang klimaks bentar lagi
datang. Sesaat ia hendak mencapai orgasme, tiba-tiba…
“AKh…keluar.! Dr. keluar!”
Fitri bisa merasakan cairan panas menyembur di lubangnya. Di saat itu
juga ia mencapai orgasme. Srrr…Sr…srrr….srr..
“Dr. Aku pipis lagi….”
“Ya bagus itu…”
Keduanya mencapai klimaks bersamaan.
Tak berapa lama setelah itu, kedua nya berpakaian lagi yang lengkap.
Mereka kembali ke meja.
“Ok…kalian berdua sudah diberi obat dan disuntik kekebalan, kalau masih
belum sembuh datang lagi untuk diadakan pemeriksaan.”
“Baik, dok, terima kasih ya. Ayo Fitri bilang apa ke Dr.”
“Terima kasih dok.”
“Iya…lekas sembuh ya…”
“Ngg!..iya”
Ternyata beberapa hari kemudian Fitri telah kembali menjadi sehat.
Kehebatan pengobatan Dr. Prasetyo pun semakin terkenal di antara para
wanita.
Sementara untuk si ibu itu dan anaknya, mereka berdua pun jadi sering
mencolok-colok vagina mereka satu sama lain, untuk meningkatkan
kekebalan tubuh merka dan tetap sehat .
Showing posts with label cerita dewasa. Show all posts
Showing posts with label cerita dewasa. Show all posts
Dokter Cabul Entot Ibu dan Anaknya
ini kisah yang terjadi di desa Kolesabano, sebuah desa kecil yang agak
terpencil. Akses jalanannya tidak seperti di Jakarta sudah aspal
semuanya, di sana masih tanah liat dan batu.
Orang-orangnya sederhana dan lugu. Kalau pagi mereka selalu saling
menyapa dan murah senyum. Rasa gotong royong pun masih kental disini.
Mereka bermatapencaharian sebagai petani. Disana ada sawah dan ladang.
Kebun buah-buahan pun ada banyak disini. kalau mau makan tinggal petik.
Disana tidak ada sekolah, orang tidak bisa mengenyam pendiidikan. Jadi
kalau ada orang pintar disini, mereka puja seperti dewa. Dr. Prasetyo
adalah seorang dokter umum yang dikirim kesana untuk melayani masyarakat
disana. Apa yang dikatakan olehnya pasti didengarkan dan dituruti,
misalnya saja seorang dokter. Jangan dokter, lulusan SD saja mereka
posisikan di atas mereka.
Suatu hari di ruang praktek Dr. Pras yang sederhana seorang ibu paruh
baya sedang berkonsultasi dengannya mengenai kondisi buah hatinya.
Cahaya pagi yang menembus jendela kayu menunjukkan kekhawatiran di raut
wajahnya. Alisnya tak henti-hentinya mengernyit setiap kali ia
menceritakan keadaan anak perempuannya yang memakai jilbab warna biru
sama seperti yang sedang dikenakannya. Pundak anaknya dipegani seperti
seorang ibu yang takut anaknya akan lenyap kalau dilepas.
“Dok, anak saya kayaknya kurang sehat beberapa hari ini.”
“Oh..gimana kondisinya apakah batuk-batuk?”
“Ya sedikit, nafsu makannya berkurang dok.”
Dr. Pras mengangguk-angguk.
“Nama kamu siapa,dik?”
“Fitri, dok.”
“Sudah berapa lamu kamu sakit?”
“3 hari dok…gak sembuh-sembuh…dah minum teh manis.”
“Pusing-pusing gak?”
“Gak, dok.”
“Sebelumnya ada makan apa, gak?”
“Makan biasa aja dok..”
“Ada jajan?”
“Paling gulali.”
“Hmm….”
Dr. Pras tampak sedang berpkiri untuk menganalisa kondisi Fitri.
“Ya udah kamu naik ke ranjang periksa yah…dokter periksa”
“Iya dok…”
Fitri berjalan ke ranjang periksa yang tak jauh dari situ, ia menaiki
tangga kecil hingga ia bisa sampai ke atas ranjang dan tiduran.
“Di angkat ya bajunya, biar dokter bisa periksa pakai stetoskop.”
Fitri mengangguk dan menarik ke atas bajunya sehingga payudaranya yang
masih mengkal kelihatan.
Dr. Pras mulai menggunakan stetoskopnya dan mencoba mendegar detak
jantungnya. Stetoskop itu di letakkan di dada dan dipindah-pindahkan di
sekitar situ. Kadang ditaruh di atas putingnya Fitri.
“Dingin dok…,” komentar Fitri.
“Tahan dikit ya…”
Saat Dr. Pras memindahkan stetoskopnya, saat diangkat kadang
pinggirannya menyenggol ujung puting Fitri. Entah sengaja atau tidak,
jari kelingkingnya kadang juga menoel putingnya. Si ibu tidak bisa
melihat yang dilakukan Dr. Pras sebab ia berada di belakangnya.
Fitri merasakan sesuatu yang aneh, dan pipinya berubah memerah. Tanpa
disadari puting coklatnya menjadi mengeras mencuat. Kalau tertoel lagi,
kakinya langsung mengapit seperti menahan sesuatu di bagian bawah situ.
“MMmm…untuk pemeriksaan selanjutnya ibu tunggu di bangku yah, saya harus
melakukan tes.”
“Iya dok.”
Dr. Pras menarik gorden yang mengelilingi ranjang periksa. Ibu Fitri
tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi di dalam.
2 menit tidak ada apa-apa. Namun setelah agak lama si ibu mulai
mendengar suara-suara aneh dari dalam. Seperti anaknya sedang
melenguh-lenguh…”Ah..ahh…ahhhh…”
Merasakan firasat buruk ia bangkit menyibak gordennya. Betapa
terkejutnya saat ia melihat CD putrinya sudah turun setengah paha dan
tangan Dr. Pras sudah berada di kemaluan putrinya. Saking kagetnya si
ibu sampai tidak bisa bicara apa-apa.
“A..a..a”
“Ibu! apa yang sedang ibu lakukan, saya sedang di tengah pemeriksaan.”
Si ibu tiba-tiba merasa bersalah, apakah benar ia sedang mengganggu
jalannya pemeriksaan anaknya? Pikiran akal sehatnya seperti sedang
terpecah saking syoknya.
“Tunggu disitu yah.”
Lalu si dokter menutup lagi gordennya.
Tak lama suara lenguhan terdengar lag, “Mmmhh ahh.ah..ah…”.
Si ibu menjadi ragu-ragu apakah sebaiknya ia membuka gorden itu atau
dibiarkan saja. Tapi Lama-kelamaan bukan cuma suara putrinya, kini ia
mendengar suara si dokter, “Mmhh…shh…ahh..yah..dihisap…biar lekas
sembuh.”
Si ibu semakin khawatir. Akhrinya dia sibak lagi gordennya.
Kali kagetnya menjadi-jadi, sebab burungnya si dokter sudah keluar dari
celananya dan ada di dalam mulut anaknya.
“Dokter! Dokter…lagi apa…?” dengan nada agak histeris.
Si ibu tidak mempercayai penglihatannya.
“Aduh ibu ini lagi-lagi mengganggu,” Tukas Dr. Pras kesal, “Saya sudah
analisa, anak ibu terkena penyakit Vibilio Facumacis, obatnya adalah ia
harus dibikin orgasme dan menelan sperma. Kalau ibu ganggu terus, gak
selesai loh ini. Saya gak tanggung kalau penyakitnya bertambah parah.”
“Ii..iya..tapi dok….”
“Hhhhhh…,” Si dokter menghela nafas panjangsambil geleng-geleng. “Ya
sudah ibu bantu deh, ibu colok-colok kemaluan anak ibu untuk membangun
kekebalan tubuhnya.”
Si ibu terdiam dan ragu-ragu.
“Ayo sini…bantu saja…gak apa-apa…daripada ganggu terus..gak
selesai-selesai.”
“Ii..iya…”
Si ibu berjalan mendekati tempat tidur periksa. Dr. Prasetyo
membelakangi si ibu itu lalu ia meraih tangannya dan meletakkan di
kemaluan putrinya.
“Nah…sekarang keluar masukin jarinya di lubangya yah…”
“Iii…iya dok…”
Si ibu pun mulai memasturbasi anaknya. Fitri langsung memejamkan mata
dan melenguh-lenguh kecil, “Aah..ah…ah…”
Dr Prasetyo tiba-tiba menarik ke atas gamis si ibu. Tentu saja
perbuatannya membuat si ibu kaget.
“Dokter ngapain lagi?!”
“Ibu juga perlu dibangun kekebalannya, kalau gak penyakit ini akan
menular. Jadi kemaluan ibu juga harus dimainin.”
“Yang bener dok…”
“Ya bener, siapa disini dokternya?”
Si ibu kebingungan.
“Ii..iya…”
“Jangan khawatir saya tidak akan sentuh ibu, kalau itu yang ibu
khawatirkan, Fitri yang akan bantu prosesnya.”
“Maksudnya…?”
“Fitri yang akan gituin ibu..ngerti kan…”
“Hah?”
“Sudah ibu tenang aja, nurut aja kalau mau sembuh yah.”
Dr. Prasetyo lalu membungkuk dan memberikan penjelasan kepada Fitri.
“Fitri supaya ibumu gak ketularan kamu keluar masukin jari kamu di
lubangnya ibu yah…kayak yang diakukan ibu ke kamu..ok”
“Iya dok…”
“Pinter,” ujar Dr. Pras menepuk-nepuk kepala Fitri.
Dr. Pras bangkit lagi, “Nah ibu..siap ya…saya angkat gamisnya yah…biar
Fitri bisa masturbasiin ibu untuk cegah penyakit.”
“II..iya dok…”
Dr. Pras pun mengankat gamis si ibu hingga seperut dan menarik turun CD
putihnya. Si ibu membantu memegangi kain gamisnya agar jangan jatuh. Dr.
Pras sempat menelan ludah saat ia melihat paha si ibu yang semok. Gak
kurus, tapi berisi.
“Nah Fitri, sekarang tangannya yuk…”
Fitri mengulurkan tangannya dan menjamah kemaluan ibunya. Jari
tengahnnya dimasukkan ke dalam lubang ibunya perlahan, lalu ditarik
lagi.
“UUuhh…”
Si ibu langsung memejamkan matanya dan melenguh keenakan.
“Bu maafin Fitri ya, gara-gara Fitri sakit, ibu bisa ketularan juga.”
Si ibu buru-buru membungkukkan badannya dan mengelus kepala putrinya
“Sudah kamu gak perlu pikiran itu, yang penting sekarang Fitri keluar
masukin jari lubang di lubang ibu, dan ibu colok-colok lubang Fitri
yah..biar kita sama-sama sehat,” ujar si ibu menenangkan anaknya.
Fitri mengangguk tersenyum.
“Nah sekarang Fitri buka mulutnya AAaaa,” perintah Dr. Pras. Fitri
menurut.
Dr Pras kembali mengarahkan penisnya ke mulut Fitri dan memasukkannya ke
dalam.
“Nah, sekarang kulum batang Dokter ya…obatnya ada di dalamnya mesti
dikeluarin, Ok”
“Ngg..” Fitri mengiyakan dengan mulut yang tersumpal batang Dr. Pras.
Dr Pras lalu memaju mundurkan pinggulnya, menikmati batangnya disepong
Fitri. Ia tarik lagi ke atas bajunya Fitri, agar ia bisa melihat jelas
kedua putingnya. Tngan kanannya bergerak, menjamah dan remas-remas
lembut dada Fitri. Sesekali ia pelintir-pelintir putingnya.
“Ngghh…nghh..,” responnya.
Sementara itu tangan kirinya digunakan untuk menahan kepala Fitri yang
berjilbab agar ia bisa bersenggama di mulutnya.
Nafas si ibu lama kelamaan berubah menjadi tak beraturan. Gerakan
jarinya di lubang putrinya pun berubah menjadi semakin cepat.
“Mmhmhh..nghhh..nghh…,” lenguh Fitri
Jari Fitri pun juga ikut-ikutan menusuk-nusuk vagina ibunya dengan
cepat. Jari mungi itu kelihatan sudah menjadi basah. Cairan bening ada
yang mulai turun mengalir dari lubang vagina si ibu ke pahanya.
“Dok…remas dada saya juga dok…plis…” pinta si ibu
Dr. Pras senang mendengar permintaan si ibu.
“Di buka donk bajunya.”
SI ibu menurut dan melepaskan bajunya dan dijatuhkan ke tanah. Kini ia
bertelanjang dada dan hanya mengenakan BH saja. Dr Pras berdecak kagum
melihat payudara si ibu yang besar.
“BH-nya…di lepas juga….,” pinta Dr. Pras dengan suara bergetar.
Tanpa berpikir panjang si ibu melepaskan pengait depan BHnya dan
meloloskannya talinya dari pundaknya. Lalu ia jatuhkan ke lantai.
Dr. Pras jadi bernafsu banget ngeliat payudara si ibu yang mantap. Ia
pun menangkupnya dari belakang punggung, melewati bawah tangannya, serta
memainkan buah dada yang kenyal itu.
Fitri baru kali ini ngeliat ibunya buka-bukaan seperti itu, dan baru
pertama ngeliat seroang pria cemek-cemek dada ibunya. Darahnya berdesir.
Jantungnya berdegup keras. Semuanya serba baru baginya.
Si Ibu pun mulai menggapai buah zakar Dr. Pras dan mengelus-elusnya.
“AAhh…” Dr. PRas merasakan kehangatan di pelernya..
“Ahh….gak kuat….ahh…keluar…keluar…”
Dr. Pras memegang kepala Fitri dengan kedua tangannya dan memaju
mundurkan batangnya di mulut Fitri. dengan cepat. Kumpulan sperma itu
tak lama lagi akan meledak di rongga mulut gadis mungil ini.
“Ke..luaaar….aaahhh ahh….”
CROT CROOT CROTT CROT CRET CRET!
“Ahhh….”
Dr. Pras merasakan kelegaan luar biasa. Lalu ia mencabutnya dari mulut
Fitri.
“Ditelan yah Fitri…itu obatnya…”
Fitri mengangguk. Ia teguk cairan Dr. Pras. Otot lehernya tampak
berkontraksi.
“PInter…”
“Dokter kasih sesuatu buat kamu yah…”
“Apa tuh?”
Dr. Pras mendekatkan wajahnya ke wajah Fitri. Keduanya saling memandang.
Lalu Dr. Pras mencium Fitri dan menghisap-hisap bibir atas dan
bawahnya.
Si ibu membelalak… melihat Dr. Pras mencumbu putrinya dan Fitri tampak
menyukai setiap deitknya.
“Dokter apakah itu juga termasuk pengobatannya?”
Dr. Pras menegakkan tubuhnya.
“Iyah…sudah pasti dan…sekarang ibu jilat vaginanya Fitri, ya”
“Lho kenapa?”
“Iya…karena saliva ibu bisa menjadi bahan tambahan yang menguatkan
kekebalan Fitri, seperti vitamin. Jadi jangan lupa, nanti sambil
dijilat, juga diludahin sedikit yah.”
“Gitu ya dok..?”
“Iyah…”
Si ibu memandang anaknya dengan penuh kasih sayang.
“Ibu jilat yah, nak..”
Fitri mengangguk.
“Iya, bu terima kasih ya.”
Si ibu tersenyum dan mengelus kepala anaknya. Lalu ia mendekatkan
wajahnya ke alat kelamin putrinya. Di buka sedikit bibir vaginanya,
diludahi lalu ia mulai menjilat-jilat belahan vaginanya.
“AAhh…ahhh…ahh….enak bu…”
Fitri yang sedang keenakan sudah lupa untuk memasturbasi ibunya. Dr.
Pras tidak ingin membiarkan lubang vagina si ibu mubazir.
Dr. Pras pun menarik turun gamis roknya, dan ia bisa melihat gundukan
yang terbelah dari arah belakang. Ia lalu mengarahkan batangnya ke
lubang si ibu. kebetulan posisinya sudah siap untuk di doggy. Tanpa
meminta izin lagi, Ia langsung mendorong masuk batangnya ke dalam lubang
si ibu yang sudah basah.
“OOhhh…Dr. Praz…” Sebentar ia melihat ke belakang, kemudian ia mulai
merasakan kenikmtan hujaman-hujaman tusukan batang si dokter. “Astaga
enaknya….” Lalu ia lanjut lagi mengoral anaknya di atas ranjang periksa.
Fitri yang baru kali ini mengalami rasanya di oral, tidak dapat
membendung cairannya untuk keluar.
“Bu…mau pipis…”
“Pipis aja Fitri biar kamu sehat…”
“Ahh..ahh..ahh…ibu…duh..gak tahan lagi….KYA!” Fitri menjerit histeris,
saat ia mencapai orgasme. Kakinya mendorng pantatnya sampai ke udara,
dan vaginanya menyemprotan cairan hingga keluar.
Si ibu buru-buru berpindah untuk melihat wajah putrinya.
“Ahh..ahh..dah keluar nak?”
Dia menanyakan keadaan Fitri selagi sedang disodok sama Dr. Praz dari
belakang.
Fitri bisa meihat dari dekat, wajah ibunya yang sedang sangat keenakan.
Tubuhnya bergerak-gerak maju mundur, demikian juga buah dadanya.
“Ibu lagi diapain? lagi diobati juga yah?”
“Mmhh ahh ahh.. iya nak..”
“Fitri juga mau…diobati yang seperti ibu…”
Si ibu terkejut mendengar permintaan Fitri…
“Fitri….Fitri masih kecil..ahh ahh..ahh. Belum boleh diobati seperti
ini.”
Sementara itu dari belakang mempercepat memompa tubuh si ibu.
“Ahh…ahh..ahh..ahhh…”
Alis si ibu mengernyit menahan kenikmatan yang semakin memuncak.
“Tapi Fitri mau….,” ucapnya menelan ludah melihat Dr. Praz menyetubuhi
ibunya. Walaupun ia belum tahu itu namanya.
Di dalam keadan birahi yang sangat, pikiran si ibu tampaknya semakin
tertutup. Bahkan ia mulai merasa birahi terhadap putirnya. Ia menggapai
lagi kemaluan Fitri. Ia colok-colok lagi dengan satu jari.
Fitri agak mengangkat kepalanya untuk melihat apa yang ibunya lakukan di
bawah situ. Ia diam saja membiarkan perbuatan ibunya. Sensai nikmat
mulai menjalar dari alat kelaminnya. Kemudian dari satu jari berubah
jadi dua jari.
“Ohh…oh…yeaaahhh…”
Tapi saat jari ketiga masuk…raut wajah Fitri berubah kesakitan.
“Aw sakit bu..udah..buat keluarin jarinya…sakit…”
“Tahan nak…tahan…biar ibu yang ambil keperawanan kamu yah…”
Fitri bangkit dari tidurnya dan mencoba mencabut jari ibunya dari
guanya.
“Sakit bu…”
“Tahan nakk..entar jadi enak lagi..”
Si ibu menidurkan lagi putrinya, kemudian ia jilat-jilat putingnya agar
ia merasa lebih nyaman.
“Owwh…shh…kit…”
Sedikit demi sedikit membran keperawanan Ftri pun robek oleh jemari
ibunya.
“AAhh sakit….”
Perlahan rasa sakit itu berubah menjadi enak.
“Mmhhh ahh…ahh…shh….”
Ketiga jari si ibu pun berbalur darah keperawan Fitri dan cairan
kewanitaannya.
Tiba-tiba hentakan keras penis Dr. Praz menyentuh batas klimaksnya,
sehingga si ibu kelojotoan mencapai orgasme.
“Aahhhh…sampai….”
Ia mendorong Dr. Praz agar mencabut penisnya dari lubangnya.
“Saya nanggung bu,” keluh Dr. Pras.
Tanpa menanggapinya, si ibu menyuruh Fitri bangun. Fitri menuruti
perintah ibunya dan ia duduk di pinggir ranjang periksa.
Si ibu berbalik badan dan naik duduk di sebelahnya.
“Fitri duduk di pangkuan ibu yuk.”
“Iyah.”
“Lepas tuh CDnya.”
“Iya bu.”
Setelah itu Fitri berpindah posisi duduk di atas paha ibunya. Kedua
kakinya berada disisi luar kaki ibunya. Vaginanya jadi agak terbuka.
Setelah itu ibunya membuka lebar kedua pahanya, sehingga kedua paha
Fitri juga turut terbuka lebar, mempertontonkan lubang senggamanya.
“Kamu mau diobati Dr. Pras seperti tadi kan?”
Fitri memandang batang Dr. Pras yang mengacung dan gak bergerak-gerak
dikit. Ia menunduk, lalu mengangguk.
Si ibu memandang ke Dr. Pras, “Tolong obati anak saya juga, dok. Pakai
cara yang tadi”
Dada Dr. Pras bergemuruh melihat posisi ibu dan anak itu. Mereka berdua
masih memakai jilbab. Si ibu sudah tidak berpakaian, Fitri masih lengkap
berpakaian, tetapi semuanya sudah disibak.
“Eh..iyah…sebelumnya kalan berdua ciuman dulu biar saliva kalian
bercampur di mulut agar bakteri kumannya mati. Si ibu merendahkan
kepalanya dan Fitri mengadahkan kepalanya ke atas menyamping. Bibir
mereka bersentuhan, lalu si ibu melumat bibir putrinya. Ludahnya
dipindahkan ke mulut Fitri, kemudia dengan lidahnya ia
mengaduk-ngaduknya di dalam.
Dr. Praz benar-benar terangsang oleh keduanya, ia pun mendekat sambil
mengocok titinya. Ia naik ke anak tangga agar batangnya bisa sejajr
dengan lubang Fitri. Lalu Blezzzz!
Fitri membelalak saat merasakan sebuah benda besar yang panjang
menerobos masuk lubang senggamanya.
Ibunya saja merasa Dr. Pras gede banget, apalagi anaknya.
Dr. Pras tidak bisa leluasa mengeluar masukkan batangnya, sebab seret
banget, meskipun lubang Fitri sudah distimulasi sejak tadi dan basah
licin.
Batang Dr. Pras benar-benar tidak bisa masuk penuh, meskipun sudah
berusaha didorong. Dr. Pras sampai menganga mulutnya, karena jepitannya
luar biasa banget. ia yakin pertahannya tidak akan bisa lama dengan
keadaan seperti ini. Ia pun mulai memajumundurkan pantatnya dan
bersetubuh dengan Fitri.
“Ahh…aahh….shhh…ahhh…”
Kenikamtan yang sama pun juga dirasakan Fitri. Lubangnya terasa penuh.
Setiap sensor di kemaluannya mendapatkan gesekan penuh dari bendanya Dr.
Pras. Apalagi ini pengalaman pertamanya.
“Dr…dr…dr…Praz….shhh…ahh..”
Si ibu pun membuat anaknya makin gak kuasa menahan nikmatnya seks.
Tangannya meraba-raba dan memainkan buah dadanya. Fitri sudah
benar-benar pasrah ia bisa meraskan gelombang klimaks bentar lagi
datang. Sesaat ia hendak mencapai orgasme, tiba-tiba…
“AKh…keluar.! Dr. keluar!”
Fitri bisa merasakan cairan panas menyembur di lubangnya. Di saat itu
juga ia mencapai orgasme. Srrr…Sr…srrr….srr..
“Dr. Aku pipis lagi….”
“Ya bagus itu…”
Keduanya mencapai klimaks bersamaan.
Tak berapa lama setelah itu, kedua nya berpakaian lagi yang lengkap.
Mereka kembali ke meja.
“Ok…kalian berdua sudah diberi obat dan disuntik kekebalan, kalau masih
belum sembuh datang lagi untuk diadakan pemeriksaan.”
“Baik, dok, terima kasih ya. Ayo Fitri bilang apa ke Dr.”
“Terima kasih dok.”
“Iya…lekas sembuh ya…”
“Ngg!..iya”
Ternyata beberapa hari kemudian Fitri telah kembali menjadi sehat.
Kehebatan pengobatan Dr. Prasetyo pun semakin terkenal di antara para
wanita.
Sementara untuk si ibu itu dan anaknya, mereka berdua pun jadi sering
mencolok-colok vagina mereka satu sama lain, untuk meningkatkan
kekebalan tubuh merka dan tetap sehat .
Read more...